Sinopsis Ashoka Samrat episode 384 bag 2 by Kusuma Rasmana.
Bindushara sedang berjalan bersama Dharma di koridor sambil menenangkan
Witthasoka. Dia lalu meminta Witthasoka agar ikut ibunya menuju kamar pribadi
Dharma, karena Bindushara mungkin ada urusan lain. Dharma dan Witthasoka pun
berpisah di koridor itu karena Samrat menuju arah lain. Charumitra yang melihat
itu dari jauh tersenyum sumringah.
Charumitra berpikir, "Aku harus bersama Samrat sekarang karena Dharma tidak bersamanya. Tapi aku harus berdandan lebih dulu sebelum bertemu dengannya", guman Charumitra tersenyum lalu melangkah keluar dari koridor. Helena yang panik dan berlari menyusuri koridor segera masuk ke ruangan Charumitra yang pintunya terbuka karena mendengar beberapa prajurit menuju koridor itu. Nayaka bersama 2 prajuritnya yang ikut melakukan pencariannya bermaksud memasuki kamar Charumitra yang terbuka. Namun Charumitra yang baru datang melihatnya.
"Kau tidak perlu memeriksa kamarku. Pergilah ke arah lain", kata Charumitra. Nayaka hanya menjawab dengan anggukan dan segera membawa prajuritnya ke tempat yang lain.
Charumitra masuk ke dalam kamarnya, menutup daun pintu dari
dalam dan duduk didepan cermin untuk mulai berdandan.
Tapi disadarinya, Helena sedang bersembunyi di ruangan itu. Helena segera keluar dari persembunyiannya di belakang lemari kayu sambil matanya celingak-celinguk melihat ke arah pintu. Helena tak sengaja menjatuhkan cermin yang diatas lemari rendah itu hingga pecah berantakan di lantai. Charumitra yang baru membuka perhiasannya kaget mendengar kegaduhan itu. Dia bangkit dari duduknya dan melihat cermin yang sudah pecah tergeletak di lantai. Namun Charumitra terkejut karena melihat bayangan Helena di cermin yang pecah. Charumitra menjerit ketakutan saat melihat bayangan itu. Jeritan Charumitra yang keras membuat Ashoka yang tengah mencari penyusup segera melangkah menuju kamar Charumitra. Langkahnya diikuti oleh Sushima dan Siamak yang menyusul ke kamar itu.
Sementara itu di kamar Charumitra, Helena segera memegang tangannya, dia meminta Charumitra untuk tenang, "Ini aku!!!", kata Helena menutup mulut Charumitra. Charumitra masih kaget sehingga tidak mendengar ucapan Helena. Sementara Helena yang menyadari langkah kaki beberapa orang dil luar kamar segera kabur meninggalkan Charumitra yang masih berdiri syok sendirian. Dia menuju ke arah lain, bukan melewati pintu depan kamar itu.
Ketiga pangeran datang ke kamar itu, Ashoka bertanya, "Apa yang terjadi?", sambil terus mengamati ruangan itu. Namun Charumitra hanya bengong dengan rasa syoknya.
Witthasoka, Dharma, Bindushara dan Mahamatya juga datang ke kamar Charumitra, mereka semua heran melihat Charumitra yang hanya diam. Sushima bertanya melalui tatapan matanya, Charumitra menggeleng pelan.
Witthasoka bertanya, "Apakah Bhadi Ma (Ibu besar) melihat hantu juga?"
Charumitra menjawab, "Benar, aku juga melihatnya dan dia menakutiku".
Dharma dan Bindushara heran dengan jawaban Charumitra.
Ashoka bertanya lebih jauh tentang sosok yang dilihatnya barusan. Charumitra menjelaskan sosok itu menakutinya bahkan membuat gaduh, sambil menunjuk cermin yang pecah di lantai.
Bindushara tidak menerima begitu saja keterangan istrinya, "Witthasoka masih anak-anak, wajar dia percaya hantu. Tapi kau, kau yang sudah tua, bagaimana bisa percaya pada hantu?"
Witthasoka berkata, "Bhadi Ma itu orang yang kuat. Mengapa dia harus menakut-nakuti orang saat dia sendiri begitu ketakutan?".
Nayaka yang ada disitu juga, menyembunyikan senyumnya karena ucapan Witthasoka.
