Sinopsis Ashoka Samrat episode 386 bag 2 by Kusuma
Rasmana. Kaurwaki merapikan kembali kotak barangnya dan menaruhnya
diatas meja. Saat dia berbalik, Sushima sudah berdiri di depannya. Sushima
berkata kepada Kaurwaki, "Apakah semu itu tidak mengganggumu ketika kau memilih
untuk melakukan hal ini?".
Kaurwaki bingung dengan pertanyaan Sushima, "Aku tidak mengerti", katanya.
Kaurwaki bingung dengan pertanyaan Sushima, "Aku tidak mengerti", katanya.
Sushima berkata sambil melangkah mendekat, "Aku berbicara tentang perasaanku, Padmawati. Kau telah mempermainkan perasaanku. Aku baru saja mendengar ucapanmu bahwa tidak ada yang bisa memisahkanmu dari Ashoka. Mengapa kau membuatku merasa jika kau mencintai Ashoka? Aku telah banyak mengasihimu, menunjukkan perhatianku. Aku sangat mencintaimu. Mengapa kau membangun perasaan tersembunyi di dalam diriku?".
Sushima mondar-mandir mengelilingi Kaurwaki sambil berkata, "Aku jatuh cinta kepadamu. Kau mungkin tidak menyadari itu tetapi pada hari kau menyentuhku, memelukku, hatiku telah merajut mimpi-mimpi. Sekarang aku sudah tahu bahwa itu adalah seluruh rencanamu. Mengapa kau melakukan ini kepadaku?".
Sushima berbicara mendesak Kaurwaki amat dekat dan berusaha memaksakan perasaannya, "Mengapa Padmawati? Mengapa? Mengapa?".
Kaurwaki terpaksa melangkah mundur dan berkata, "Itu tidak disengaja. Aku meminta maaf kepadamu. Aku tidak tahu jika kau akan merasakan ini kepadaku".
Sushima menolak alasannya, "Maaf? Hanya maaf? Permintaan maafmu tidak akan mengakhiri masalah ini, Padmawati. Tidak!"
Kaurwaki mencoba untuk pergi dari hadapan lelaki di depannya itu, tapi Sushima menghalang jalannya. Sekali lagi Kaurwaki melangkah ke arah lain, namun kembali Sushima merentangkan tangan menghalanginya.
"Kau telah membuat kesalahan dan kau akan dihukum! Ini akan menjadi hukuman termanis yang akan memuaskan rasa lapar dari tubuhku terhadap tubuhmu yang sangat cantik ini", kata Sushima melihat dan mengamati Kaurwaki dengan penuh nafsu. Sushima mendekatkan badannya dan berusaha menyentuh Kaurwaki.
Namun Kaurwaki mendorongnya ,"Menjauh dariku!".
Sushima terdorong hampir jatuh, dia menabrak meja di kamar itu.|
"Jadi ini adalah wajah asli dari perasaanmu? Ini bukan cinta tapi hanya nafsumu! Aku pernah mendengar tentang kejahatanmu, tetapi aku telah melihatnya hari ini dengan mataku sendiri!", kata Kaurwaki dengan marah.
Sushima marah mendengar ucapan Kaurwaki, dia berteriak dan menudingkan telunjuknya, "Padmawati!!"
Kaurwaki membalas teriakannya sambil menudingnya, "Cukup, Sushima! Tetap dalam batasanmu! Kau tidak akan menikahiku! Tidak ada wanita yang ingin menikah denganmu".
"Padmawati!", teriak Sushima yang marah segera maju menerjang dan akan menyerang Kaurwaki, namun Kaurwaki bergerak cepat menyambar pisau dari keranjang buah dan menghalangi lengan Sushima yang bergerak. Gerakan itu membuat sebuah pot kecil jatuh dan pecah berantakan. Suara gaduh pot yang pecah itu didengar oleh Bindushara yang sedang melangkah di koridor dekat kamar tersebut.
Sushima kaget menyadari lengannya tergores pisau, dia memegang lengannya dengan kesakitan sambil menoleh kepada Kaurwaki.
Kaurwaki memperingatkan sambil mengacungkan pisau buah itu, "Pikirkan konsekuensi dari nafsumu jika kau menganggapku seorang wanita yang tak berdaya! Dewi Durga pun bisa menghancurkan para iblis!", kata Kaurwaki.
