Sinopsis Ashoka Samrat episode 394 by Kusuma
Rasmana. Di ruang sidang Istana Magadha, Pattaliputra, suara lantai
pada ujung ruang sidang yang bergeser mengejutkan Samrat dan Sushima dan juga
yang lainnya. Ternyata itu adalah pintu rahasia dari ruang bawah tanah atau
terowongan yang terbuka. Seseorang mengenakan jubah bertudung berwarna hitam
muncul dari pintu itu. Setelah orang itu muncul di permukaan yang merupakan
ruang sidang, pintu itu menutup kembali. Orang itu sudah tua dan tampak bingung
dengan keberadaannya sendiri di tempat itu. Semua orang tercengang melihat sosok
tua yang memakai jubah dan tudung hitam itu. Terutama Sushima, Charumitra dan
Mahamatya yang melihat sosok tersebut mengingatkan dia akan sosok Gondana dengan
jubah hitamnya. Sosok berjubah itu terus melangkah kebingungan.
"Hati-hati, Nyonya, Kau mungkin membutuhkan bantuan", kata Ashoka memegang sosok tua berjubah itu. Sosok tua itu terus menunduk karena mulai sadar dengan keberadaanya dan orang yang memegangnya. Sedangkan Samrat berusaha mengenali sosok berjubah itu yang wajahnya tidak tampak karena tudungnya.
Di sisi lain di suatu tempat di ujung trowongan, Siamak berdiri
gelisah menunggu kedatangan Helena. Sejenak muncul wanita asing yang bernama
Lasendra yang membungkus tubuhnya dengan jubah gelap, tapi tidak bersama Helena.
Siamak bertambah heran dan bingung.
Lasendra bertanya, "Dimana Rajmata?", Siamak menjawab, "Aku tidak tahu, bukannya dia bersamamu?".
Lasendra bertanya, "Dimana Rajmata?", Siamak menjawab, "Aku tidak tahu, bukannya dia bersamamu?".
Lasendra berkata, "Tadi dia berjalan di depanku".
"Jika kau tidak bersama Rajmata Helena berarti dia tersesat, apa ada jalan lain...", kata Siamak berpikir keras. Lasendra hanya diam dan merenung, namun sejatinya dia teringat pembicaraanya dengan Ashoka yang juga dihadiri oleh Kaurwaki dan Acharya Radhagupta. Kilas balik ditampilkan, Ashoka tidak ingin Siamak atau siapapun curiga bahwa Lasendra bersama dan mendukungnya. "Dalam ruang sidang Aku akan berbicara menentangmu dan Yunani, dimana kakakku, Sushima pasti akan mendukungmu. Dan Samrat akan meminta waktu untuk sebelum membuat keputusan. Kau akan menghabiskan waktu itu disini. Dan selama waktu itu, kau harus meluluhkan hati Siamak dan membuat dia percaya kepadamu bahwa kau akan membantu Rajmata kabur"
Lasendra meyakinkan Ashoka, "Aku bisa diandalkan untuk itu. Kecantikanku tidak pernah ada bisa menolaknya".
Kaurwaki berkata "Kau mungkin bisa menjebak Siamak tapi tidak Rajmata. Dia selalu ekstra hati-hati. Bagaimana kau akan memenangkan kepercayaannya?".
Lasendra berkata, "Ini adalah surat yang ditulis oeh Helena untuk Raja Yunani sekarang, Anthiokosh. Aku mendapatkannya!", Lasendra menunjukkan gulungan surat. Kaurwaki membaca gulungan surat itu sekilas, lalu memberikannya kepada Ashoka.
Ashoka yang membacanya tersenyum dan berkata, "Bagus! Saat Rajmata mempercayaimu, kau harus memaksa Siamak untuk menunggu pada akhir terowongan yang akan membawanya keluar dari Pattaliputra. Kau yang akan menuntun Rajmata keluar dari persembunyiannya menuju trowongan dan kau berikan belati ini kepadanya".
