Sinopsis Ashoka Samrat episode 369 bag 2

Sinopsis Ashoka Samrat episode 369 bag 2 by Kusuma Rasmana.  Di balik pilar, Sushima melihatnya heran dan curiga. "Apa motif Siamak ikut juga menguping sepertiku? Dia tampak resah mendengar pembicaraan tentang Gondana. Dan sekarang dia tampak buru-buru menuju suatu tempat dan tak ingin orang tahu? Apakah Siamak dan Gondana terkait?", batin Sushima.

Sushima mencoba mengejar langkah Siamak dari jauh. Dia diam-diam mulai mengikuti Siamak saat dilihatnya mulai memasuki hutan kecil di luar Pattaliputra. Di hutan itu, Siamak yang melangkah pelan segera berhenti, perasaannya mengatakan ada orang yang mengikutinya. Sushima segera melompat ke belakang semak belukar saat melihat Siamak berhenti. Siamak yang menengok ke belakang tidak melihat siapa pun. Namun setelah melihat lebih lekat lagi, dia melihat kain selempang yang dipakai Sushima sedikit menyembul dari balik semak. Siamak segera berlari dari tempat itu, sementara Sushima diam-diam kembali mengikutinya. Siamak segera bersembunyi dibalik semak yang rimbun dan lebat. Sushima yang tiba di tempat itu harus kecewa dan kesal karena kehilangan jejak Siamak.


Sementara itu, di ruangan strategi, Acharya Radhagupta dan Ashoka sedang memetakan strategi mereka berikutnya terhadap Gondana. Acharya berkata, "Kau jelaskan bagaimana motif yang ada dalam pikiran mereka dan bagaimana rencanamu untuk mencapainya".
Ashoka menjawab, "Kita harus berpura-pura acuh tak acuh terhadap motif musuh untuk mengakalinya. Dan jika Sushima terkait dengan Gondana, ia pasti akan pergi untuk mengingatkan mereka. Jika dia marah kepada mereka, maka mereka pasti akan keluar dari persembunyiannya untuk memberikan reaksi".

Di persembunyian Helena yang berupa pondok sederhana, Siamak menceritakan tentang yang diketahui kepada Helena.
Helena langsung bertanya, "Apa yang mungkin bisa Ashoka dapatkan untuk mengetahuinya?"
Siamak menjawab, "Ashoka berbicara di depan Samrat dan Acharya dengan penuh percaya diri dan tampaknya ia memiliki sesuatu!".
Helena berkata, "Mungkin Ashoka mencoba menjebakmu dan mungkin itu hanya strategi mereka atau konspirasi saja"
Siamak berkilah, "Itulah risiko yang harus kita hadapi, karena orang-orang sudah mulai menyukai Ashoka. Terutama setelah dia berhasil menangkap para penagih pajak Gondana. Bukan hanya Ashoka, Sushima sekarang juga berbahaya karena dia mengikutiku, namun aku bisa meloloskan diri darinya. Tampaknya kita harus berhati-hati terhadap kedua saudara itu". Helena hanya diam smbil berpikir keras.

Acharya mendekati Ashoka dan bertanya, "Bagaimana kau begitu yakin tentang hasil dari rencanamu? Apakah gagasanmu itu bisa terjadi? Karena keputusan dan strategi Gondana harus menunjukkan bahwa kau sangat cerdas. Kita harus memiliki solusi sempurna".
"Untuk keberhasilan tahap berikutnya dari rencana kita, kita membutuhkan umpan tambahan yang akan segera menarik mereka keluar!", kata Acharya lagi.
Ashoka menjawab, "Aku akan menjadi umpan yang tepat, karena Gondana ingin aku keluar sebagai langkah pertama. Aku tidak akan mundur satu kaki pun, bahkan jika aku harus menempatkan hidupku dalam bahaya demi mewujudkan persatuan India!".

Di tempatnya, Helena berkata pelan kepada Siamak, "Jika benar-benar tujuan kita adalah untuk memerintah kerajaan, maka kita harus memperkuat pasukan militer. Untuk memenuhi tujuan kita, kita harus mengambil risiko besar. Untuk kemenangan kita, risiko lebih besar mengarah pada keuntungan yang lebih besar. Kita harus memanfaatkan permusuhan Sushima terhadap Ashoka. Karena aliansi kita dengan Sushima akan berakhir suatu hari nanti dan itu akan menguntungkan kita. Bila salah satu dari dua anak Samrat Magadha itu mati karena anak lainya, maka anak lain itu akan bunuh diri atau dihukum mati".
Siamak bertanya, "Bagaimana itu bisa terjadi?"
Helena menjawab, "Kau tentu ingat kepada janji Bindushara bahwa jika seorang anaknya meninggal, maka ia akan membunuh anak yang lain juga".
Siamak ingat dengan janji Samrat di Dangal atau arena saat menghentikan Ashoka dan Sushima yang bertarung. Dia sumringah dan merasa harus menentukan langkah selanjutnya. "Aku sendiri harus memastikan hal itu bisa terjadi malam ini!". Helena menepuk bahunya dengan tersenyum puas.
Di hutan atau taman sekitar istana, di tempat latihan para putri yang ikut sayembara, Putri Chanda menemukan Putri Ananta yang gemuk malah sibuk menikmati makanan dan minuman bukannya berpartisipasi dalam latihan memanah.

