Sinopsis Ashoka Samrat episode 384 by Kusuma Rasmana

Sinopsis Ashoka Samrat episode 384 by Kusuma Rasmana. Di istana Magadha, Pattaliputra, di ruangan Sushima, Helena sudah dibawa ke ruangan itu secara diam-diam agar bersembunyi di tempat itu. "Disini aku berharap bisa tenang dan bisa tidur dengan nyenyak", gumannya yang segera merebahkan diri di pembaringan itu. Namun suara roda yang menggelinding di lantai koridor di luar ruangan itu membuat dia terganggu. Suara itu berasal mainan Witthasoka yang berbentuk kuda yang beroda pada kaki-kakinya. 

Witthasoka terus bermain di koridor itu dengan mendorong mainannya. Kuda mainan itu pun meluncur setelah di dorong dan berhenti setelah menabrak sesuatu. Sekali lagi Witthasoka mendorong mainan kuda itu, kuda berroda itu meluncur lalu berbelok masuk ke ruangan yang dipakai Helena. Helena kaget karena mendengar langkah kaki seseorang yang masuk ke ruangan itu. Takut keberadaannya diketahui orang lain dia segera bersembunyi.


Witthasoka yang lalu masuk ruangan itu berhenti dan menyadari bahwa ruangan ini milik Sushima.
"Tampaknya dia tidak ada di sini", batin Witthasoka sambil melihat ke sana kemari. Dia lalu mencari mainan kuda berodanya di sudut-sudut ruangan hingga dekat tempat tidur, namun belum menemukannya.

Sementara Helena mengintip Witthasoka dari balik tirai yang merupakan sekat kamar ruangan tersebut.
"Jika dia melihatku disini, maka.....", Helena membatin, namun dia kaget, karena tiba-tiba Witthasoka berbalik ke arahnya karena mungkin merasakan sesuatu, sehingga Helena langsung menutup tirainya. Witthasoka jadi curiga karena melihat sekelebatan tirai yang bergerak. Melihat Witthasoka mendekati tirai itu untuk mencari mainanya, Helena segera lari ke ruang dalam dan segera bersembunyi, sambil menutup mulutnya dan duduk di belakang sebuah vas atau jambangan besar.

Witthasoka masuk ke ruangan dalam melewati tirai dia melangkah pelan sambil mencari-cari mainannya. Dia akhirnya keluar ke ruangan lain melewat tirai itu. Sementara Helena segera bangun dari persembunyiannya begitu Witthasoka pergi. Witthasoka akhirnya menemukan mainannya. Namun dia kaget karena dia melihat bayangan orang dibalik tirai. Matanya mendelik melihat pemandangan itu, dia juga mendengar suara gelang kaki dari arah tirai. Mata Witthasoka bertambah kaget dan ketakutan karena ujung sebelah kaki menyembul dari bawah tirai yang menjuntai. Kaki yang tanpa alas itu berkulit putih, namun agak kotor. Ashoka ketakutan mendelik, dia teringat ucapan Mahamatya di depan Ayahanda raja, tentang arwah orang mati yang bisa menjadi hantu. Apa lagi bayangan itu bergerak-gerak seakan menakutinya.
Witthasoka yang ketakutan terdiam di tempat,.

"Bhuta.... bhuta.... bhuta....! (Hantu...hantu....hantu!)", dia berteriak keras. Bindushara dan Dharma segera datang ke ruangan itu, keduanya segera menenangkan Wittashoka yang terus berteriak tentang hantu sambil memejamkan matanya.

"Tenanglah, tenang Wit, ayah dan ibumu disini", kata Bindushara memeluk putra bungsunya. Dharma ikut menenangkannya dengan memegang kepalanya. Ashoka dan anggota keluarga lainnya juga datang.
Ashoka berkata, "Buka matamu, Adikku, Kami ada di sini. Tidak ada hantu atau orang disana".
Witthasoka segera membuka matanya.

Bindushara bertanya kepada Witthasoka, "Mengapa kau terlihat begitu ketakutan? Apa yang terjadi?"
Witthasoka menjawab, "Ada bhuta di balik tirai!".

