Sinopsis Ashoka Samrat episode 369 by Kusuma Rasmana

Sinopsis Ashoka Samrat episode 369 by Kusuma Rasmana. Di ruangan permaisuri dalam istana Magadha, Pattaliputra, sesi latihan kompetisi bagi para putri yang ikut sayembara akan dimulai. Dharma duduk dengan anggun di kursi Rani di ruangan itu sementara para putri yaitu putri Shristi, Ananta, Anandini, Chanda dan Kaurwaki, duduk berjejer sisi kiri dan kanan di kursi masing-masing dihadapannya.
Dharma memberi penjelasan kepada para putri, "Kedua putra kami, para pangeran, hidup dan tumbuh dibawah asuhan para orang tua, para tetua yang mendidik mereka. Di istana ini ada seorang Rajmata, seorang Maharani, para resi atau acharya yang mumpuni". Sementara para putri semua tersenyum sumringah mendengar penjelasan itu.

"Juga satu Achi Rani, satu Yogi Rani yang semuanya sayang kepada kedua pangeran", kata Dharma lagi. Namun belum selesai kalimat Dharma, terdengar suara perempuan dari arah luar ruangan itu menimpali.
"Dan satu lagi istri yang jadi kesayangan raja", kata perempuan yang datang itu yang ternyata Maharani Charumitra.
Para putri serentak bangkit dari duduknya dan memberikan salam dengan mencakupkan tangan mereka. Charumitra melangkah mendekati Dharma sambil menampilkan wajah dingin dan ketus.
"Seorang istri kesayangan yang sebenarnya seorang dasi (pelayan) belaka", Charumitra berkata pelan sambil melihat Dharma dengan pandangan tidak suka. Dharma hanya diam menampilkan wajah tegang atas sindiran itu, namun Kaurwaki melihat jelas bagaimana ketusnya Charumitra kepada Dharma.


Charumitra berbalik menghadap para putri sambil menampilkan senyumnya lalu duduk didekat Dharma. Dia lalu menyebutkan syarat untuk menjadi istri yang baik bagi para pangeran.
"Tugas pertama seorang istri adalah memasak untuk suaminya. Tugas kedua jika diperlukan, mengangkat pedang untuk melindungi suaminya. Dan yang terakhir harus pandai mengatur diri untuk tampil cantik sehingga tidak ada orang lain yang merebut perhatian suaminya darinya", kata Charumitra penuh sindiran di akhir kalimatnya. Dharma hanya diam melihat Charumitra yang bicara.
"Wanita yang memiliki sifat-sifat ini akan dapat menjadi ibu rumah tangga yang hebat, Ratu yang sempurna dan orang yang sempurna dalam mengubah suasana rumah menjadi rumah tangga dalam arti sebenarnya", kata Charumitra lagi.
Dharma menyetujui perkataan Charumitra dengan penuh semangat, sementara para putri mendengarkan dengan saksama.

Dharma bahkan menambahkan penjelasan Charumitra bagaimana seorang istri harus terampil dalam bidang kuliner dan mencontohkan jenis masakan Pulao yang mungkin harus dikuasai istri dalam melayani suami. Charumitra bertanya bagaimana bisa Dharma memberikan contoh masakan Pulao kepada para putri yang mungkin baru bagi mereka. Dharma pun menjelaskan bahwa masakan Pulao itu bisa dipelajari bagi yang belum mengetahui cara menyiapkannya.
Pulao adalah sejenis masakan yang terbuat dari beras atau bulgur yang ditumis bersama rempah-rempah dalam mentega hingga kekuningan dan ditanak dengan air kaldu. Variasi namanya menurut beberapa bahasa: Polao, Pullao, Pilau, Pilav, Pilaff, atau Plov.
Saat berbicara tentang keterampilan kuliner termasuk masakan Pulao, beberapa putri tertarik bertanya.
"Aku belum tahu banyak tentang masakan. Aku bahkan tidak tahu bagaimana cara membuat Pulao", kata Kaurwaki.
"Mungkin Anda bisa mengajari kami, Maharani Charumitra", kata Kaurwaki lagi, yang didukung oleh para putri lainnya.

"Baik, Ayo ikut Aku sekarang", kata Charumitra bangkit dari duduknya. Para putri mengikuti langkah Charumiitra menuju ruang dapur istana, sementara Dharma tersenyum melihat para putri yang antusias.
Charumitra membawa para putri ke dapur istana yang mewah, beberapa pelayan yang ada di situ serentak menepi dan berdiri memberi penghormatan dengan menunduk. Di depan para putri, Charumitra menjelaskan bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat Pulao yang enak. Sementara para putri menyimak dengan antusias. Dharma yang datang kemudian berkata, "Maharani, Anda sudah menjelaskan semua bahan Pulao agar enak, tapi melupakan satu hal yang penting".
Para putri heran, sementara Charumitra menoleh dan berusaha mengingat apa yang dimaksud Dharma.
"Yaitu garam", kata Dharma yang membuat Charumitra menggerutu dalam hati. Para putri lega dan mengangguk seakan memahami.