Chanda mengingatkan, "Mengapa Kau malah beristirahat? Kau harus berpartisipasi untuk bisa memilih pangeran"
Putri Ananta menolak, dia beralasan hanya menyukai menikmati makan dan istirahat.
Ibu dari putri Srishti datang menemui Chanda dan Ananta menanyakan keberadaan putrinya, namun kedua putri itu tidak mengetahuinya. Ibu putri Srishti lalu pergi dengan perasaan kecewa karena tidak menemukan putrinya dimanapun.
Sementara itu, Srishti bersembunyi di balik semak-semak dan melihat ibunya yang bergegas pergi.
Srishti berpikir, "Aku tidak baik dalam pekerjaan apapun dan aku hanya melakukan apa yang ibuku perintahkan. Aku tidak bisa mengambil risiko akan malu seumur hidupku dan sampai seluruh kompetisi belum akhir, aku akan terus bersembunyi!".

Ashoka tiba di tempat itu dan langsung menuju lapangan memanah. Dia memeriksa dan menguji beberapa busur yang ada di situ, termasuk bentangan dan ketegangan talinya. Di tempat itu juga ditempatkan beberapa anak panah, tombak, perisai dan senjata lainnya yang sudah disiapkan untuk keperluan latihan.
Ashoka sedang memeriksa kelurusan anak panah ketika Putri Anandini datang dan memegang bahunya. Ashoka segera menoleh dan melihat putri cantik di depannya itu.
Anandini berkata, "Aku harus berbicara denganmu tentang sesuatu. Kau pasti bertanya karena aku sudah memiliki segalanya, lalu apa yang aku inginkan lagi. Aku membutuhkan pelajaran memanah dan aku ingin belajar darimu".
Anandini mendekatkan tubuhnya kepada Ashoka membuat Ashoka salah tingkah dan melangkah mundur.

"Tapi.. aku...", kata Ashoka sambil berbalik dan menemukan Kaurwaki yang sedang memetik bunga. Ashoka tersenyum karena gagasan muncul dibenaknya, "Dia ingin menjaga identitasnya tetap rahasia, kan?", sambil memandang Kaurwaki.
Ashoka pun menuruti permintaan Anandini, "Tentu saja, aku akan mengajarimu memanah dengan baik".
Anandini tersenyum senang. Ashoka mengambil sebuah busur dan sebatang anak panah. Ashoka pun mendekatkan tubuhnya kepada Anandini dari belakang dan minta agar Anandini ikut memegang busur tersebut. Anandini tidak mau kalah, tangan kirinya bukannya memegang busur dengan baik, malah memegang tangan Ashoka dengan lekat. Tangan kanannya yang harusnya memegang anak panah dengan menjepit, juga diatas tangan Ashoka, sambil menatap Ashoka dengan mesra.

"Lihat ke depan, Putri!", kata Ashoka mendekatkan pandangannya. Anandini tersenyum menuruti perintah Ashoka.
"Bidik kearah sasaran, penglihatan harus ke arah itu, tarik yang kuat!", kata Ashoka mengarahkan anak panah ke suatu arah. Namun Ashoka lalu memutar arah sehingga menuju Kaurwaki yang masih memetik bunga.
"Lepas!", kata Ashoka melesatkan panah. Anak panah yang lepas mengenai bunga yang sedang dipegang Kaurwaki. Kaurwaki kaget dan menoleh ke arah mereka, namun Ashoka dan Anandini malah tertawa geli dan menikmati Kaurwaki yang melihat mereka sambil menahan marah. Ashoka terus memuji Anandini dengan berlebihan.

"Jika aku bersamamu, maka aku pasti akan menang dalam kompetisi!", kata Anandini mesra sambil menatap Ashoka dan memegang tangannya. Ashoka melirik sekilas ke arah Kaurwaki yang sangat cemburu.
"Iya, itu pasti. Kita coba lagi?", kata Ashoka mengambil sebatang anak panah lagi. Ashoka tampaknya tak peduli atau malah sengaja menikmati kecemburuan gadis itu. Kembali Ashoka mengajari Anandini memanah sambil memamerkan kemesraaan mereka di depan Kaurwaki. Kaurwaki membatin, "Aku tahu apa yang sedang kau lakukan. Kau tunggu saja dan lihat apa yang bisa aku lakukan!", sambil terus menatap kedua insan itu.


CUPLIKAN : Seekor kuda berlari cepat membawa Kaurwaki yang pingsan dan membungkuk diatas punggung kuda. Ashoka berlari mengejar kuda itu untuk menyelamatkan Kaurwaki. Dia akhirnya berhasil memegang tangan Kaurwaki dan menariknya turun dari kuda yang terus berlari liar. Keduanya lalu jatuh menggelinding di dataran bukit yang miring dan mengarah ke tebing dan keduanya jatuh ke sungai. Siamak berkata pada Helena, "Nenek harus melihat ekspresi ketakutan di wajah Sushima yang takut kepada kematiannya, bukan kebahagiaan dari kematian Ashoka". Helena berharap Bindushara masih ingat dan melaksanakan janjinya. Bindushara berkata di ruang sidang, "Jika sampai sore hari ini belum ada berita bahwa Ashoka masih hidup, maka malam harinya Sushima harus menutup matanya selamanya!". Sushima mendengarnya tegang, demikian juga Charumitra, Mahamatya, Dharma dan Acharya Radhagupta.

PREV  1  2  NEXT
Bagikan :
Back To Top