Sinopsis Ashoka Samrat episode 395 bag 2 by Kusuma Rasmana.
Semua orang kerabat istana berkumpul di ruang sidang istana
Pattaliputra, termasuk para putri kerajaan yang telah ikut kompetisi berdiri
bersaf di tengah ruang sidang.
Bindushara berkata, "Setiap ayah ingin putranya menikah dan meneruskan garis keturunannya di masa depan. Sebelum mengumumkan keputusanku, aku ingin memberitahu anak-anakku tentang sesuatu. Banyak orang menyangka keinginan mereka akan terwujud setelah menikah dan ternyata itu tidaklah benar. Pernikahan itu diibaratkan sebuah mangkuk kosong pertama kali. Kau harus mengisinya lebih dulu sebelum mengeluarkan sesuatu. Cinta itulah yang harus ada dalam pernikahan. Cinta antara dua orang yang bersama-sama dalam ikatan pernikahan. Mereka membina pernikahan ini dengan cinta mereka setiap saat. Seni untuk mengisi mangkuk pernikahan itu melalui kasih sayang, pengorbanan, dan dedikasi. Mangkuk ini akan kosong jika kau berusaha untuk mengeluarkan semuanya".
Ashoka dan Sushima hanya diam menyimak petuah dari Samrat. Demikian juga para Rani dan para putri semua memperhatikan wejangan Bindushara dengan serius.
"Aku berterima kasih kepada semua putri yang telah mencoba yang terbaik untuk menjadi bagian dari keluarga kami. Dengan ini, Aku ingin mengumumkan nama gadis yang telah aku pilih untuk anak sulungku, Sushima yang akan menjadi istrinya. Dan dia adalah Rajkumari Chanda".
Rajkumari Chanda dan Charumitra tersenyum gembira. Sushima melirik Chanda dan tersenyum walaupun dengan terpaksa.
Bindushara berkata kepada Putri Chanda, "Putraku Sushima punya dan kebiasaan yang mungkin bertentangan denganmu. Namun, Aku rasa kau akan bisa melengkapinya".
Chanda menjawab dengan senyum dan mencakupkan tangannya dengan bahagia. Bindushara membalasnya dengan menghormat, "Semoga kau bahagia". Semua orang bahagia untuk putri Chanda dan Sushima.
Dipimpin oleh Mahamatya, beberapa hadirin mengelukan sorakan, "Hidup Pangeran Sushima!". Seruan itu terus bergema di ruang sidang.
Bindushara memberi isyarat dengan mengangkat tangannya, sehingga sorakan itu berhenti. Suasana mulia hening, Kaurwaki menjadi resah di tempatnya, berdebar-debar menunggu keputusan siapa putri yang akan mendampingi Ashoka.
"Anandini", kata Bindushara, membuat Putri Anandini sumringah. Sebaliknya Kaurwaki menangis. Dharma dan Witthasoka tersita perhatiannya, keduanya menunggu ucapan Samrat selanjutnya.
Bindushara melanjutkan, "Kau memiliki semua kwalitas yang dimiliki seorang ratu tapi aku tidak bisa membuat anakku Ashoka menikahimu. Aku benar-benar sedih mengenai itu".
Senyum di wajah Anandini hilang, sebaliknya Putri Srishti dan Anantha menjadi tegang. Dharma, Witthasoka, Acharya masih menunggu kata-kata Samrat.
Charumitra yang heran, menggerutu, "Apa Ashoka akan menikah dengan putri gemuk itu?!", batin Charumitra. Yang dimaksud putri gemuk adalah Rajkumari Anantha yang berbadan subur.
Bindushara berkata, "Aku ingin Ashoka mendapatkan seorang gadis yang bisa menjadi ratu sempurna, manusia yang baik, istri yang baik seperti Dharmaku".
Dharma hanya tersenyum sambil menoleh kepada Samrat. Charumitra terlihat kurang senang mendengar pujianya kepada Dharma. Bindushara melanjutkan, "Dia benar tentang hal itu. Cinta adalah yang terpenting. Aku tahu anakku mencintai seseorang. Aku harus memilih gadis itu saja".
