Sinopsis Ashoka Samrat episode 298 by Kusuma
Rasmana. Di istana Magadha, Pattaliputra, di kamar putranya, Shubhrasi
tampak sedih melihat barang-barang milik Drupada yang sudah meninggal. Dia
meratap teringat saat acara peringatan kelahiran putranya sambil memegang
beberapa perhiasan dan mencium pakaian milik putranya. Ashoka datang ke kamar
itu, dengan langkah berat karena ikut merasakan kesedihan Subhrasi. Namun
Subhrasi tidak berkenan dengan kedatangan Ashoka. Tanpa menoleh, dia meminta
Ashoka agar pergi. "Jangan mendekatiku, Ashoka! Aku tidak ingin bayangan
pembunuh anakku jatuh padaku". Subhrasi bangkit dari duduknya, "kau akan
melakukan kebaikan padaku? Bunuh saja aku seperti kau membunuh anakku! Aku akan
bebas dari penderitaan ini sekarang. Aku tentu akan bersama anakku", kata
Subhrasi marah disela isak tangisnya.
Ashok berlutut di depannya, dia berkata sedih, "Tanyakan kepada hatimu, Ibu, sekali saja. Bisakah aku berpikir untuk menyakiti Drupada? Aku tidak akan pernah memaafkan diriku sendiri untuk apa pun yang terjadi. Aku tidak akan melupakan mereka yang bertanggung jawab untuk ini! Sebuah babak baru sejarah Magadha akan mulai hari ini, Ibu. Kematian salah satu keturunan Maurya tidak akan sia-sia. Kematian Drupada ini tidak akan sia-sia. Dia akan mendapatkan keadilan. Ini akan menjadi penghormatanku bagi Drupada". Ashoka bangkit berdiri lalu pergi dari ruangan itu.
Di ruang persidangan, Mahamatya sedang berpikir, "Ashoka masih
belum di sini dan waktunya hampir habis!". Demikian juga semua orang juga merasa
tidak sabar. Lalu mereka yang hadir mendengar gong dipukul berdentang. Ashoka
dan Kaurwaki memasuki ruang sidang pengadilan, Dharma dan Radhagupta yang
sebelumnya tegang akhirnya bisa bernafas lega. Ashoka yang jadi terdakwa berdiri
didepan Samrat, sedangkan Kaurwaki menuju kursi yang telah diperuntukkan
baginya.
Bindushara berkata, "Aku senang bahwa kau menghargai waktumu dan telah memutuskan untuk kembali. Aku akan merasa bersalah jika aku sampai dianggap telah membebaskan seorang pengkhianat".
Ashoka menjawab, "Aku tidak akan pernah membiarkan noda itu mengotori namamu, ayah."
Bindushara membalas, "Noda pada namaku sudah muncul sejak dia yang ada di sini bersalah membunuh saudaranya sendiri. Aku merasa bangga memanggilmu anak, Ashoka. Namun hari ini aku merasa malu akan hal itu"
Sushima langsung menimpali kata-kata Samrat, "Hukum dia,
Ayahanda!". Siamak ikut berkata, "Benar, Ayahanda! Hukum dia karena berani
membunuh saudara", dan Helena ikut memanasi, "Kejahatannya telah terbukti, Anda
harus segera menjatuhkam hukuman!". Ashoka hanya diam dengan
tenang.
Bindushara memberikan kesempatan kepada Ashoka mengatakan sesuatu sebagai pembelaan dirinya.
Ashoka berkata, "Saudaraku sudah mengatakan semuanya. Sekarang ayah hanya perlu mengikuti raja-dharma (kewajiban penguasa) ayah. Aku telah bersumpah atas nama ibuku akan menerima segala keputusan ayah jika aku tidak dapat membuktikan ketidakbersalahanku. Aku menerima bahwa aku bertanggungjawab atas kematian Drupada ini". Charumitra, Sushima, Siamak dan Helena merasa lega mendengar kepasrahan Ashoka. Sedangkan Dharma, Radhagupta dan Kaurwaki menjadi tegang.
Bindushara bertanya, "Apakah kau mengerti apa yang aku
katakan?". "Benar, ayah", kata Ashoka mengangguk.
Bindu kecewa melihat Ashoka hadir ditempat itu tanpa bukti apapun. Dia berkata, "Jika sesuatu terjadi padamu maka aku..! Namun kau menyebut dirimu bertanggung jawab atas kematian Drupada ini?". Samrat Bindushara terlihat penuh pertimbangan, sementara Charumitra, Sushima, Siamak dan Helena yang sebelumnya merasa lega, raut wajah mereka bertambah semangat. Ashoka menjawab, "Mengapa Samrat dari Magadha Bindushara, putra Chandragupta Maurya merasa ragu dalam menjatuhkan hukuman? Sejak kapan Anda bertindak berpihak dalam menegakkan keadilan? Ayah Anda tidak akan menunggu selama ini. Aku pasti segera mati jika beliau ada diposisi Anda sekarang!". Dharma dan Radhagupta kaget mendengar Ashoka berani mengatakan itu. Sementara Charumitra meminta Ashoka untuk tetap dalam batas kepantasannya berbicara kepada Samrat.
Bindu mengatakan, "Bukan karena seseorang dalam pertemuan ini secara terbuka menerima kesalahanmu yang akan menyakitiku. Aku tidak bisa menggambarkan rasa sakitku hari ini dalam kata-kata. Aku masih berharap jika kau adalah anakku!"
Ashoka menjawab, "tidak ada satupun di sini yang menerimaku menjadi putra Anda. Aku selalu disebut Dassiputra (putra pelayan). Dan semua orang diam, termasuk Anda sendiri. Ini berarti semua orang membenarkan tindakan itu. Lalu mengapa Anda harus merasakan sakit? Dan Anda merasa sedih jika harus menghukum penjahat yang membunuh Drupada? Ini sangat memalukan bagiku dan bagi Magadha. Aku tidak menyangka bahwa Samrat Magadha bisa selemah ini!". Kata-kata sindiran Ashoka membuat Bindushara marah.
Bindushara turun dari tahtanya, beberapa orang berdiri dengan
tegang. Samrat menghunus pedang dari sarungnya, langsung mengayunkan pedangnya
dan menyerang Ashoka. Namun Ashoka menahan pedang itu dan menggenggamnya dengan
tangan kirinya. Semua orang kaget melihat kejadian itu, Dharma, Radhagupta,
Kaurwaki, Charumitra dan lainnya semua mendadak tegang.
Dengan masih menahan pedang, Ashoka menunjukkan sebatang anak panah kepada Samrat. "Ini adalah keinginan terakhirku. Bunuh aku dengan panah ini, jangan pedang!", kata Ashoka menjawab pertanyaan Samrat yang tidak mengerti. Yang lain juga merasa aneh dengan tindakan Ashoka itu. Sushima berguman, "drama apa lagi ini?". Charumitra dan sekutunya wajahnya berubah melihat anak panah itu.
Melihat Samrat yang ragu, Ashoka bertanya, "Apakah ada masalah? Atau Anda ragu ini tidak dapat membunuhku? Seperti Drupada yang mati oleh panah ini, tembaklah aku dengan panah ini juga". Melihat Samrat diam, Ashoka kembali bertanya, "Mengapa Anda diam? Apakah hari ini seorang Samrat kalah oleh sosok ayah?".