Witthasoka berkata, "Bhadi Ma, apaka hantu yang anda lihat kulitnya putih dan wajahnya seram?". Charumitra mengangguk.
Bindushara berkata tegas, "Wit, Aku minta kau mengabaikan dan menentang pikiran tentang adanya hantu disini. Kalau tidak, ini bisa menakut-nakuti para tamu di istana. Apa kau akan menyukai hal itu?".
Witthasoka hanya diam seakan tidak menerima penjelasan Samrat. Sementara Siamak dan Charumitra saling berpandangan sinis.
Ashoka berkata, "Ayah benar, Wit. Tidak ada hantu di sini. Jika ada maka Aku akan menemukannya!".
Witthasoka yang masih takut dan resah berkata, "Ayahanda, aku minta ayah tidur bersamaku malam ini".
Bindushara mengangguk setuju. "Ayo!", kata Bindushara mengajak Dharma dan Witthasoka pergi dari ruangan itu. Ashoka dan Nayaka ikut menyusul dibelakang mereka. Tinggal empat sekawan pembunuh Chanakya di ruangan itu, yaitu Mahamatya, Siamak, Sushima dan Charumitra.
Setelah memastikan semua orang sudah jauh dari kamar itu, Sushima bertanya, "Dimana Rajmata?". Charumitra menjawab, "Dia bersembunyi", sambil melihat arah kepergian Helena tadi. Sushima memikirkan kemana perginya Helena.
Di serambi bagian lain istana, para putri ketakutan saat
mendengar adanya hantu di istana tersebut. Putri Anantha mengeluh, "Istana ini
ternyata ada hantunya, apa yang harus kulakukan?". Putri Srishti merasa
ketakutan karena hantu itu bisa mengganggu pernikahan pangeran, namun ibunya
berkata menenangkan putri itu. Putri Chanda dan Anandini yang melangkah mendekat
kaget mendengar ucapan putri lainnya. Putri Chanda segera berdoa sedang Anandini
tidak melakukan apapun, walaupun dia juga merasa takut.
"Aku harap tidak harus menghadapi hantu demi mendapatkan Ashoka", guman Anandini.
Kaurwaki datang dari arah lain, dia dituntun oleh Devi. "Aku yakin ini ada rahasianya, ini bukan hantu. Aku curiga, rahasia ini merupakan bahaya yang bisa mengancam nyawa Ashoka. Aku harus mencari tahu!", guman Kaurwaki.
Devi yang mendengar gumanan itu menanggapi, "Aku sarankan kau beristirahat dulu. Semua orang sedang mencari orang yang menyusup itu termasuk Ashoka. Dia pasti akan segera ditemukan".
Devi menuntun Kaurwaki menuju kamarnya, sementara putri lainnya masih sibuk dengan pikiran dan perasaannya yang resah karena gangguan "hantu" itu.
Helena melangkah menyusuri koridor, seperti sebelumnya, matanya nanar melihat kesana kemari untuk memastikan tidak ada orang yang tahu keberadaanya.
"Aku tahu setiap sudut istana. Aku harus bersembunyi untuk menjaga rahasia Gondana dari Ashoka. Aku tidak akan pernah membiarkannya bisa menangkapku!", batin Helena terus melangkah.
Sejenak kemudian, telinganya mendengar langkah kaki yang mendekat, dia pun segera bersembunyi saat mengetahui Nayaka yang lewat di koridor itu bersama dengan prajuritnya. Helena keluar dari persembunyian dan terus melangkah tertatih. Dia kembali panik dan segera berlari saat mengetahui Bindushara dan Dharma keluardari belokan dan melangkah menuju tempat Helena. Helena dalam paniknya malah masuk ke kamar pribadi Bindushara. Setelah mencari-cari tempat yang dirasa aman, dia segera bersembunyi dalam lemari pakaian di ruangan itu.
Dharma dan Bindushara masuk ke ruangan itu, sementara dari dalam lemari Helena mengintip melalui celah pintu lemari itu. Dharma bertanya, "Mengapa Anda terlihat begitu resah? Apakah ada masalah?"
