Sinopsis Ashoka Samrat episode 370 by Kusuma Rasmana

Sinopsis Ashoka Samrat episode 370 by Kusuma Rasmana. Masih di taman atau hutan tempat latihan para putri, Siamak bersembunyi di balik pohon dan mengawasi kuda Ashoka yang sedang ditambatkan tidak jauh dari tempatnya. Siamak berguman, "Aku akan melakukan sesuatu pada pelana kuda dan melukai kaki kuda itu sehingga membuat Ashoka celaka. Saat Ashoka berkuda dan berlari kencang, dia pasti akan jatuh, terluka dan mungkin akan mati! Itu akan segera dihubungkan dengan Sushima, yang pasti akan menghadapi hukuman mati".

Siamak mengeluarkan belati dan mulai mengendap-endap mendekati kuda putih itu dari belakang. Saat ia akan melaksanakan aksinya, memotong salah satu tali pelana yang terikat pada punggung kuda, kuda putih itu malah menyepakkan kakinya dengan keras sambil meringkik keras. Sepakab itu mengenai Siamak yang membuatnya jatuh terjengkang dan bergulingan. Takut ada yang melihat aksinya, Siamak segera bersembunyi di belakang pohon perdu dan berguman kesal, "Bukan hanya orang-orang, Ashoka bahkan membuat hewan piaraan setia kepadanya!"


Siamak lalu melangkah pergi dengan marah sambil memegang dadanya yang sakit akibat sepakan kuda.
Sementara itu di bagian lain, Chanda tampak sedang melakukan aarti pada kuda putih yang sudah siap dengan pelana. Dia melakukan ritual itu karena takut celaka dan dia meminta kepada kuda itu agar tidak menyulitkannya.
Sushima datang membelakanginya sambil memetik daun. "Bagaimana bisa kau dingin dan takut kepada kuda biasa itu dan berencana menikah denganku?", tanya Sushima sambil berbalik melihat ke arah Chanda.
Chanda kaget menyadari kehadiran Sushima. "Bukan seperti itu, aku kesulitan hanya saat naik ke atas kuda. Tapi setelah itu aku pasti akan biasa", kata Chanda tergagap sambil menatapnya tegang. Sushima tampak kurang berkenan dengan alasannya, dia pun pergi, sambil diikuti tatapan Chanda yang tegang sambil memegang nampan puja.

Kaurwaki masih memetik bunga di tempat sebelumnya, sementara Ashoka masih mengajari Anandini memanah yang membuatnya sangat dekat dan mesra dengan putri Suryanagari itu. Hal yang sengaja dilakukan untuk memanasi hati Kaurwaki. Namun saat dia minta Anandini mengarahkan panah ke arah sasaran di depan, Ashoka malah menoleh ke arah jauh di belakangnya seperti mengamati sesuatu.
Kaurwaki yang melihatnya berpikir, "Dia bersama Anindini, tetapi pikiran dan konsentrasinya ada di tempat lain".
Kaurwaki mengikuti arah tatapan Ashoka yang ternyata mengarah kepada Sushima yang sedang memeriksa pedang panjangnya. Kaurwaki berpikir, "Kau ingin aku cemburu bukan? Sekarang kau juga harus terbakar dalam api yang sama! Itu cukup adil bagi kita, kan, Pangeran?".

Ashoka mulai tegang saat dia melihat Kaurwaki melewatinya dan berjalan ke arah Sushima. Konsentrasinya terganggu karena tindakan Kaurwaki. Sementara Kaurwaki yang mendekati Sushima teringat saat remaja di istana Pattaliputra, Sushima menggodanya saat dia belajar memanah. wajah Kaurwaki menjadi tegang walaupun sesaat.
Konsentrasi Ashoka yang terganggu saat mengajari Anandini membuat anak panah yang dilepaskan tidak mengarah dengan baik dan jatuh di dekatnya saja. Anandini tampak kaget karena kejadian itu. Namun Ashoka malah melihat ke arah Kaurwaki dan berkata keras untuk mengganggu Kaurwaki yang membuatnya menoleh ke arah Ashoka. Kaurwaki berpikir, "Aku melakukan apa yang tidak pernah kau bayangkan, Ashoka! Dan bahkan kau tidak bisa menghentikanku".
Ashoka berpura-pura tidak melihatnya dan segera menoleh kepada Anandini sambil tetap sibuk melatih putri itu.

Kaurwaki menoleh kepada Sushima lagi, mendekatinya dan duduk di samping Sushima. Ashoka merasa panas hatinya melihat Kaurwaki yang duduk mendekati Sushima, apalagi juga mulai memegang lengan Sushima dengan manja. Anak panah yang dipegang Ashoka patah karena hatinya yang menggelegak terbakar cemburu. Namun di depan Anandini, Ashoka minta putri itu tetap berlatih. "Bagus, kita ulangi lagi, Putri! Kita memanah sasaran itu", kata Ashoka, namun tetap mencuri pandang ke arah Kaurwaki.
Sambil tetap memegang lengan Sushima, Kaurwaki mengusulkan kepada Sushima untuk berburu bersama, Sushima hanya diam, matanya terpejam seperti menikmati sesuatu. Sejenak kemudian Sushima menyatakan setuju, "Aku lebih bersemangat untuk melakukan bersamamu". Sushima bangkit dari duduknya sambil menyarungkan pedangnya dan segera melangkah. Kaurwaki mengikuti Sushima dari belakang segera menuju tempat kudannya. Langkah mereka diikuti oleh pandangan Ashoka yang tampak tegang, walaupun saat itu sedang melepaskan anak panah menuju sasaran.

