Sinopsis Ashoka Samrat episode 342 bag 2

Sinopsis Ashoka Samrat episode 342 bag 2 by Kusuma Rasmana.  Witashoka melepaskan pelukan dan meminta Devi agar tidak khawatir karena dia akan terus datang untuk mengunjunginya. Witashoka juga meminta dia untuk terus berlatih ketrampilan memakai bumerang.

Witashoka membungkuk untuk meminta berkat kepada Dhaniram yang merasa sedih melihat kepergian mereka. Namun Witashoka menghibur mereka semua dengan menarik ujung dhoti (kain yang dipakai melilit seperti celana) Dhaniram untuk ditangisi. Dhaniram pun mengusap airmatanya dengan ujung dhotinya.
Ashoka mengucapkan terima kasih kepada Dhaniram yang telah mengijinkan mereka tinggal di rumah itu. "Kami minta maaf jika kami tidak sengaja menyakiti kalian", kata Ashoka.


Dharma berkata, "Kita tidak seharusnya menunda lebih lama lagi, ayo kita pergi". Dharma dan Witashoka segera menjinjing barang bawaan mereka. Dhaniram dan Devi mengantar tiga orang tersebut di depan pintu pekarangan rumahnya. Di jalan kota, orang-orang semua berkumpul berjejer, mereka semua mengantar kepergian Ashoka, Dharma dan Witashoka dari kota itu. Dharma dan Witashoka duduk diatas punggung kuda, sedangkan Ashoka menuntun Garuda dengan melangkah pelan melewati orang-orang yang mengantarnya dengan sedih dan terharu. Ketiganya pergi dalam kejaran Nirankush dan prajuritnya yang terus membayangi mereka semakin dekat. Mereka pergi seakan diburu waktu.

Dhaniram dan Devi baru akan masuk ke halam rumahnya ketika melihat Nirankush bersama pasukannya di depan halaman rumah mereka. Devi terlihat tegang, demikian juga ayahnya.
Nirankush bertanya kepada Dhaniram, "Dimana dia? Dimana Ashoka?"
Dhaniram menyambutnya dan menjawab, "Mereka telah pergi".
Nirankush berkata marah, "Pergi? Kemana mereka pergi?". Nirankush mendekati Dhaniram dan mencekik lehernya, "Ayo jawab! Mereka kemana?". Devi kasihan melihat ayahnya yang megap-megap. "Lepaskan ayahku! Lepaskan ayahku!", kata Devi berusaha menarik lengan Nirankush dari leher ayahnya.

Nirankush dengan marah memberi perintah, "Tahan mereka berdua dan bakar rumah ini!". Para prajurit menangkap Dhaniram dan Devi, keduanya tidak bisa melakukan perlawanan apapun.
"Ayo bakar rumah ini!", perintah Nirankush lagi. Devi berteriak histeris meminta agar rumahnya tidak dibakar, Dhaniran juga panik dan berteriak memohon ampun, namun Nirankush tak peduli teriakan mereka. Beberapa prajurit Ujjain menumpahkan minyak di dinding, teras dan pintu rumah itu. Nirankush pun melemparkan obor menuju tumpahan minyak di teras. Api segera tersulut dan langsung menyambar dinding dan mulai membakar rumah itu pelan tapi pasti.

Devi dan Dhaniram yang dipegangi prajurit terus berteriak dan menangis histeris, namun tak berdaya menyaksikan rumah mereka terbakar. Nirankush dan prajuritnya tertawa puas menyaksikan hasil perbuatan mereka.

Di hutan yang tidak seberapa lebat, Dharma dan anak-anaknya memulai perjalanan melelahkan mereka. Dharma dan Witashoka diatas punggung Garuda, sedang Ashoka melangkah sambil menuntun kudanya.
"Bu, Aku lapar", kata Witashoka mengeluh.
Ashoka meminta mereka untuk beristirahat selama beberapa waktu karena perjalanan mereka memang sudah cukup lama.
Mereka pun berhenti di tempat itu. Ashoka lalu menurunkan ibu dan adiknya dari punggung kuda dan meminta mereka untuk beristirahat di bawah pohon.
Ashoka berkata kepada kudanya, "Garuda, kau jaga ibu dan adikku, sementara aku akan mencari makanan".