"Untuk apa belati ini?", tanya Lasendra.
Ashoka menjawab, "Untuk memenangkan kepercayaannya. Begiti dia akan merasa terjamin denganmu Maka dia akan setuju untuk berjalan di depanmu. Jika itu terjadi maka..."
Kilasan adegan beralih saat Helena berjalan di terowongan di depan Lasemdra. Lasendra berkata, "Kau harus terus berjalan menyusuri jalan ini. Siamak akan menunggumu di ujung terowongan".
Helena terus berjalan menyusuri terowongan itu yang temaram oleh cahaya beberapa obor. Dia tak menyadari ada wanita lain yang berjubah mirip Lasendra siap menunggunya diam-diam. Wanita itu pun segera menggantikan Lasendra yang melangkah di belakang Helena dan mulai pergi membayangi Helena yang terus melangkah. Sedangkan Lasendra melangkah pergi ke arah lain.
Helena berhenti seakan memikirkan sesuatu, dibelakangnya wanita yang menggantikan Lasendra ikut berhenti, "Kau harus terus berjalan", katanya dan Helena pun melangkah lagi. Kilas balik berakhir.
Lasendra berkata, "Terowongan itu agak gelap. Pasti Ashoka telah mengetahui rencana kita bagaimana pun caranya. Ada yang berjalan salah sekarang. Ayo kembali ke istana!".
Siamak tanpa pikir panjang segera pergi menuju istana.
Lasendra yang melihat kepergian Siamak menyeringai, "Tidak ada yang bisa menyelamatkan Helena alias Gondana dari kematiannya!".
Di ruang sidang, Ashoka yang barusan membantu wanita tua yang
menutupi wajahnya melihat orang-orang berusaha mengenali wanita tua bertudung
itu. Dia berkata, "Sepertinya kalian semua tidak bisa mengenalinya. Aku akan
membantu kalian!".
Ashoka membuka tudung dari jubah yang kenakan perempuan tua itu dengan menggunakan belati.
Semua orang terkejut melihat wajah wanita tua itu, Samrat, Dharma, Witthasoka dan orang-orang lainnya ternganga melihat sosok itu. Sementara Sushima, Charumitra dan Mahamatya terkejut dengan alasan berbeda. Wajah tua itu adalah wajah culas yang diketahui sudah mati sepuluh tahun yang lalu. Ya, karena itu adalah wajah Rajmata Helena. Sementara Helena yang kedoknya terbuka di ruangh sidang itu melihat ke arah semua orang dengan pandangan tajam.
Ashoka membuka tudung dari jubah yang kenakan perempuan tua itu dengan menggunakan belati.
Semua orang terkejut melihat wajah wanita tua itu, Samrat, Dharma, Witthasoka dan orang-orang lainnya ternganga melihat sosok itu. Sementara Sushima, Charumitra dan Mahamatya terkejut dengan alasan berbeda. Wajah tua itu adalah wajah culas yang diketahui sudah mati sepuluh tahun yang lalu. Ya, karena itu adalah wajah Rajmata Helena. Sementara Helena yang kedoknya terbuka di ruangh sidang itu melihat ke arah semua orang dengan pandangan tajam.
Bindushara yang masih kaget dengan tatapan tajam teringat permintaan terakhir Helena sebelum kematiannya sepuluh tahun yang lalu dan dia teringat juga kerangka yang mereka lihat dalam peti jenazah saat kuburan Helena dibongkar pada beberapa waktu yang lalu. Bindusahara berkata, "Itu berarti putraku benar. Aku membuat kesalahan dalam mengerti dia. Aku membuat kesalahan besar dengan tidak mempercayainya. Dia terus mengatakannya tapi pengalamanku membuat aku hanya percaya bahwa putra Dharma ini berbohong. Aku menganggap dia mengatakan hal yang mustahil".
