Sinopsis Ashoka Samrat episode 394 bag 2 by Kusuma Rasmana.
Bindushara yang tersentuh perasaannya melihat ibu tirinya yang menahan
sakit menjadi emosional.
"Ibu", kata Bindushara lalu turun dari tahtannya untuk mendekati Helena untuk melihat keadaaan kesehatan Rajmata yang memburuk. Helena membungkuk sambil memegang mulutnya yang batuk, namun diam-diam mengeluarkan belati yang sebelumnya diberikan oleh Lasendra. Bindushara terhenyak kaget karena Helena tiba-tiba mengangkat lengan kanannya tinggi dengan belati terhunus. Semua orang sangat panik melihat kejadian amat cepat itu. Namun Helena yang siap beraksi akan menghabisi samrat itu kaget karena seseorang menahan lengannya yang terangkat. Helena terkejut karena yang menahan lengannya adalah Siamak.
"Ibu", kata Bindushara lalu turun dari tahtannya untuk mendekati Helena untuk melihat keadaaan kesehatan Rajmata yang memburuk. Helena membungkuk sambil memegang mulutnya yang batuk, namun diam-diam mengeluarkan belati yang sebelumnya diberikan oleh Lasendra. Bindushara terhenyak kaget karena Helena tiba-tiba mengangkat lengan kanannya tinggi dengan belati terhunus. Semua orang sangat panik melihat kejadian amat cepat itu. Namun Helena yang siap beraksi akan menghabisi samrat itu kaget karena seseorang menahan lengannya yang terangkat. Helena terkejut karena yang menahan lengannya adalah Siamak.
Di tempatnya, Ashoka teringat dengan rencananya, dalam tampilan kilas balik..
Ashoka berbicar dengan Lasendra yang juga bersama Kaurwaki dan Acharya. "Helena pasti akan mencoba untuk membunuh Samrat jika dia memiliki belati. Aku ingin Siamak memasuki ruangan saat itu dan membunuhnya. Kau harus memaksanya untuk melakukannya", kata Ashoka.
Lasendra berkilah, "Helena harus mati dan Kau bisa melakukannya juga. Mengapa memberikan kesempatan ini bagi Siamak?".
Kaurwaki sependapat dengan Lasendra, "Benar, Ashoka. Helena adalah musuhmu dalam mewujudkan impian tentang Akhanda Bharata", kata Kaurwaki.
Ashoka menolak, "Tidak, itu belum cukup. Dia telah merawat Siamak sejak kecil dan Aku ingin Helena menyadari bagaimana rasanya ketika orang yang baginya dia sanggup mengorbankan hidupnya malah mengkhianati dirinya. Aku ingin dia merasakan apa yang telah dia lakukan kepadaku. Dunia harus tahu bahwa Yunani tidak pernah berhenti dan menyerah bahkan jika mereka harus mengorbankan nyawa orang yang mereka cintai. Ini akan menjadi keadilan atas kematianku Guruku. Keadilan yang sempurna!". Kilas balik berakhir.
Di ruang sidang, Siamak yang masih menahan lengan Helena yang
memegang belati menatap wajah neneknya itu dengan marah. Dia teringat perkataan
Lasendra barusan di pintu masuk ruang sidang. "Tunjukkan kesetiaanmu dengan
membunuh Rajmata. Dia juga melakukan hal yang sama dengan membunuh Justin. Buat
Bindushara percaya kepadamu. Maka kau akan dikenal sebagai pengikut yang setara
tahta", kata Lasendra.
Siamak mengarahkan belati di leher Helena dan menatapnya marah, membuat Charumitra, Sushima dan Mahamatya kaget.
Helena terhenyak dan menangis menyadari kelakuan Siamak kepada dirinya. "Kau tidak bisa membunuhku. Aku adalah milikmu, Aku...", ucapan Helena terputus karena sabetan belati Siamak menggorok lehernya. Helena tercekat dengan tenggorokan terluka, matanya terbuka. Siamak melepaskan tubuh Helena yang membuatnya limbung dan jatuh tergeletak bersamaan dengan belati yang berdarah jatuh di lantai. Dia tergolek tewas dengan darah menggenangi leher dan kepalanya.
Semua orang terperangah, Charumitra, Sushima, Mahamatya, Dharma dan Bindushara terbelalak.
Siamak yang sebelumnya marah seperti menyadari sesuatu saat melihat tubuh Helena yang sudah menjadi mayat. Dia jatuh lemas dan terduduk disamping mayat Helena dan menangis.