Sushima bertambah marah, dia akan menyerang Kaurwaki yang mengacungkan pisaunya, tapi...
"Sushima! Ada apa ini?", kata Bindushara yang datang setelah mendengar kegaduhan dari kamar itu. Sushima serentak melipat tangannya ke belakang, demikian juga Kaurwaki menyembunyikam tangannya yang memegang pisau.
"Apa yang sedang terjadi disini?", tanya Bindushara lagi sambil menatap putranya.
Sushima mengarang jawaban, "Anu.. Ayahanda, Aku..maksudku Putri Padmawati bermaksud memindahkan pot itu, namun dia malah terpeleset jatuh dan pot itu pecah berantakan". Sushima menunjuk pecahan pot di lantai kamar.
"Benar, ini kesalahanku", kata Kaurwaki.
"Dan Aku ingin sendirian untuk beberapa waktu ini", kata Kaurwaki lagi.
"Tentu saja, aku akan pergi", kata Sushima, "Silakan, Ayahanda raja,", Sushima mempersilakan Bindushara pergi dari ruangan itu.
Sushima pun segera melangkah, namun berhenti lagi dan tanpa menoleh dia memperingatkan Kaurwaki, "Aku tidak akan membiarkanmu menjadi milik Ashoka jika Aku tidak bisa memilikmu!", kata Sushima.
Sushima melirik Kaurwaki dengan sudut matanya dan melangkah keluar dari ruangan itu. Kaurwaki hanya memandang kepergiannya dengan kesal.
Charumitra melangkah menyusuri koridor dan bertemu Putri
Chanda.
"Sushima terluka, kita harus merawatnya. Apakah kau memiliki beberapa obat?", tanya Charumitra.
Chanda menjawab, "Pangeran terluka... Baiklah, Aku akan mengambilkannya obat", lalu pergi menuju kamarnya.
Charumitra tersenyum melihat kepergian Chanda.
Sejenak kemudian Putri Chanda kembali menyusuri koridor sambil membawa obatnya. Dia datang ke kamar Sushima dan bermaksud mengobati lukanya walaupun Sushima yang sedang memegang lengannya yang terluka berusaha menolaknya.
"Luka itu harus diobati", kata Chanda sangat khawatir kepadanya. Chanda lalu menaburkan luka itu dengan ramuan yang rasanya perih bagi Sushima. Sushima menoleh ke arah lain dan menahan rasa sakit dari lukanya tetapi Chanda dengan manis meniup lukanya untuk meringankan rasa perih itu.
Charumitra yang datang ke kamar itu, tersenyum melihat ketelatenan putri Chanda. Sementara Sushima diam-diam mencuri pandang kepada Chanda, namun dia segera berpaling saat Chanda melihatnya. Putri Chanda lalu membalut lukanya setelah membubuhkan obat. "Dengan obat ini lukamu akan cepat sembuh", kata Putri Chanda dengan manis.
"Terima kasih", kata Sushima kepada Putri Chanda. Putri Chanda menatap Sushima mesra dan segera pergi dari ruangan itu.
Sepeninggal Chanda, Charumitra mendekati putranya dan melihat balutan luka di lengan Sushima.
"Kau membutuhkan wanita seperti dia yang hanya dapat menyembuhkan luka dan tidak menyakitimu", kata Charumitra.
Sushima bangkit dari duduknya dan menggelengkan kepalanya, "Padmawati telah berani melukaiku, Ibu. Aku akan menghukum Padmawati dengan memberikan mayat Ashoka kepadanya", kata Sushima mendengus marah.
Di ruang keluarga, Bindushara sedang mengobati luka pada siku
Witthasoka yang lecet. Witthasoka dengan santai menahannya, tapi Bundushara
memaksa mengobatinya.
"Mengapa kau bisa terluka begini?", tanya Bindushara.
"Mengapa kau bisa terluka begini?", tanya Bindushara.
"Aku tak sengaja bertabrakan dengan Kak Siamak. Dia membawa buntalan kain yang penuh dengan sari dan barang-barang yang berhubungan dengan wanita. Aku bertanya kepadanya tentang hal itu tapi dia tidak mau memberitahuku", kata Witthasoka.
Mahamatya yang akan bertemu Samrat kaget mendengar percakapan itu, dia berhenti di tempatnya.
