Sinopsis Ashoka Samrat, episode 275 by Kusuma
Rasmana. Di biara Wiswawidyalaya, Takhsashila,
Dharma menyusuri teras depan bangunan sambil mencari-cari gelang benangnya. Saat
itu Ashoka datang dari arah berlawanan, sambil memperhatikan patung tugu singa,
Raksa Stambha yang ada dihalaman biara. Dharma akhirnya menemukan gelang
benangnya, Ashoka sempat memperhatikan tepat saat ia mengikatkan benang
ditangannya. Ashoka terperangah karena ingat dengan gelang benang yang diikatkan
kepada ibunya. Ashoka menawarkan dirinya membantu mengikatkan benang itu, Dharma
berusaha membetulkan selendang yang menutupi wajahnya. Ashoka yang tahu
perempuan itu yang menyelamatkan nyawanya mengucapkan terimakasih kepadanya.
"Sekarang aku masih punya kekuatan berkat jasa ibu. Itu tidak kurang dari
keajaiban", kata Ashoka. Ashoka seperti orang linglung saat mengikatkan benang
kepada perempuan itu. "Aku lapar, bu", katanya lalu masuk ke ruang dalam. Dharma
yang sendiri berguman, "Ashoka rupanya memang menganggap aku bukan ibunya".
Ashoka sedang duduk bersila berhadapan dengan hidangan yang
memang dibuat khusus untuknya. Di depannya berdiri Acharya Dewaratha, Ibu dari
Arjuna dan perempuan lain. "Kelihatan semua enak dan kesukaanku, yang mana aku
makan dulu?", kata Ashoka sedikit bingung melihat menu di baki makannya. "Kau
sangat suka yang ini dari pada lainnya", kata Dharma datang membawakan laddu.
Ibu Arjuna tersenyum melihatnya, demikian juga Acharya dan Dharma ikut
tersenyum. Ashoka mencakupkan tangan mengucapkan doa dan mulai makan sebuah
laddu. Dia berhenti mengunyah laddu itu karena menyadari sesuatu. "Ada apa?
Mengapa kau berhenti makan?", tanya Dharma. Ashoka mulai makan laddu lagi dengan
mata berkaca-kaca. "Aku tahu ibu tidak bermaksud bohong kepadaku, tapi mengapa
ibu mencoba menutupi kebenaran?. Aku tahu hanya ibuku yang bisa membuat laddu
seenak ini. Apa maksud kalian menyembunyikan ini dariku?", protes Ashoka. Dharma
menelan ludah mendengar pertanyaan itu, Acharya pun berusaha berkilah, "mengapa
kau merasa seperti itu?". Tapi Ashoka tak peduli dengan pertanyaan itu, dia
berkata kepada Dharma,"Ibu tahu, ibu tidak bisa lama-lama menyembunyikan sesuatu
dariku".
Dharma mengangguk,"benar, kami semua mencoba menutupi kebenaran darimu. Aku telah belajar membuat laddu dengan Rani Dharma beberapa kali. Aku juga belajar banyak pada Rani Dharma tentang pengobatan. Ketika Rani Dharma bersembunyi dalam istana dan menyamar sebagai pelayan, Acharya Chanakya menyuruh aku membantu Rani Dharma", kata Dharma mengarang cerita di depan Ashoka. "Mengapa aku tidak pernah melihatmu sebelumnya?" tanya Ashoka. "Seorang pelayan tidak sembarangan bertemu orang dengan mudah di istana, Pangeran",jawab Dharma. Sementara Acharya bernafas lega, karena khawatir Dharma tidak akan tahan dengan pertanyaan Ashoka. Ashoka minta maaf kepada Dharma karena telah tidak sopan kepadanya.
"Ibu datang dari Pattaliputra, apakah ibu tahu apa yang dirasakan ibuku saat mendengar berita kematianku?", tanya Ashoka lagi.
" Rani Dharma sangat yakin putranya masih hidup. Beliau juga yakin, putranya akan mengakhiri mereka yang berbuat jahat yang mencoba menyakiti orang-orang tak berdosa. Putranya akan hidup melalui kata-katanya dan akan kembali ke Pattaliputra dengan kemenangan. Tapi putra Rani Dharma itu harus makan dulu agar lebih sehat dan cepat pulih", kata Dharma. Ashoka hanya mengangguk.
Di rumah para penghibur,masih di Takhsashila, Khasi si mucikari
di rumah itu, membawakan makanan bagi Kaurwaki yang duduk dikamarnya. Kaurwaki
menolak untuk makan, "aku lebih baik minum racun", kata Kaurwaki ketus bercampur
sedih. Kashi menanggapi dengan kesal,"Kau mati jika diijinkan oleh Mahanayaka
dan dia ingin kau tetap hidup. Banyak gadis yang datang bertingkah sepertimu,
namun tetap berada disini".
Dari balik tirai, Nayaka mengamati adegan itu. "Kau bisa tetap menahan lapar, tapi kau tetap menjadi Nagarvadhu hari ini", kata Kashi meletakkan baki makan itu diatas meja didekatnya. "Makanlah!, jangan sampai kau tidak menghormati makanan. Makanan ini ada karena ada gadis lain seperti kau!", kata Kashi keluar dari kamar itu. Kaurwaki sedih memikirkan nasibnya, sementara Nayaka yang memperhatikannya dari jauh merasa kasihan.