"Apa yang telah aku lakukan?! Dia melakukan banyak hal untukku. Dia membesarkanku layaknya seorang ibu setelah kematian ibuku. Dia mengajarkanku bagaimana caranya hidup dan melatihku. Dialah orang yang memperdulikanku. Dia adalah nenekku. Bagaimana bisa aku membunuh nenekku? Apa yang telah aku lakukan?", ratap Siamak yang terus menangis sambil berteriak melampiaskan beban penyesalannya.
Ashoka melihat itu dengan perasaan datar, sedangkan Sushima berharap Siamak tidak mengatakan hal lain saat terguncang itu.
Bindushara memegang bahu Siamak dan membuatnya berdiri. "Tenangkan dirimu, Siamak. Kau hanya memiliki satu hubungan dengan pengkhianat, permusuhan! Kau melakukan hal yang benar. Dia pantas mendapatkannya. Sangat mudah melawan musuh tapi sangat sulit untuk melawan orang yang kau cintai. Kau tidak membiarkan pikiran apa pun datang ke dalam kepalamu saat menghukumnya. Kau lupa bahwa dia adalah nenek yang telah mengasuhmu seperti anaknya sendiri. Aku bangga kepadamu, Nak! Kau telah mendukung kebenaran. Kau melakukan Rajadharma-mu sebagai pangeran sejati. Ini adalah kualitas dari seorang raja yang baik. Seorang pengkhianat mungkin telah membesarkanmu tapi kau setia kepada kerajaanmu. Kau telah membuktikan bahwa keadilan diatas segala hubungan darah. Ini adalah tradisi kita, para keturunan Maurya. Katakan apa yang kau inginkan. Aku berjanji hari ini kau akan mendapatkan apapun yang kau minta".
Ashoka menatap percakapan antara Samrat dan Siamak dengan tajam, demikian juga Sushima, Charumitra, Dharma dan Mahamatya.
Siamak kembali teringat perkataan Lasendra barusan (dalam kilas balik), "Untuk membuat impian orang tuamu dan Helena tetap ada, kau harus membunuh Helena. Ketika kau melakukan itu, Bindushara akan merasa bahwa kau telah membunuh seorang pengkhianat. Dia akan memberikanmu hadiah tapi dia akan berpikir kau tidak akan meminta apa-apa. Kau akan meminta sesuatu yang saat ini tidak ada yang bisa memikirkannya". Kilasan balik berakhir.
"Katakan, Nak, katakan sekarang!", kata Bindushara saat melihat Siamak hanya diam.
Siamak menjawab, "Kalau diijinkan, aku ingim pergi jauh, Ayahanda".
"Pergi jauh, Putraku?", tanya Bindushara heran.
"Aku minta izin untuk pergi jauh dari Pattaliputra, Aku juga telah berbicara kepadamu sebelumnya. Aku tidak merasakan rumah disini. Setelah apa yang aku lakukan, aku tidak akan suka tinggal disini. Tindakanku mungkin dianggap benar tapi aku tidak akan bisa melupakan kehilanganku. Aku tidak bisa melupakan kenangan. Akan menjadi sulit bagiku untuk tinggal disini. Izinkan aku untuk pergi ke Takshshila. Berkati aku agar aku bisa melayani tanah airku bahkan setelah jauh dari sini. Aku ingin menjadi Prantapala (penguasa wilayah, Gubernur) Takhshila", kata Siamak.
Semua orang terlihat kaget dengan permintaan Siamak yang ingin berkuasa walaupun sebagai penguasa wilayah bawahan raja.
Sushima heran, "Mengapa Siamak ingin pergi dari sini?"
Ashoka mendekati Samrat dan Siamak. "Maafkan aku, Samrat. Tapi aku menentang keinginan Siamak. Pasukan Yunani akan masuk ke negara kita tanpa kecemasan apapun. Orang bisa masuk ke tanah India dan Pattaliputra dengan melewati Takshshila".
Bindushara heran dengan kecemasan Ashoka, dia berkata, "Apa
yang kau katakan? Apa yang akan Siamak lakukan dengan kaum Yunani? Dia tidak
melakukan apapun dengan mereka".
Ashoka beralasan, "Ini sangat berhubungan, Samrat. Hubungan yang sangat dalam. Dia..."
Dharma menyela ucapan Ashoka, "Ashoka! Kau berpikir dulu sebelum mengatakan sesuatu. Karena itu mungkin bisa menyakiti hati seseorang".