"Siamak! Apa yang sedang dilakukannya?", kata Bindushara yang kecewa dengan sikap Siamak.
Bindushara segera bangkit dan melangkah pergi. Mahamatya segera mendekati samrat dan mencoba mencegahnya.
"Samrat, coba tenangkan diri Anda. Pangeran Siamak menabraknya dengan tidak sengaja", kata Mahamatya.
"Dia telah menabrak Wit hingga terluka, namun tidak peduli kepada adiknya itu! Aku akan mempertanyakan sikapnya itu!", kata Bindushara.
"Tapi, biar aku sendiri yang memanggilkan buat Anda", kata Mahamatya namun Bindushara mendelik ke arahnya dan segera pergi.
Mahamatya melihat kepergian samrat dan berpikir, "Jika Samrat sampai mengikuti Siamak maka dia akan mengetahui bahwa Rajmata masih sangat hidup!".
Di sebuah tempat yang asing, Ashoka sampai di tepi sebuah sumur
tua yang cukup lebar namun kosong. Ashoka mendekati bibir perigi sumur tua itu.
Dia berpikir tentang Wirata dan kebenciannya kepada Rajawamshi (kaum
bangsawan).
Dia teringat ucapan Radhagupta bersama Nayaka saat pertemuannya di ruang rahasia di istana (dalam kilasan adegan).
Dia teringat ucapan Radhagupta bersama Nayaka saat pertemuannya di ruang rahasia di istana (dalam kilasan adegan).
"Dia tampaknya berlindung di sekitar sumur tua ini. Tidak ada yang bisa mendekati sumur tua itu. Beberapa orang menyebutnya pintu neraka sementara beberapa orang lain menyebutnya lubang kematian mereka", kata Radhagupta di depan denah alam sekitar sumur tua yang dibuat di ruangan itu, kilasan adegan berakhir.
Ashoka mengangkat sebongkah batu besar di dekat perigi sumur dan melemparkannya ke dalam sumur. Dia menunduk memasang telinganya untuk mendengar bunyi pantulan yang berasal dari batu yang menimpa dasar sumur. Namun bunyi yang ditunggu tidak terdengar juga, yang menandakan sumur tersebut sangat dalam. Tiba-tiba dia melihat dua orang berpakaian hitam berlari mendekati sumur itu dan keduanya langsung terjun ke dalam sumur. Ashoka yang sempat bersembunyi karena kedua orang itu segera bergegas memperhatikan dua orang yang sudah terjun kedalam sumur itu.
Kembali Ashoka teringat saat membahas tempat itu di ruang rahasia bersama dengan Acharya Radhagupta (kilasan adegan ditampilkan).
"Apakah sudah pernah dilakukan pemeriksaan ke dalam sumur tua itu oleh prajurit kita?", tanya Ashoka.
"Siapa pun yang masuk ke dalam sumur itu tidak akan pernah kembali. Aku pernah mengirim seorang prajurit dengan tali untuk memeriksa ke dalam sumur (dalam kilasan adegan). Tali itu diturunkan hingga 100 kaki tapi tidak mendapatkan tanda apapun. Dan tali telah dipotong pada saat kami menarik prajurit itu ke atas. Akhirnya kami memutuskan untuk tidak mencari tahu tentang kebenaran ini dengan teliti lagi, melihat resikonya yang terlalu besar", kata Radhagupta. Kilasan adegan berakhir.
Ashoka berdiri diatas perigi sumur tua yang cukup lebar itu.
"Aku harus mencari tahu kebenaran dari sumur tua ini bahkan jika itu berarti aku
harus melompat ke dalamnya. Aku tidak punya pilihan lain", kata Ashoka memegang
kalung rudraksa yang dikenakannya dan mencium liontin yang berbentuk lingga
Shiwa itu. Dia berseru,"Jay Janani!" (Hidup Ibu Pertiwi!), lalu melompat ke
dalam sumur tua itu.
CUPLIKAN : Wirata berkata kepada Ashoka, "Kau dapat membawa
Nirankush jika kau bertarung dengan elang dan berhasil mengalahkannya. Jika kau
gagal, maka kau akan menjadi santapannya!". Sementara itu Ashoka sedang bersiaga
saat melihat elang raksasa menukik dan mulai menyerangnya.