Kuda itu menjawab dengan menganggukkan kepalanya. Ashoka melangkah masuk ke dalam hutan, matanya mencari-cari pohon atau buah yang kira-kira bisa dimakan, namun tidak menemukannya. Akhirnya melintasi sebatang pohon berri liar. Dia mendekati pohon itu dan memetik beberapa berri liar itu, namun buah itu bergetah yang lengket di tangannya. Ashoka tiba-tiba teringat bagaimana ia telah memperingatkan Kaurwaki untuk tidak makan jenis buah itu karena beracun. Dalam kilasan ditampilkan saat Ashoka remaja melarang Kaurwaki memakan buah itu dalam sebuah hutan.
Ashoka terkenang kembali saat remaja itu, sambil memegang ranting daun yang dipenuhi buah berri liar itu. "Kaurwaki, Aku menyelamatkanmu dari ini dan hari ini kenangan itu menyelamatkanku dan keluargaku dari buah beracun ini", guman Ashoka.

Ashoka berpikir kenangan menyelamatkannya dan keluarganya sekali lagi, dan dia bertanya-tanya dimana Kaurwaki sekarang. "Mengapa hal ini selalu terjadi kepadaku? Setiap orang yang aku cintai, malah meninggalkanku?", batin Ashoka lalu melangkah.
Sementara itu, di bagian lain dari hutan itu. Kaurwaki duduk di depan tendanya sambil menatap bulan. Sementara Bela datang menyuguhkan makanan yang sudah disiapkan.
Kaurwaki menolak untuk makan, "Aku tidak lapar".
Bela meminta dia untuk tidak mengabaikan makanan, "Anda masih menempuh perjalanan panjang, mohon makanlah sekarang".
Kaurwaki berkata, "Jika aku terus beristirahat seperti ini, ini akan menunda pertemuan dengan Ashoka dan keinginan untuk minum air". Bela melangkah masuk kedalam tenda sambil membawa nampan makanannya kembali.

Kaurwaki bertanya-tanya, "Dimana kau, Ashoka? Bagaimana keadaannya sekarang?". Dia tidak menyadari kedekatan mereka berdua saat itu.
Witashoka kecewa melihat Ashoka kembali dari hutan dengan tangan kosong tanpa makanan apapun.
Ashoka menjelaskan, "Tidak ada buah yang bisa dimakan di sekitar sini", Ashoka membelai dan memeluk adiknya.
Ketiganya lalu duduk dibawah pohon itu untuk beristirahat.
Witashoka merasa sangat lapar, Dharma berusaha memintanya agar bersabar. Ashoka duduk di dekat perapian yang dibuatnya.

Ashoka berkata dengan nada pelan, "Sumpah yang ibu ucapkan telah mengikat tanganku. Bila tidak, aku mungkin sedang berurusan dengan Nirankush sekarang dan kita tidak perlu kesulitan dengan makanan. Mereka pelaku kejahatan masih bebas berkeliaran, sedangkan mereka yang tidak bersalah malah dihukum!"

Dharma meminta Ashoka agar menaklukkan musuh dalam diri sendiri dahulu sebelum musuh diluar dirinya. "Selama kau tidak mampu mengendalikan amarah dan emosimu sendiri, jangan berbicara akan bisa mengalahkan musuh lain di luar dirimu, atau berencana akan pergi ke Pattaliputra", kata Dharma.

Ashoka mungkin bosan mendengar nasihat ibunya, dia berdiri gelisah dan melangkah mondar-mandir. Perhatiannya tersita kepada seberkas cahaya terang di kejauhan, Ashoka berguman, "Mungkin makanan kita telah disiapkan di tempat itu". Ia tidak menyadari cahaya terang itu berasal dari tenda Kaurwaki.

Ashoka bermaksud melangkah, namun Dharma meminta dia untuk melampiaskan kemarahannya dulu dan Dharma sendiri akan pergi ke tempat itu.
Ashoka terkejut menyadari ibunya yang seorang Rani Magadha harus mengemis makanan. "Haruskah ibu yang melakukan ini?", tanya Ashoka.
Dharma menjawab, "Situasi dan waktu bisa mengubah apapun"
Ashoka bertanya, "Bagaimana jika orang disana mengenali Ibu?".
Dharma menjawab, "Aku harus berani menghadapi masalah saat datang menimpa keluargaku"
Dharma pergi menuju tempat cahaya terang yang berasal dari tenda di kejauhan itu bersama Witashoka sambil menutupi wajahnya dengan dupatta. Sementara Ashoka melihat ibu dan adiknya dari kejauhan dengan rasa khawatir.