"Ashoka! Aku bersumpah akan membunuhmu, Daasi-putra (putra pelayan)!", teriak Helena memaki Ashoka yang berdiri jauh didepannya.
"Helena!", kata Bindushara menyebut nama Rajmata tanpa sebutan gelar atau ibu yang membuat Helena terkejut. Semua orang juga terkejut karena mendengar Samrat memanggil nama Rajmata secara langsung.
Bindushara berkata marah, "Jangan lupa bahwa kau adalah penjahat Magadha. Dharma adalah Rani dan Ashoka adalah pangeran Magadha. Tidak ada yang boleh menghina istri dan anakku di ruang sidangku! Aku tidak akan membiarkan itu terjadi". Bindushara menuding Helena.
Helena berkata, "Aku tidak akan pernah melupakan Ashoka. Aku dihukum 10 tahun yang lalu hanya karena dia. Seorang Helena, yang ingin membunuh Ashoka! Namun dia telah dikalahkan oleh penemuan seorang anak yang berumur 15 tahun. Aku merencanakan kematianku untuk membunuh Ashoka. Aku menggunakan ramuan obat yang melemahkan detak jantung namun Aku tidak mati. Ashoka mengetahui kebenaran tentang kematian Acharya Chanakya. Itu karena ulahku ingin menjebaknya. Dalam kemarahannya dia bertindak kejam. Aku yang berpura-pura mati sengaja berbohong kepadamu bahwa aku tidak berkata apapun kepada Ashoka. Kau lebih percaya kepada ibu tirimu yang sedang sekarat dalam nafas terakhirnya. Kau tidak bisa percaya pada anak tercintamu!".
Bindushara yang marah menatap Helena tajam, dia teringat hal yang sama. Waktu itu Ashoka meminta Samrat menanyakan Helena tentang kematian Chanakya, namun dibantah oleh Helena dan mengatakan tidak mengatakan apapun kepada Ashoka.
"Akibatnya Kau mengusir Ashoka selama 10 tahun dari Magadha. Dia dihukum dan tinggal dengan identitas baru. Aku juga hidup dengan identitas baru. Aku berubah menjadi Gondana. Tidak ada yabg bisa menghentikanku. Aku menyebarkan teror tepat dibawah hidungmu. Aku membuat orang-orang membayar pajak Gondana dan memanfaatkan Prantapala (penguasa wilayah) seperti Nirankush. Kau tidak menyadari itu semua. Kekuatanku, uangku, pasukanku bertambah begitu pesat. Dan jika itu bukan karena Ashoka, aku pasti sudah duduk diatas singgasana Magadha sekarang. Ashoka tidak salah dalam mengatakan apapun tapi Kau adalah pemimpin yang lemah! Tapi Ashoka ini telah kembali! Secepat dia memasuki Pattaliputra ini, dia membunuh Tantrik dan menghancurkan duniaku! Pertama dia menangkap para pemungut pajakku yang membuat kekuasaanku lemah. Dia mengetahui nama tangankanan-ku, Uttara dan Dakshina. Dia membunuh Dakshina dan mengambil hartaku. Dia tidak menyisakan apapun untukku tapi dia belum puas. Dia memaksa Nirankush untuk mengatakan kebenaran. Dia membuatnya bebas dari tahanan supaya dia bisa mengikutinya. Ashoka pasti sudah menangkapku hari ini jika bukan karena Uttara. Tapi dia sudah melihat kilasan dari Gondana. Dia tahu bahwa Gondana adalah wanita! Ketika Uttara mengakui bahwa dia adalah Gondana di ruang sidang, semua orang percaya kecuali Ashoka. Ashoka menggunakan rencanaku untuk menentangku. Dia menggantung jasad Uttara di lapangan umum dan membakarnya. Itu mengakhiri ketakutan masyarakat kepada Gondana. Aku tidak memiliki uang ataupun orang-orang. Dia mencapai Wirata, disana dia mengetahui bahwa aku masih hidup dari Nirankush. Aku tahu aku menghentikan dia dari menangkapku dengan segala cara. Aku menggunakan dua prajurit Sushima untuk meledakkan semua orang dari garis keturuan Maurya. Tapi takdir selalu mendukungnya. Nayaka mengorbankan hidupnya dan menghancurkan rencanaku", kata Helena menghentikan ucapannya dengan getir. Sementara Bindushara dan Ashoka melihatnya dengan marah.
