Sinopsis Ashoka Samrat episode 396 by Kusuma Rasmana

Sinopsis Ashoka Samrat episode 396 by Kusuma Rasmana. Di koridor istana Magadha, Pattaliputra, Witthasoka sedang melangkah terburu-buru, dia berpikir, "Aku akan memberikan kabar ini kepada orang yang berhak mengetahuinya sebelum orang lain!". Dia lalu berlari menuju ruangan orang yang dimaksud.

Sememtara itu di koridor lain, Ashoka dan Kaurwaki berdiri agak jauh namu terus bertatapan penuh cinta.

Lagu O Priyatam (Oh Sayang) mengiringi adegan ini. Ashoka melangkah mendekati Kaurwaki, memperpendek jarak diantara mereka. Mereka berdua terus berlanjut saling bertatapan. Kaurwaki yang bertatapan lekat seperti orang melamun. Dia larut dalam perasaannya seakan tidak menyadari Ashoka yang sudah dekat. Ashoka melambaikan tangannya pada Kaurwaki agar ia keluar dari lamunannya tetapi sia-sia. Melihat Kaurwaki yang pikirannya terbang entah kemana, Ashoka tersenyum manis kepadanya. Sementara Kaurwaki terus menatapnya dengan cinta namun tetap membisu seperti arca Dewi yang berwajah cantik.
Sementara itu Devi mondar-mandir di ruangannya, dia gelisah memikirkan sesuatu. Witthasoka datang ke ruangan itu. Dia berlagak menampilkan wajah sedih, sambil menggelengkan kepalanya pelan.
Devi yang melihat isyarat dari Witthasoka jadi sedih, dia berpikir, "Nama siapa yang akan disebutkan Wit, Aku tidak akan sanggup mendengarnya".
Devi berkata, "Ayolah, Wit. Kau boleh pergi!".

Witthasoka yang masih berpura-pura. "Sangat beruntung bahwa kau tidak datang ke ruang sidang hari ini atau kau tidak akan sanggup mendengar keputusan yang dibuat ayahanda raja", kata Witthasoka.
Devi merasa cemas dan melirik Witthasoka.Namun Devi melihat kesedihan Witthasoka berganti dengan seyum mengembang.
"Kau jangan cemas dulu, karena Ayahanda telah memilih Kaurwaki sebagai pendamping hidup bagi kakak Ashoka", kata Witthasoka tersenyum. Devi tersenyum lebar, kecemasan sebelumnya mendadak sirna. Devi menghambur memeluk Witthasoka dengan erat karena gembira dengan kabar itu.
Sejenak kemudian, Witthasoka berkata, "Sudah, lepaskan Aku sekarang. Aku tidak bisa bernafas"
Devi pun melepaskan pelukannya dan melonggarkan jarak. Dia masih membelai dagu Witthasoka

Witthasoka menyarankan, "Sekarang Kau harus mengucapkan selamat kepada sahabatmu, Kaurwaki. Karena dia telah menjadi sebuah patung yang hanya membisu sekarang!". Devi mengangguk dan segera pergi menyusuri koridor menuju tempat Kaurwaki. Witthasoka hanya tertawa melihat tingkah yang gembira seperti gadis kecil.
Masih di tempat sebelumnya, Ashoka masih berhadapan dengan Kaurwaki yang hanya menatapnya tanpa berkedip namun tetap membisu.
"Kau ini aneh. Dewa Shiwa Shambhu-mu telah memenuhi doamu. Kau seharusnya menari gembira sekarang. Tapi kau malah tidak berhenti menatapku", kata Ashoka. Kaurwaki hanya diam membisu.
Ashoka menatapnya mesra, dia mengukurkan tangannya membelai anak rambut di bahu Kaurwaki. Dia bertanya, "Apakah kau mau menjadi istriku?".

Kaurwaki seperti tersadar, tatapannya masih lekat. Namun air mata Kaurwaki keluar dan mengalir di pipinya. Ashoka menyeka airmata itu dengan jarinya, bergantian di pipi kiri dan kanannya.
Ashoka akan memeluk Kaurwaki, namun tiba-tiba dari arah samping Devi datang menghambur memeluk Ashoka. Kaurwaki dan Ashoka terkejut, namun Ashoka membiarkannya. Sementara Kaurwaki diam melihat ke arah Ashoka.
Dengan tetap memeluk, Devi berkata, "Aku sangat bahagia Ashoka. Ini seperti impianku yang terwujud. Aku sangat bahagia untuk kalian berdua. Aku tidak bisa menahan kebahagiaanku".

Kaurwaki tersenyum mendengar ucapannya, dia pun berpura-pura batuk. Ashoka ikut tersenyum.
Devi melepaskan pelukannya dan berbalik kepada Kaurwaki lalu memegang kedua tangannya.
Dia berkata, "Aku tidak bisa mengendalikan kebahagiaanku sehingga memeluk Ashoka. Kau jangan cemburu. Dia bukan milikku tapi hanya milikmu, dia hanya suamimu".
Keduanya lalu berpelukan bahagia, sejenak kemudian mereka saling melepaskan.
Kaurwaki berkata, "Aku tahu Ashoka hanya milikku. Dan tidak ada yang bisa datang di antara kami berdua, terutama kau!". Devi hanya tersenyum mendengar gurauan Kaurwaki.
Devi menjawab, "Aku tidak tahu kalau kalian sudah mulai dekat sekarang...".
Kaurwaki menahan mulut Devi dengan jarinya, "Ini semua karenamu. Aku berterima kasih kepadamu, Devi. Sangat...sangat berterima kasih".