"Bhuta (hantu)? Hantu apa? Dimana?", tanya Bindushara. Witthasoka segera menunjuk ke arah tirai.
Sushima seketika terkejut dan bingung, "Di mana Rajmata?". Demikian juga Siamak dan Charumitra merasa gelisah dan khawatir. Dharma dan Bindushara melihat ke arah tirai yang ditunjuk. Sementara Devi dan Kaurwaki juga datang ke ruangan itu.

Bindushara meminta Witthasoka untuk ikut dengannya. Namun Witthasoka ketakutan dan memeluk ibunya. Bindushara meyakinkannya, "Tidak ada yang akan terjadi padamu", kata Bindushara.

Akhirnya Bindushara berhasil mengajak putra bungsunya melangkah menuju di balik tirai yang dimaksud. Sementara Sushima, Siamak dan Charumitra memperhatikan langkah Bindushara dengan tegang. Bindushara lalu menyibakkan kain tirai dan tidak melihat apapun disana.

Bindushara berkata, "Kaulihat bukan? Tidak ada yang namanya hantu", dia berusaha meyakinkan putranya. Ditempatnya Sushima, Siamak dan Charumitra menarik nadas lega menentramkan hatinya.
Witthasoka menegaskan, "Aku melihat hantu seorang wanita tua, kakinya berkulit putih. Tidak seperti kita".
Charumitra saling berpandangan dengan Sushima dan Siamak.
Ashoka bertanya kepada adiknya, "Apa kau melihat hal yang lain juga?".

Sushima kaget mendengar pertanyaan Ashoka, dia khawatir jawaban Witthasoka akan membahayakan Helena.

Sushima melirik Ashoka lalu menoleh kepada Witthasoka dan berkata marah, "Apa yang kau lakukan di kamarku? Apa niatmu datang kemari?".

Ashoka tercengang melihat Sushima yang tiba-tiba memarahi adiknya. Bindushara berkata menegur Sushima, "Sushima! Kau memarahi adikmu seperti itu? Dia sudah takut, mengapa kau menambah ketakutannya sekarang?"

Sushima segera terdiam mendengar teguran ayahnya. Charumitra meminta Sushima tenang, dengan sentuhan di lengannya.
Witthasoka menjelaskan, "Ayahnda, Aku sedang bermain dengan mainanku ini dan mainanku meluncur ke ruangan Kak Sushima. Ayah percaya kepadaku, kan?".

Bindushara mengangguk dan menoleh kepada Dharma, "Tentu aku percaya, Kau adalah putra Dharma. Kau tidak akan pernah bisa berbohong".
Charumitra kesal melihat Bindushara masih sempatnya memuji Dharma.

Ashoka berpikir sejenak lalu berkata, "Mungkin ada orang luar yang masuk ke ruangan inu. Kita harus memeriksa semua kamar!".
Bindushara berkata, "Aku setuju denganmu, Ashoka".

"Ayo! Cepat periksa dan cari penyusup itu!", kata Bindushara memberi perintah kepada para prajurit yang berdiri di dekat pintu ruangan. Para prajurit pun segera menyebar untuk melakukan pemeriksaan. Sementara Sushima, Charumitra dan Siamak mulai gelisah lagi.

"Aku minta kalian semua untuk beristirahat karena ini sudah larut malam", kata Bindushara kepada para pangeran dan para rani, dan juga Putri Kaurwaki dan Devi. Ashoka lalu mendahului pergi keluar ruangan, tanpa peduli Kaurwaki yang menoleh kepadanya saat dia lewat. Bindushara lalu pergi bersama Dharma dan Witthasoka.

Semua orang pergi kecuali Charumitra, Sushima dan Siamak. Segera setelah memastikan semua orang lainnya sudah jauh, kedua pangeran mencari Rajmata di ruangan itu tapi sia-sia. Mahamatya juga muncul di ruangan itu dan ikut mencari Helena.
"Rajmata! Rajmata!", panggil Sushima, "Dimana Kau?".

Siamak juga ikut memeriksa ruangan itu. Namun tidak ada jawaban apapun. Mereka terus memanggil sambil terus mencari Helena di sekitar kamar itu.
"Kita masih beruntung, Witthasoka tidak melihat Rajmata", kata Sushima. Namun Siamak marah mendengar ucapan Sushima. "Beruntung? Kau hampir membuat kita celaka! Aku kesal dengan keputusanmu membawa Rajmata ke istana!", kata Siamak.
Sushima menjadi marah karena Siamak yang menyalahkan dirinya, dia beralasan orang lain selain dirinya tidak punya ide apapun untuk mengamankan Helena.