Dharma dan Witashoka mendekati tenda, saat itu Kaurwaki sudah masuk ke dalam tendanya.
Prajurit penjaga bertanya saat melihat dua orang asing mendekati tenda itu. "siapa Kalian? Apa yang Kalian lakukan disini?", tanya prajurit.
Dharma menjawab, "Aku hanya minta sedikit makanan, hanya untuk anakku ini"
Penjaga menjawab, "Ini adalah tenda tuan putri, Kalian tidak boleh kesini. Pergilah!"
Dharma berkata, "Ku mohon, sedikit makanan untuk anakku".
Penjaga malah berkata mengejek, "Kalau kau tidak mampu memberi makan, mengapa kau melahirkan? Cepat pergi!

Dharma kaget mendengar ucapan prajurit yang sungguh tidak sopan kepada seorang wanita atau ibu.
"Beraninya kau berbicara dengan seorang wanita seperti ini?", Suara seorang gadis terdengar dari dalam tenda.

Dharma menoleh, gadis itu keluar dari tenda dan menegur penjaga agar berprilaku sopan. Penjaga itu merasa malu dan membungkukkan badan kepada gadis itu untuk meminta maaf.
Gadis cantik yang bernama Kaurwaki itu meminta maaf kepada Dharma atas nama prajurit penjaga yang sudah tidak sopan kepadanya.

Witashoka memohon kemurahan hati gadis itu untuk memberikan sedikit makanan. Kaurwaki memintanya menunggu di tempatnya, sementara dia sendiri masuk ke dalam tenda untuk mengambil makanan untuknya.

Witashoka senang melihat kemurahan gadis cantik itu, sementara Dharma tersenyum.
Di tempatnya, Ashoka yang duduk menunggu merasa heran mengapa begitu lama hanya untuk meminta makanan. Akhirnya ia memutuskan harus pergi dan memeriksa tentang ibu dan adiknya di tenda yang di datangi. Garuda meringkik seakan mengingatkannya.

Ashoka berkata kepada Garuda, "Aku tahu aku telah diperingatakan agar jangan kasar dan memukul lagi, tetapi jangan halangi aku untuk pergi ke sana". Ashoka segera melangkah semakin mendekati tenda itu. Dia berhenti dibawah pohon agak jauh dari tenda. Dari tempat itu, Ashoka mengamati seorang gadis memberikan makanan kepada Witashoka. Namun Ashoka tidak bisa mengenali gadis itu karena jarak dan suasana malam hari.
Perhatian Kaurwaki tersita pada sosok bayangan dibawah pohon. "Siapa itu itu disana?", tanya Kaurwaki.

Witashoka menjawab, "Dia bhaiya (kakak lelaki) ku".
Kaurwaki berkata seakan tanpa sadar, "Dengan tubuh gempal dan lengan berotot seperti itu, sungguh memalukan Kalian harus mengemis, padahal dia masih ada", Kaurwaki menggelengkan kepalanya.
Dharma menjawab, "Waktu memang sangat perkasa, Putri. Bahkan orang besar seperti Satyawati dan Harischandra pun harus membungkuk".

Kaurwaki meminta maaf karena telah mengucapkan sesuatu yang menyakiti ibu dan anak di depannya. Dharma senang melihat gadis putri raja itu malah meminta maaf. Kaurwaki tiba-tiba merasakan hubungan yang aneh dari sosok bayangan di bawah pohon. Mata Kaurwaki lekat melihat ke arah sosok yang tidak jelas di bawah pohon itu karena gelapnya malam. Sosok itu memang tidak lain adalah Ashoka.


CUPLIKAN : Seorang pria memukulkan tambur bertalu-talu sambil memberi pengumuman di tengah pasar. "Dengar semua! Mulai besok, di Nalanda, akan diadakan kejuaraan gulat laki-laki. Dan kejuaraan ini sangat istimewa karena putra sulung Samrat Bindushara, Pangeran Sushima juga berpartisipasi dalam kejuaraan ini!", teriak orang itu.

Ashoka yang sedang disana bersama kudanya terkejut mendengar pengumuman itu. Di istana Pattaliputra, Sushima berguman, "Dimana pun kau berada, kita pasti akan segera bertemu!". Kejuaraan gulat akan dimulai di sebuah arena di Nalanda. Ashoka menunggangi Garuda dengan tekad bulat menuju tempat tersebut.

PREV  1  2  NEXT
Bagikan :

Related Post:

Back To Top