Helena berkata lagi, "Acharya Chanakya disebut sebagai peramal
masa depan bukan tanpa alasan. Ramalannya tepat karena takdir telah memilih
Ashoka. Dia adalah orang yang beruntung. Semua hal yang aku lakukan untuk
menghancurkan Ashoka berakhir gagal. Aku berusaha menghempakan dia ke tanah
sepanjang waktu. Tapi aku tidak menyadari bahwa ia adalah benih yang hanya akan
tumbuh lebih tinggi dari sebelumnya. Dari Pattaliputra ini, Aku harus mencapai
area Yunani dengan aman. Tapi, Ashoka mengalahkanku saat ini juga. Aku tidak
tahu bagaimana!". Helena berteriak dan menangis.
Ashoka berkata, "Aku tahu kau bersembunyi seperti tikus dan
akan berusaha untuk kabur juga seperti tikus. Aku sengaja menggali terowongan
itu, tidak menempatkan prajurit di sana dan membiarkannya kosong. Aku
mengumpanimu untuk mengambil jalan itu dan kau melakukannya. Kau melarikan diri
seperti pengecut! Kau tidak tahu bahwa aku mengubah arah dan kau akhirnya sampai
disini, Rajmata Helena".
Helena menggeleng dan menangis, sedangkan di tempat masing-masing Charumitra, Sushima dan Mahamatya menjadi resah.
"Cukup kata-katamu! Aku lelah. Aku tidak bisa menahannya lagi. Bebaskan aku dari neraka ini!", kata Helena menangis.
Ashoka berkata tegas, "Harapanmu akan segera terkabul! Aku pastikan kau akan dihukum karena menjadi pengkhianat terbesar Magadha. Saat ini aku akan memastikan kematianmu tidak palsu lagi tapi asli!".
Tiga pendukung Helena, yaitu Sushima, Charumitra dan Mahamatya menjadi terkejut dan gelisah.
Siamak sampai di pintu masuk ruang sidang, Lasendra menyusul
dibelakangnya. Siamak terlihat kaget. "Pitamahi ternyata ada disini", kata
Siamak, "Aku tidak akan membiarkan Ashoka! Aku harus melakukan sesuatu sebelum
dia yang melakukan sesuatu kepada Helena!", kata Siamak bermaksud akan turun ke
ruang sidang, tapi Lasendra menahan tangannya.
"Jangan bertindak bodoh", kata Lasendra, "Helena hanya beban bagi kita! Kau akan kehilangan kesempatanmu untuk tahta". Siamak menatap Lasendra dengan tajam.
"Jangan bertindak bodoh", kata Lasendra, "Helena hanya beban bagi kita! Kau akan kehilangan kesempatanmu untuk tahta". Siamak menatap Lasendra dengan tajam.
Helena berkata, "Aku sangat tahu dengan baik bahwa nasibku tidak akan berubah jika aku mengatakan atau melakukan sesuatu". Helena menghentikan ucapannya karena batuknya kambuh.
"Kematianku pasti karena Aku tidak memiliki kekuatan atau pun kemauan. Aku ingin mengatakan sesuatu sebelum mati", kata Helena yang mulai batuk-batuk lagi, kali ini batuknya keras hingga dia terbungkuk-bungkuk. Batuk tua terdengar sangat memprihatinkan, namun tidak ada yang peduli dan bersimpati kepadanya. Semuanya hanya diam membiarkan ibu suri yang tua itu menderita.
"Putraku", katanya disela batuk-batuknya memanggil Bindushara.