Sushima berkata meyakinkan Siamak, "Aku yakin semua orang akan melupakan itu. Mereka akan berpikir bahwa itu hanya ilusi anak-anak". Namun Siamak tidak terima dengan kilah dari Sushima.
Sushima berujar, "Aku juga mengkhawatirkan Rajmata, setiap orang menjadi waspada sekarang. Jika dia tertangkap maka akibatnya akan menakutkan bagi kita semua!"
Mahamatya berkata setelah mencari-cari, "Aku tidak menemukan dia dimanapun. Kita bertiga harus berpencar ke arah berbeda untuk mencari Rajmata". Sushima dan Siamak lalu mengajaknya keluar kamar untuk berpencar dalam mencari Helena.

Sementara itu Helena yang menutupi kepalanya dengan selendang sedang berlari menyusuri koridor, sambil matanya terus mengawasi sekitarnya. Dia lalu bersembunyi dibalik pilar saat mendengar langkah kaki beberapa orang dari arah belokan koridor di depannya. Dari arah lain koridor, Nayaka melangkah bersama 2 prajurit dan bertemu dengan beberapa prajurit dari koridor dari ujung lainnya di persimpangan koridor itu. Nayaka lalu memberi perintah berupa isyarat tangan kepada para prajurit agarsegera menyebar menyusuri semua arah koridor untuk mencari orang yang kemungkinan adalah penyusup. Helena yang sempat mengintip Nayaka dan para prajurit sudah pergi dari persimpangan itu, segera melangkah keluar dari tempat persembunyiannya.

Kembali dia melangkah sambil matanya terus waspada. Dia kaget saat dekat persimpangan, matanya sekilas melihat Ashoka yang juga mencari-cari seseorang datang dari arah koridor lain. Helena kembali harus memacu jantungnya bersembunyi diam di balik pilar sudut koridor itu. Ashoka yang tengah mencari-cari, telinganya mendengar suara gelang kaki saat Helena berusaha bergerak ke belakang pilar, karena melihat Ashoka dekat sekali. Ashoka segera berbalik tetapi tidak menemukan siapapun di sekitar pilar itu.

Dari arah koridor disampingnya, Ashoka melihat Sushima juga sedang mencari Helena sambil memeriksa di sekitar pilar dan menyibakkan tirai. Ashoka heran melihatnya karena raut wajah Sushim tampak cemas.

"Saat aku berbicara tentang pencarian ini, dia tidak menunjukkan minat apapun, lalu mengapa sekarang dia ikut mencari?", batin Ashoka
"Sushima! Aku yang memiliki tanggung jawab dalam urusan keamanan internal. Jadi aku yang akan mencari penipu yang meyusup tersebut. Kau tidak perlu ikut begitu penasaran".
Sushima mendekati Ashoka demikian juga sebaliknya, namun sebelum Sushima bicara, Siamak datang juga ke koridor tersebut. Dari balik pilar, Helena mengamati ketiga pangeran Magadha yang sedang berhadapan itu.

Siamak berkata, "Ashoka, penipu itu ditemukan di kamar Sushima. Ini adalah tanggung jawab kita semua karena hal itu berkaitan dengan keamanan istana Magadha dan penghuninya".

Sementara Helena kabur dari tempat itu kearah lorong koridor lainnya, melihat perhatian Ashoka sudah teralihkan oleh saudaranya.

Ashoka berkata heran, "Tiba-tiba kau begitu khawatir tentang Magadha dan urusannya. Ditambah lagi sekarang, kau membela Sushima hari ini? Ngomong-ngomong, Aku akan mengawasi kalian berdua, Kau ingatlah itu!".

Ashoka lalu pergi meneruskan pencariannya terhadap penyusup yang mungkin ada di istana. Demikian juga, Sushima dan Siamak melanjutkan pencarian mereka ke arah lain, namun dengan tujuan yang berbeda. Beberapa prajurit juga berlalulalang untuk mencari orang telah menyusup ke istana, mereka menyusuri kamar dan koridor yang ada. Sementara Helena yang licin masih bisa selamat dari kejaran para pencarinya.

PREV  1  2
Bagikan :
Back To Top