Sinopsis Ashoka Samrat episode 274 by Kusuma
Rasmana . Di istana Takhsashila, diruang
persidangan Kichaka yang dihadiri oleh para pendukung dan juga Amadya, Kichaka
sangat marah atas laporan adik perempuannya yang bernama Wasantsena, yang
menyatakan telah gagal membunuh Ashoka.
"Dia hanya anak ingusan, dan kau tidak dapat melakukan pekerjaan itu bahkan saat kau bersamanya?!" tanya Kichaka kesal.
"Aku hampir saja bisa membunuhnya!", sahut Wasantsena.
"Lalu mengapa dia tidak mati juga?", tanya Kichaka sengit.
Wasantsena menjelaskan, "ibunya telah menyelamatkan hidupnya. Sejak semula aku sudah curiga kepada perempuan yang didatangkan itu tapi Dewaratha berusaha menutupi kenyataan. Tapi hari ini, saat Ashoka hampir saja mati dalam sekaratnya, perempuan itu sangat sedih dan emosional dengan perasaannya hingga dia menyebut Ashoka sebagai anaknya dengan jelas". Kichaka bertambah kesal mendengar penjelasan itu, "setiap saat kita mencoba menyakiti Ashoka, ada seseorang yang menyelamatkannya!".
"Dia hanya anak ingusan, dan kau tidak dapat melakukan pekerjaan itu bahkan saat kau bersamanya?!" tanya Kichaka kesal.
"Aku hampir saja bisa membunuhnya!", sahut Wasantsena.
"Lalu mengapa dia tidak mati juga?", tanya Kichaka sengit.
Wasantsena menjelaskan, "ibunya telah menyelamatkan hidupnya. Sejak semula aku sudah curiga kepada perempuan yang didatangkan itu tapi Dewaratha berusaha menutupi kenyataan. Tapi hari ini, saat Ashoka hampir saja mati dalam sekaratnya, perempuan itu sangat sedih dan emosional dengan perasaannya hingga dia menyebut Ashoka sebagai anaknya dengan jelas". Kichaka bertambah kesal mendengar penjelasan itu, "setiap saat kita mencoba menyakiti Ashoka, ada seseorang yang menyelamatkannya!".
Amadya yang diam ikut bertanya,"ibu Ashoka datang sebagai sumber kekuatannya, sekarang bagaimana bisa mengalahkannya? Kita harus mencari cara untuk menghancurkan kekuatan itu". Kichaka tampak berpikir mencari mengatasi masalah itu."Mungkin bisa memakai Kaurwaki lagi", kata Kichaka.
Di rumah penghibur, Kaurwaki yang sudah didandani sangat
cantik, diantar menghadap kepada Kashi oleh 2 gadis pelayan. Melihat itu Kashi
sangat berkesan. " Aku suka melihat kau sudah siap. Aku tidak pernah mendadani
putri raja seperti ini dan menjadikannya sebagai Nagarvadhu", kata Kashi sambil
memegang dagu Kaurwaki. Kaurwaki yang sama sekali tidak menikmati itu, segera
berlutut memohon kepada Kashi.
"Apakah kau melakukan hal yang sama bila aku ini putrimu?", pinta Kaurwaki.
"Putriku? Siapa kau hingga jadi putriku?", tanya Kashi bangkit dari duduknya dan memegang Kaurwaki dengan kasar,"Semua putriku ada disini, menikmati pekerjaannya. Hentikan drama ini. Disini tidak ada hubungan keluarga",kata Kashi dengan ketus. Kaurwaki terbelalak mendengarnya.
"Dan hal yang sama akan terjadi dengan anak-anak gadismu suatu saat nanti", kata Agnibahu kepada Kaurwaki, sambil tertawa senang bersama Kashi. Tapi Nayaka yang yang dari tadi diam dengan wajah keruh membantah perkataan mereka dan minta itu tidak akan terjadi. Kashi tidak senang mendengar itu,"Benarkah itu? Cepat atau lambat dia melakukannya. Semakin muda menjadi Nagarvadhu, semakin lama ia bisa melayani masyarakat yang memerlukan. Ayo, laporkan kepada Mahanayaka, Kaurwaki sudah siap".
Kaurwaki terlihat tegang mendengar kata-kata Kashi, demikian juga Nayaka wajahnya tegang menahan marah. Kashi yang mulai melangkah berhenti sambil melihat wajah Nayaka. "Apa dia pernah tersenyum?", tanya Kashi melirik Agnibahu, dijawab oleh Agnibahu dengan candaan mengejek yang membuat Kashi dan pelayannya tertawa. Semua orang pergi dari ruangan itu kecuali Kaurwaki dan Nayaka. Sejenak kemudian, Nayaka pun pergi dari ruangan itu.
Di biara Wiswawidyalaya, Ashoka mencoba berpakaian dengan
bersusah payah, karena lukanya belum sembuh sepenuhnya. Dharma yang menutupi
kepalanya dengan selendang datang membantunya. Melihat bantuan itu, Ashoka jadi
teringat ibunya yang sering membantu berpakaian dulu. Acharya Dewaratha datang,
menuntun tangannya dan mengajak Ashoka keluar dan bersama Dharma berdiri di
balkon biara. Sementara di halaman biara para warga Takhsashila sudah berkumpul.
Ashoka pun mulai pidatonya didepan warga Takhsashila. "Guruku
Acharya Chanakya telah mengajarkan bahwa kita harus senantiasa ingat kebenaran
dan cinta selalu menang. Ada banyak penjahat yang membuat onar tapi mereka itu
harus kalah. Dengan cara yang sama, kekalahan Kichaka dan pendukungnya harus
dipastikan. Kita seharusnya mengisi diri dengan harapan dan keberanian. Perang
belum selesai, musuh-musuh kita mungkin bertambah kuat namun yakinlah mereka
dapat dikalahkan. Contoh paling besar adalah aku sendiri yang kembali hidup. Aku
putra Dharma telah kembali, Putra Dharma telah kembali untuk mengakhiri
musuh-musuh ibu pertiwi, tanah air kita".