Tidak jauh dari tempat sebelumnya, Siamak mencoba untuk melakukan rencana semula kepada kuda Sushima. Ini agar Sushima celaka sehingga Ashoka bisa menghadapi hukuman mati sesuai janji Bindushara. Kali ini Siamak tidak mendapat gangguan apapun dari kuda coklat milik Sushima. Sushima datang bersama Kaurwaki dan berbicara tentang kualitas kudanya yang baik. Sushima mencoba bersikap baik dengan menengadahkan kedua tangannya untuk pijakan kaki Kaurwaki saat naik ke punggung kudanya. Namun Kaurwaki yang melihatnya dengan tegang malah dengan sigap bisa naik ke atas kuda tanpa kesulitan lewat pedal kaki, yang menunjukkan Kaurwaki sudah biasa berkuda. Sushima memuji cara Kaurwaki naik dan duduk atas kuda secara biasa, tidak kaku. Sementara itu, Ashoka menghentikan latihan memanah bagi Anandini dan minta Anandini melakukan latihan lain dengan berkuda. Ashoka pun mengajak Anandini menuju tempat kudanya yang tidak jauh dari kuda Sushima yang ditunggangi Kaurwaki.

"Ini kudaku, namanya Garuda, kau bisa memakainya", kata Ashoka kepada Anandini. Anandini mendekati kuda putih Ashoka dan mencoba menaikinya, namun Anandini kesulitan. Garuda pun tidak bisa diam saat dipegang oleh Anandini. Kaurwaki tertawa kecil melihat kesulitan Anandini yang tidak bisa naik ke atas kuda. Ashoka tampak kesal melihat Kaurwaki tertawa. Wajah Kaurwaki seketika berubah kesal saat melihat Ashoka memandangnya. Akhirnya Ashoka mengajak Anandini ke kuda lain yang juga berwarna putih dan dipegang oleh seorang prajurit. Anandini sekali lagi kesulitan naik ke atas kuda, bahkan dia hampir jatuh.

"Aku akan membantumu, naiklah ke atas tanganku!", kata Ashoka lalu merendahkan badannya sambil menengadahkan kedua tangannya untuk pijakan kaki Anandini, sambil terus melihat ke arah Kaurwaki. Akhirnya Anandini sambil memeluk leher Ashoka bisa naik ke atas kuda melalui pijakan itu. Kaurwaki memandang adegan itu menjadi emosi, sedangkan Ashoka nyengir tampak menikmatinya. Kaurwaki terbakar cemburu saat Anandini dengan sengaja menggoda Ashoka dan Ashoka mengalah akibat gerakannya yang segera melarikan kudanya. Ashoka lalu naik ke atas Garuda, kuda putihnya dan segera menyusul Anandini. Sushima tiba menunggangi kuda hitam, dia segera mengajak Kaurwaki berangkat.

Sejenak kemudian, Putri Chanda datang ke tempat itu dengan berkuda. Dia harus kecewa saat mengetahui Sushima telah pergi tanpa mengajaknya. Siamak yang datang dari belakangnya, juga menunggangi kuda, berkata, "Kau bisa pergi bersamaku, karena aku akan berburu juga". Putri Chanda yang sebenarnya tidak tertarik menyetujui ajakan Siamak.
Siamak berpikir, "Di saat tidak ada para calon pengantin pria, lalu mana mungkin ada pernikahan!". Dia segera melecut kudanya menyusul Putri Chanda yang sudah pergi duluan.
Di tengah hutan, pasangan berkuda Ashoka dan Anandini berpapasan dengan Sushima dan Kaurwaki. Sushima dan Ashoka saling menatap satu sama lain, dengan pikiran bergejolak di benak masing-masing.
Sushima bertanya-tanya, "Apa rencana yang Ashoka lakukan terhadap Gondana dalam perburuan ini?". Ashoka yang melihatnya juga sedang membatin bahwa Sushima mungkin berusaha mengamati gerakannya.

Ashoka mendengar suara binatang buruan yang mungkin babi hutan dari arah semak-semak yang bergerak. Masih tetap diatas kudanya, Ashoka mengarahkan anak panahnya dan segera menembakkan menuju sasaran. Semua orang lain yang ada disitu, termasuk beberapa prajurit di belakang mereka melihatnya sambil bersikap waspada. Sejenak kemudian gerakan semak belukar itu malah menjauh, pertanda binatang buruan itu luput dari sasaran panah.
Sushima menyeringai berkata mencela, "Tampaknya pemburu kita ini tidak menembak buruannya dengan tepat!"
Kaurwaki ikut menimpali, "Itu terjadi karena penglihatan ke tempat lain dan sasarannya juga di tempat lain juga". Ashoka hanya menanggapi celaan itu dengan senyum sinis. Para rombongan pemburu itu lalu segera pergi lagi.

Di tempat sasaran panah, Dakhsina, salah seorang pembantu dekat Gondana yang sedang dibalik pohon besar dan semak-semak mengawasi Ashoka, terkejut serasa jantungnya hampir copot, saat sebatang panah nyaris mengenainya. Beruntung tonggak pohon menghalangi laju anak panah yang kemudian menancap di tonggak itu.
Siamak yang sedang berkuda bersama Chanda memintanya untuk membalapkan kudanya, tapi Chanda menolak."Aku merasa takut dan cepat lelah jika menderapkan kuda lebih cepat daripada ini", kata Chanda. Siamak dengan pasrah terpaksa menuruti namun dia menggerutu dalam hati karena merasa tertinggal jauh kakak-kakaknya. Siamak berkuda didepan Chanda namun tetap menjaga jarak bersama Chanda yang dibelakangnya.

PREV  1  2
Bagikan :
Back To Top