Kaurwaki menjadi tegang, demikian juga Anandini, Shrishti dan Ananta.
"Dia adalah.... Kaurwaki", kata Bindushara memutuskan.
Ashoka, Kaurwaki, Witthasoka, Dharma, dan Acharya Radhagupta terlihat senang. Demikian juga putri Chanda yang langsung tersenyum. Sebaliknya keputusan itu tidak membahagiakan abgi Sushima, Charumitra, Mahamatya, Siamak dan Anandini yang punya alasan yang berbeda-beda.
Bindushara menambahkan, "Namun cinta kalian bukan alasan satu-satunya bagiku untuk memilihmu. Aku memilih Kaurwaki yang berana angkat bicara yang...".
"Tapi, aku hanya menjelaskan para musuh yang dihadapi putra Anda dan..", Kaurwaki langsung menyela ucapan Samrat.
"Kau membuatku marah!", kata Samrat memotong kalimat Kaurwaki, "Kau membuat banyak kesalahan, Kaurwaki. Kau harus memperbaiki kesalahanmu ini. Kau tidak boleh berbicara saat orang tua berbicara".
Samrat Bindushara berdiri dari tahtanya dengan raut wajah marah. Semua orang menjadi tegang melihat samrat yang tampak murka.
Bindushara turun dari tangga tahta dan berjalan mendekati Kaurwaki. Matanya berkilat-kilat menahan marah sambil melihat ke arah Kaurwaki dan Ashoka. "Tidak bisakah aku bertindak ketika kalian semua bisa bertindak begitu banyak dan menyembunyikan begitu banyak?", kata Bindushara dengan nada merendah seperti becanda. Membuat Ashoka tersenyum, demikian juga Kaurwaki bisa tersenyum lagi setelah ketegangan itu. Yang kecewa tentu saja Charumitra dan Anandini dan lainnya yang merasa kemarahan samrat tadi hanya sandiwara saja.
Bindushara berkata, "Hanya Kaurwaki pasangan yang pantas untuk
Ashoka. Aku seharusnya mengerti itu 10 tahun yang lalu ketika dia mendukung
anakku di Takshshila. Dia bisa mengerti anakku lebih dari diriku. Hari itu, dia
tidak memperdulikan ruang sidang dan mendukung Ashoka. Aku merasa dia sudah
melewati semua batasnya. Dia melakukannya tapi seorang gadis yang seperti dia
hanya bisa menjadi milik Ashoka. Dia harus menjadi orang yang tidak perlu
khawatir tentang siapa pun untuk Ashoka. Dia harus berani untuk berdiri
dengannya demi kebenarannya".
"Ayahanda", kata Kaurwaki bergegas akan menyentuh kakinya namun Bindushara menahanya dulu, dia melambaikan tangannya memanggil Ashoka. Kedua pasangan itu, Ashoka dan Kaurwaki bersamaan menyentuh kaki samrat. "Semoga bahagia", kata Bindushara memberkati keduanya dan memeluk mereka. Dharma tampak bahagia mencakupkan tangan kepada Tuhan, Chanda dan Witthasoka tersenyum senang.
Charumitra, Sushima, dan Siamak melihat mereka dengan tatapan tajam. Anandini tampak marah dengan kebahagiaan mereka. Putri itu lalu berjalan keluar dari ruang sidang. Sementara Bindushara masih memeluk putra dan calon menantunya, Dharma tak henti-hentinya mengumbar senyum.
CUPLIKAN : Anandini mencampurkan sesuatu pada Uptan (Lulur
pengantin, yang dipakai oleh calon pasangan pada acara atau ritual mandi sebelum
ritual perkawinan). "Dia akan berubah menjadi jelek sekarang dan wajahnya akan
menghancurkan hidupnya!", batin Anandini tersenyum sinis. Di sebuah ruangan,
Kaurwaki akan melakukan ritual mandi pengantin. Devi bersama pelayan datang
membawakan Ubtan itu untuknya, tanpa mengetahui Uptan itu berbahaya bagi kulit
Kaurwaki.