Sinopsis Ashoka Samrat episode 288 by Kusuma
Rasmana. Di ruang sidang istana Magadha, Pattaliputra, Sushima bertanya
kepada Samrat Bindushara dan semua yang hadir. "Bagaimana seorang Dassi-putra
(anak pelayan) bisa duduk di singgasana Magadha?", tanyanya sambil menuding
Ashoka. Bindushara marah mendengarnya dan dia berteriak,"cukup!". Semua orang
tegang dan terkejut mendengar kata-kata Sushima dan teriakan raja. Samrat
Bindushara turun dari tahtanya dan menampar Sushima di depan sidang tersebut.
Kali ini semua orang tambah terkejut lagi atas tindakan raja kepada putranya.
Terutama Charumitra, Helena, Siamak dan Khalatak yang mendelik tegang. Ashoka
tampak marah atas penghinaan itu, namun Sushima hanya melirik ke arah Ashoka,
dengan menahan marah dan malu.
"Cukup sudah!", kata Samrat kembali ke tahtanya.
"Cukup sudah!", kata Samrat kembali ke tahtanya.
Dari tahtanya dengan berdiri Samrat Bindushara berkata, "Sudah cukup pertengkaran ini, seseorang itu benar atau salah, layak atau tidak ditentukan oleh karma (perbuatan/tindakan)nya. Seorang samrat seharusnya menjadi orang yang dipercaya dan dicintai para warganya. Orang yang senantiasa ada dihati para warganya. Dan orang itu adalah Ashoka, hanya Ashoka".
Samrat melanjutkan, "Aku tidak punya keraguan lagi bahwa warga Magadha akan bahagia melihat Ashoka sebagai Yuwaraja (putra mahkota) dan Rani Dharma sebagai bakal Rajamata (ibu Suri) mereka", kata Samrat berkata menggelegar yang makin membuat kesal Sushima dan para pendukungnya. Rani Charumitra mencoba berkata, "tapi.. Samrat...", namun Samrat Bindushara langsung menyelanya, "cukup, Maharani!". Charumitra menunduk dan sedih, sedangkan Sushima sangat tegang dengan mata memerah.
"Tidak ada lagi pembahasan tentang ini. Aku telah memutuskan!. Aku, putra dari Chandragupta Maurya, Bindushara Maurya sebagai Samrat Magadha dengan ini mengumumkan putraku dari Rani Dharma, Dharmaputra Ashoka Maurya sebagai Yuwaraja (Putra Mahkota)!", kata Samrat Bindushara mengeluarkan keputusannya.
Para hadirin bersorak gembira dan berseru, "hidup Yuwaraja Ashoka! hidup Yuwaraja Ashoka!".
Hal yang berbeda dengan Helena, Mahamatya, Charumitra, Siamak dan Sushima yang terus berwajah tegang seakan tidak percaya. Samrat Bindushara juga mengumumkan acara Rajya-abisheka (penobatan kerajaan) bagi Pangeran Ashoka akan dilangsung besok didalam ruang sidang itu juga.
"Buatlah persiapan untuk acara ini sebaik mungkin", kata Bindushara menutup pertemuan itu dan meninggalkan ruangan. Semua yang hadir di ruangan sidang itu pergi, kecuali para anggota keluarga kerajaan.
Sushima melihat ke arah adiknya dengan marah. Drupada mendekat
dan memeluk Ashoka. Para anggota keluarga kerajaan serentak mendekat ke arah
kedua pangeran. Entah sengaja atau tidak, keluarga kerajaan terbelah menjadi dua
pihak. Masing-masing berpihak kepada Sushima yaitu: Charumitra, Helena, Siamak
dan Mahamatya, sedangkan Dharma, Subhrasi, Drupada, Radhagupta, ditambah
Jagannatha dan Kaurwaki berdiri disamping Ashoka yang menatap Sushima dengan
marah. Dharma yang sebenarnya tidak mau berpihak, menatap kedua pangeran dengan
pandangan aneh. Drupada pergi dari ruangan itu untuk memberitahu teman-temannya,
dia diikuti oleh Rani Subhrasi.
Helena menatap Ashoka dengan pandangan culas. "Kemenangan Ashoka sama dengan kemenangan Chanakya. Aku tidak akan pernah bisa menerimanya. Lebih baik aku memenggal kepalamu sebelum kau mencoba duduk diatas kepalaku", gumannya lalu pergi.
Siamak juga sibuk dengan pikirannya bahwa Ashoka tidak pernah tahu kebencianku hingga sekarang, namun dia akan melihatnya sejak saat ini. "Kau tidak akan menyangka orang yang kau percaya berbalik menikammu", batin Siamak berlalu dari ruangan itu. Sementara Charumitra berpikir sambil menatap Ashoka. "Aku akan menghancurkan hidupmu dan Dharma atas rasa sakit yang kalian berikan padaku dan putraku", batinnya. Sushima yang tegang menyambar sebilah pedang dari kursinya dan bermaksud menyerang Ashoka. Namun Charumitra memegang tangan Sushima dan menghentikannya.
"Tidak, putraku, tidak! Ini bukan tempat dan waktu yang tepat untuk melakukan ini!", kata Charumitra sambil menatap Ashoka dan Dharma, sementara Jagannatha dan Kaurwaki tampak tegang.
"Ayo pangeran!", kata Khalatak sambil menenangkan Sushima dan bersama Charumitra segera membawa Sushima keluar dari ruangan itu. Ashoka hanya menatap kepergian mereka dengan marah. Kali ini Dharma juga pergi tanpa mengucapkan sepatah kata apapun, yang membuat Ashoka merasa ada yang salah. Ashoka segera mengikuti langkah ibunya, demikian juga Radhagupta, Jagannatha dan Kaurwaki ikut keluar ruangan. Sesaat kemudian tampak seekor singa mengaum didepan singgasana ruangan sidang yang sudah sepi itu.
Di ruangan pribadinya, Sushima sedang telanjang dada dan
memukul-mukulkan cambuk ke badannya sendiri. Dia terus terbayang kata-kata
Samrat yang mengumumkan Ashoka sebagai pewaris. Hal yang membuatnya sakit hati.
Seorang pelayan lelaki datang dan minta agar Sushima menghentikan itu. Namun
Sushima malah memberikan cambuknya kepada lelaki itu. "Cambuk aku dengan sekuat
tenaga!", perintahnya. Namun lelaki itu mencoba menolak perintah, "bagaimana aku
bisa melakukan ini, pangeran?". Sushima yang marah malah menampar lelaki itu.
"Aku memang tidak menjadi seorang yuwaraja, namun tidak berarti kau boleh
membantahku!", kata Sushima serak.
Akhirnya lelaki menuruti permintaan Sushima. Dia mencambuk Sushima beberapa kali, namun Sushima minta agar dia mencambuk dengan lebih keras lagi. "Kalau tidak, aku akan membunuhmu!", ancam Sushima, lelaki itu hanya bisa menurut.