Dharma lalu berkata, "Seperti bahan rempah-rempah yang membuat Pulao menjadi enak, demikian juga kualitas seorang istri dan ciri kepribadiannya akan menentukan menjadi istri yang baik".
Para putri mendengarkan dengan saksama dan merasa senang dengan apa yang diajarkan Dharma.
"Demikian juga garam dalam bahan Pulao bisa diumpamakan dengan cinta dan dedikasi dalam kehidupan pernikahan. Karena itu aku minta kepada kalian agar memiliki keseimbangan cinta untuk menjaga suami dan dedikasi kepada pangeran atau raja kalian agar tetap pada jalur yang benar dan menjaga keseimbangan pernikahan kalian", kata Dharma lagi di depan para putri. Para putri sumringah mendengar penjelasan itu, termasuk Charumitra yang diam-diam mungkin sebenarnya kagum dengan luasnya pengetahuan Dharma.
"Terima kasih, Rani Dharma. Anda telah memberikan pemahaman yang sempurna dari apa yang kami cari dalam menjadi seorang istri", kata Kaurwaki seolah mewakili para putri.

Dharma kemudian memberitahu para putri tentang tahap kompetisi yang harus dilalui mereka dalam swayamvara (sayembara) itu. Mulai dari ketangkasan memanah dan pertahanan diri, kuliner atau memasak dan keterampilan berorganisasi. Para putri semuanya terkejut, mungkin baru sadar dan teringat tentang tahap kompetisi yang akan dihadapi.
Dharma berkata, "Siapa pun diantara para putri disini yang menjadi juara dalam kompetisi, akan mendapatkan kesempatan pertama untuk memilih pasangan dan menikah dengannya".
Ucapan Dharma membuat para putri menampakan wajah gembira dan semangat, mungkin mereka membayangkan menikah dengan salah satu pangeran.
"Restuku bagi Kalian semua, semoga kalian berhasil menang!", kata Dharma memberkati mereka semua. Melihat Charumitra pergi, Dharma pun segera pergi meninggalkan para putri di ruangan dapur tersebut.

Sepeninggal para rani, dua putri yaitu putri Anandini dan Shristi malah mulai berdebat sengit karena masing-masing merasa diatas pesaingnya. Putri Ananta mendelik kepada Kaurwaki yang resah dan menoleh kepadanya. Hanya Putri Chanda yang sedikit tenang. Kaurwaki yang resah dan tegang ditempatnya, membatin, "Seandainya Ashoka mengenaliku, aku tidak harus melalui semua ini!".
"Jadi Aku harus memenangkan kompetisi ini bagaimanapun caranya sekarang. Tapi bagaimana jika aku kalah? Ah tidak.. Tidak! aku tidak boleh membayangkan diriku kalah!", batin Kaurwaki yang semakin tegang. Putri Chanda melihat ketegangan di wajah Kaurwaki, dia lalu mengangguk dan tersenyum ke arah Kaurwaki untuk meyakinkannya. Kaurwaki hanya membalas senyuman itu walaupun tetap resah.

Di koridor istana, Acharya Radhagupta yang sedang melangkah bersama Bindushara, berkata, "Ashoka ingin membahas perkembangan terakhir Gondana, tapi dia menjelaskan hanya dalam ruang strategi dan itu pun hanya dengan saya sendiri". Bindushara kaget dan bertanya, "Mengapa?".
Acharya menjawab, "Dia tidak ingin orang lain tahu tentang hal itu". Bindushara menjadi tegang namun wajahnya tersenyum melihat siapa yang datang dari arah depan. Sementara itu, tanpa setahu mereka, Sushima dan Siamak diam-diam sedang menguping pembicaraan itu, masing-masing dari balik pilar yang berbeda. Ashoka datang menghampiri Bindushara dan Radhagupta dan mengucapkan salamnya.

Bindushara berkata, "Acharya menjelaskan kepadaku tentang langkah yang akan kau lakukan dalam menangani masalah Gondana, hanya saja Kau minta itu dirahasiakan?". Ashoka hanya diam menyimak penuh perhatian.
Bindushara bertanya, "Bagaimana perkembangan mengenai mata-mata yang mengawasi Gondana dan strategi ke arah itu?".
Ashoka tidak langsung menjawab, dia mengamati sekitar dengan matanya. Ashoka melihat bayangan Sushima yang menguping pada perisai bundar yang mengkilat dan bergantung pada salah satu pilar. Rupanya Sushima sedang bersembunyi sambil menguping untuk mendengar pembicaraan mereka.
Ashoka akhirnya berkata, "Aku telah mengatur segalanya dengan sempurna, Samrat. Dan malam ini aku akan berhasil mendapatkan Gondana bagaimanapun caranya".

"Bagus!, jalankan langkah itu dengan baik!", kata Bindushara memberi semangat kepada Ashoka. Ashoka tersenyum sambil melirik bayangan Sushima sekali lagi. Lalu mempersilakan Samrat dan Acharya melangkah duluan dari tempat itu. Samrat dan Acharya pun pergi diikuti oleh Ashoka di belakang mereka.
Sushima dan Siamak kecewa di tempat masing-masing karena tidak mendapatkan informasi yang penting. Melihat mereka semua pergi, Siamak keluar dari persembunyian dan bergegas pergi dengan setengah berlari sambil melihat kiri-kanan memastikan tidak ada yang melihatnya.

PREV  1  2
Bagikan :
Back To Top