Ashoka beralasan, "Ini sangat berhubungan, Samrat. Hubungan yang sangat dalam. Dia..."
Dharma menyela ucapan Ashoka, "Ashoka! Kau berpikir dulu sebelum mengatakan sesuatu. Karena itu mungkin bisa menyakiti hati seseorang".
Dharma teringatucapan Helena pada 10 tahun yang lalu, "Siamak adalah puta Justin dan Noor, dia berdarah Yunani dan Kurasani. Dia adalah trah sejatiku", kata Helena saat itu. Ashoka juga teringat tentang kebenaran Siamak dan bagaimana ibunya menyarankan dia untuk melawan 10 tahun yang lalu.
Dia berkata kepada Dharma, "Ya, Bu! Aku berkata untuk menyelamatkan kalian dari bahaya".
Dia menoleh kepada Bindushara, "Pikirkan, Ayahanda raja, Rajmata tinggal disini, di Pattaliputra selama 10 tahun. Dia menimbulkan rasa takut pada masyarakat sebagai Gondana. Aku tidak bisa mengerti bagaimana dia melakukan ini tanpa dukungan siapapun. Rajmata bisa melakukan ini karena dukungan kerabat istana. Ada Siamak, Sushima, Mahamatya, dan Maharani Charumitra yang mendukungnya".
Bindushara kesal mendengar ucapan Ashoka. "Apa lagi ini? Mengapa kau mualai menyerang semua kerabat, kau mulai melampiaskan amarahmu, kau mulai menampilkan sosok Chanda sekali lagi. Hentikan itu semua!", kata Bindushara marah.
Siamak berpura-pura sakit hati, "Apa yang terjadi padamu, Kak? Aku tidak akan membunuh Rajmata jika aku mendukung Yunani".
Ashoka berkata "Siamak, dia juga mencintai putranya Justin, tapi dia membunuhnya dihadapan kami semua untuk membuat kami percaya. Kau adalag pengikutnya! Kau mengikuti jalannya!. Kau berpura-pura menjadi penyelamat disini".
Siamak berkata, "Itulah kenapa aku tidak ingin disini. Aku ingin pergi jauh dari kemewahan, jauh dari rencana dan komplotan. Ashoka memberikan makna yang sama sekali berbeda pada kata-kataku. Mungkin dia berencana sebelum melakukan sesuatu tapi tidak semua orang berpikir sepertimu. Setiap orang memiliki pandangan yang berbeda. Pada waktunya, apa yang kita lihat, tidak ada dan apa yang tidak kita lihat, sebenarnya ada. Aku meminta kepadamu untuk tidak berkata begitu. Aku hanya berharap untuk melayani ibu pertiwiku, tidak ada yang lain".
Ashoka akan membalas, "Kau hanya..."
"Cukup!", Bindushara menyela dengan marah sambil melihat ke arah Ashoka. Ashoka beringsut mundur. "Aku adalah Samrat Magadha. Aku juga benak untuk berpikir. Siamak adalah putraku. Dia telah meminta itu atas jaminanku. Aku tidak perlu saran siapa pun. Aku telah memutuskan bahwa Siamak akan pergi ke Takshashila setelah perkawinan Sushima dan Ashoka. Dia akan menjadi calon Prantapala Takshshila!", kata Bindushara tegas. Semua orang menjadi tegang, Ashoka menahan kemarahannya, dia pun pergi dari ruang sidang.
"Berhenti, Ashoka!", kata Kaurwaki, Ashoka pun segera berhenti
dan berbalik ke arah Bindushara. Orang-orang heran karena Kaurwaki yang
bicara.
"Maafkan atas kelancanganku, Samrat", kata Kaurwaki, "Aku tidak bisa tetap diam melihat ketidak-adilan. Tidak ada yang berubah selama 10 tahun ini. Kebenaran Ashoka tidak dipercayai dan hari ini dia telah membuktikannya. Kita harus menyadari dia tidak akan mengatakan sesuatu tanpa alasan apapun. Hanya dia yang berbicara mengenai Gondana. Jika bukan karenanya maka Helena akan berhasil dalam usahanya hari ini. Akan terjadi perang di sini, di benteng Magadha sekarang. Dia telah membuktikannya berkali- kali. Apa itu tidak cukup untuk membuktikan dirinya? Mengapa ia tidak dipercaya? Mengapa kita menanyainya setiap kali kita tahu bahwa ia tidak akan berkata apa-apa tanpa alasan apapun? Siamak hanya melakukan sedikit akhir tetapi orang yang merencanakan semuanya adalah Ashoka! Kita seharusnya berterimakasih kepadanya. Ketika ia berkata bahwa ada lebih dari satu orang disini yang mendukung Gondana maka..?".