Kaurwaki lalu memandang Ashoka, demikian Ashoka juga tengah memandang Kaurwaki. Devi melihat pasangan itu saling pandang satu sama lain. Merasa akan mengganggu kemesraan mereka, Devi pergi dari tempat itu tanpa berpamitan atau mengucapkan satu kata pun. Dia melangkah dengan senyum sumringah melewati koridor, namun di belokan koridor, Witthasoka muncul mencegatnya.
Witthasoka berkata, "Bagus jika kau meninggalkan mereka berdua saja. Aku pikir kau tidak akan meninggalkan mereka dan membiarkan berduaan".
Devi yang kesal menjewernya, "Tentu saja, Adik kecil, tapi bicaralah sesuai usiamu. Kau masih anak-anak!". Witthasoka meringis sambil memegangi telinganya. Devi lalu melepaskan jewerannya.
Witthasoka menanggapi, "Nyonya Devi, Kecerdasan itu bukan karena usia, tapi datang dengan pengalaman".

Devi tersenyum membenarkan, "Ayo!', kata Devi mengajak Witthasoka pergi dari sana.
Di tempat sebelumnya, Ashoka membentangkan tangannya, Kaurwaki pun mendekat dan memeluknya. Keduanya berpelukan mesra. Kembali lagu, O Priyatam mengiringi adegan ini.
Sambil tetap berpelukan, keduanya memikirkan semua kenangan masa kecil mereka. Saat di Takhsasila, saat mengelilingi pohon suci di Kalingga.
Ashoka berkata, "Kaurwaki-ku".
Kaurwaki menjawab, "Ulangi kata-kata itu sekali lagi".
Ashoka melakukannya dengan senang hati, "Kaurwaki-ku!", kata Ashoka, "Kau akan segera menjadi istriku. Tidak ada yang bisa menjauhkanmu dariku sekarang. Tidak ada. Tidak ada yang bisa memisahkanmu dariku untuk 7 generasi berikutnya. Kebersamaan ini tidak akan hancur untuk 7 tahun berikutnya!".

Di ruangan lain, tampak terjadi pertemuan antara Charumitra, Sushima, Siamak dan Lasendra. Keempatnya duduk di kursi masing-masing.
Sushima berdiri dari kursinya, mondar-mandir sambil berkata, "Biarkan Ashoka bahagia untuk beberapa waktu. Biarkan dia mendapatkan kesempatan itu yang jarang terjadi. Kita juga mendapatkan kesempatan untuk menyakitinya dengan buruk. Kita harus siap memindahkan setengah dari harta perbendaharaan keluar dari istana dengan aman. Jika prajurit sampai tahu maka itu akan menjadi masalah"
Siamak berkata, "Kuingatkan, ini adalah tugasmu mengamankannya. Sedangkan para prajuritku bisa dipercaya".

Sementara Mahamatya datang ke tempat penyimpanan harta perbendaharaan kerajaan. Bekerja sama dengan para penjaga, dia mengerahkan beberapa prajuritnya masuk kedalam ruangan yang berkerangkeng itu dan mencuri sebagian harta berupa perhiasan dan uang koin emas dan dimasukkan ke dalam karung atau kantung kain yang disiapkan.
Siamak menambahkan, "Prajuritku sedang memindahkan semuanya dengan aman ke sebuah ruangan. Mereka menyembunyikannya didalam peti-peti diantara beberapa hadiah atau cinderamata kerajaan. Prajuritku sedang sibuk melakukan pekerjaannya sekarang".

Dalam kilasan adegan para prajurit dimandori oleh Mahamatya memasukkan uang-uang emas itu ke dalam peti suvenir atau hadiah kerajaan.
Sushima bertanya, "Mengapa harus diantara peti-peti hadiah?"
Siamak menjawab, "Ketika beberapa putri akan kembali pulang ke kerajaan masing-masing, setelah pertunanganmu, Samrat akan memberikan mereka sebuah hadiah. Dalam peti hadiah itulah harta yang kita pindahkan ini. Kita akan menghentikan mereka di jalan dan mengambil kembali diam-diam. Ingat bahwa tugas ini harus selesai sebelum pernikahanmu. Itu harus segera sampai di Takshashila".
Sushima heran dan marah mendengar ujung ucapan Siamak yang menyebut Takshashila. "Apa maksudmu dan tujuanmu untuk menempatkan semuanya di Takshshila? Jangan pernah bermain-main dengan kakakmu", ancam Sushima sambil mencengkram leher Siamak.

Charumitra dan Lasendra segera bangkit dari duduknya. "Sushima! Cukup, lepaskan dia!", kata Charumitra. Lasendra juga ikut memegang pundak Sushima dan menghentikannya.
"Cukup, Sushima!", kata Lasendra, "Ashoka akan menang jika kalian bertarung satu sama lain. Biarkan harta keluar dari zona aman di Pattaliputra lebih dulu. Itu yang lebih penting".
Sushima luluh oleh ucapan Lasendra, dia pergi meninggalkan Siamak. Charumitra melirik tajam ke arah Lasendra, dan segera menyusul langkah putranya. Sepeninggal Sushima dan ibunya, Siamak dan Lasendra saling melempar senyum.


PREV  1  2
Bagikan :
Back To Top