Kaurwaki menghentikan kalimatnya, dia menoleh kepada Ashoka sekilas dan berkata kepada Bindushara lagi. "Samrat, tidak ada yang berubah dalam 10 tahun ini, Ashoka yang...", kata Kaurwaki.
Bindushara memotong ucapan Kaurwaki, "Kau benar! Tidak ada yang berubah dalam 10 tahun. Kau masih tidak sopan. Siapa yang memberimu hak untuk berbicara di ruang sidang ketika kau sendiri menyembunyikan identitasmu? Kau sudah sering berbohong. Kau pikir aku akan membuatmu menikah dengan Ashoka setelah semua ini?".
"Samrat...", Dharma mencoba berkata tapi Bindushara menghentikannya. Samrat berkata, "Istri dari anakku akan menjadi ratu dari kerajaan ini setelah menikah. Aku tidak bisa memberikan masa depan itu kepada putri dari musuh. Kaurwaki tidak pantas menjadi menantu keluarga ini".
Kaurwaki, Dharma, Witthasoka, Ashoka, dan Devi terkejut!
Kaurwaki berkata, "Samrat, atas kelancanganku berbicara, atas pandanganku kepada Anda, aku meminta maaf. Aku akan melakukan pertobatan untuk apa yang aku lakukan. Aku akan meninggalkan kompetisi dan istana ini segera". Kaurwaki bermaksud melangkah pergi, tapi....
"Tidak!", kata Bindushara, "Kau tidak akan pergi kemana-mana. Kau akan tetap disini sampai akhir kompetisi. Kau akan melihat Ashoka menjadi milik orang lain tepat di depan matamu!".
Ashoka berkata "Maafkan aku, Ayahanda, tapi..."
Bindushara memotong, "Ashoka! Ini adalah keputusan terakhirku. Aku akan menentukan dengan siapa putraku akan menikah. Sampai saat itu aku tidak akan menyimpulkan apapun, tidak ada yang akan pergi ke mana pun atau bertemu siapa pun. Setiap orang akan menuju ke ruangan mereka dari sini. Aku juga tidak ingin siapa saja mendiskusikan apapun sekarang. Cukup perbedaan ini, tidak lagi!".
"Mahamatya! Buat persiapan untuk ritual terakhir Helena. Aku ingin melihat musuhku benar-benar mati tepat di depan mataku saat ini", kata Bindushara. "Baik, Samrat", jawab Mahamatya sambil menunduk.
Di sisi benteng istana, acara kremasi bagi jenazah Rajmata
Helena akan dimulai. Siamak berpikir tentang semua kejadian di masa lalunya
bersama Pitamahi Helena. Helena yang memberitahu bahwa dia putra Justin, Helena
yang membimbingnya termasuk ikut membunuh Chanakya. Siamak melakukan
penghormatan terakhir untuknya. Bindushara memulai penyalaan api untuk
pembakaran jenazah Helena yang sudah diletakkan diatas susunan kayu bakar kering
dan ditutupi dengan rumput dan kayu kering juga. Dia teringat semua rencana
Helena yang menentangnya mulai dari upaya pembunuhan dengan panah saat di hutan,
pembakaran istana lak saat perkawinan Justin dan Aghnisika, hingga yang terakhir
sampai saat ini.
Ashoka yang memandang Sushima dan Mahamatya yang tampak ketakutan melihatnya, berpikir, "Aku tidak akan duduk dengan tenang sampai aku menghancurkan musuhku. Impian India bersatu tidak akan sempurna sampai nanti India dibuat sesuai dengan yang sudah direncanakan Guru, untuk masa depan yang baik bagi masyarakat!".
CUPLIKAN : Ashoka berkata, "Keputusan Siamak untuk pergi ke
Takshshila akan menjadi masalah bagi kita. Dengan membuat keputusan itu, dia
sudah merencanakan kematiannya". Lasendra berbicara kepada Sushima dan Siamak,
"Bersama kita bisa memainkan permainan tahta bahwa kita dapat mengatasi masalah
yang bernama Ashoka sekali dan untuk selamanya". Mereka bertiga bergandengan
tangan. Semua orang berkumpul di ruang sidang, Bindushara berkata, "Aku ingin
seorang gadis untuk Ashoka yang bisa menjadi ratu yang sempurna. Dia adalah...",
semua orang menunggu keputusan itu.