Bindushara menjawab, "Tidak, tidak ada hal penting. Aku hanya teringat kata-kata Mahamatya beberapa jam yang lalu. Dia mengusulkan agar arwah Rajmata yang harus dilakukan ritual puja agar damai dan tenang di alamnya. Aku bingung memikirkan hal itu, tapi Aku tidak takut. Aku hanya memikirkannya saja. Dharma, Kau pergilah ke kamar Witthasoka. Aku akan segera menyusul kesana".
Dharma mengangguk dan segera pergi. Di luar istana, cuaca sedang buruk dan langit mendung, kilat menyambar disusul suara gemuruh. Tiba-tiba angin bertiup masuk ke ruangan itu, membuat diya yang menerangi ruangan itu padam. Sekali lagi kilat menyambar dan menerangi ruangan itu sesaat. Bindushara kaget karena mendengar suara gaduh. Dia pun segera mencari sumber suara itu yang ternyata berasal dari almirah (lemari pakaian) di ruangan itu. Bindushara merasakan kehadiran seseorang dalam almirahnya, bahkan pintu almari itu sempat menutup sendiri. Bindushara merasa harus waspada dan mengeluarkan pedangnya, dia melangkah pelan mendekati lemari dan berteriak, "Siapa yang ada didalam?". Namun tidak ada jawaban apapun dari dalam lemari.
Dia pun membuka lemari, namun gelapnya kamar itu membuat dia tidak melihat apapun. Saat ada kelipan cahaya dari kilat yang menerangi ruangan itu sesaat, barulah Bindushara terkejut melihat siapa yang sudah duduk didalam lemari.
"Ibu?", kata Bindushara kaget setengah mati, matanya terbelalak. Dia melangkah mundur dan pedangnya terjatuh. Seketika dia merasakan sakit didadanya secara mendadak. Dia lalu memegang dadanya sambil terhuyung dan akhirnya jatuh telentang tidak sadarkan diri di lantai dekat pembaringan. Sementara di dalam lemari Helena hanya diam memandang Bindushara yang pingsan di lantai kamar itu.
Keesokan paginya di kamar yang sama, Bindushara duduk
dipembaringannya, sementara anggota keluarga istana lainnya berdiri di dekat
pembaringan. Vaid ji (Tabib) yang selesai memeriksa nadi di lengan Samrat
memberitahu anggota keluarga istana bahwa Samrat telah jatuh pingsan sebelumnya.
"Namun keadaan samrat sudah lebih baik, tidak ada yang perlu di khawatirkan
sekarang", kata Tabib yang segera berpamitan lalu pergi dari ruangan
itu.
Ashoka bertanya, "Ayahanda raja, Aku ingin tahu bagaimana hal itu terjadi dengan Anda?". Bindushara hanya diam, mungkin teringat apa yang dilihatnya semalam di dalam lemari.
Dharma menjawab, "Vaid ji sudah bilang, Samrat pingsan karena melihat sesuatu. Itu sudah jelas bagimu?".
Ashoka berkata, "Bu, apakah aku harus percaya seorang samrat Magadha harus takut dengan hantu. Aku yakin itu pasti bukan hantu. Apakah ayahanda sendiri yang...".
"Samrat pasti melihat hantu itu", menjawab Mahamatya dengan semangat. Siamak, Sushima dan Charumitra menoleh kepadanya.
"Banyak Shastra (kitab) sudah menyebutkan itu, kita harus melakukan ritual puja bagi arwah dengan sempurna, atau arwah itu akan bergentayangan didekat keluarga sebagai hantu. Apa yang aku katakan ternyata terbukti, Anda sendiri juga melihatnya...", kata Mahamatya berteori tentang hantu, sementara Charumitra menahan senyumnya".
Bindushara memotong ucapan Mahamatya, "Mahamatya, semua kejadian ini lebih dari sekedar kebetulan".
Sushima berpikir, "Apakah ayah memiliki perasaan curiga?"
"Mahamatya, dari kejadian yang dialami oleh Witthasoka, lalu dialami oleh Maharani Charumitra, dan juga apa yang aku lihat, semua kebetulan ini terjadi sejak kau berbicara tentang arwah Rajmata", kata Bindushara lagi.
Sushima berkata, "Ayahanda, Anda sendiri tidak percaya hantu, maka hantu itu harus memperlihatkan dirinya kepada Anda".
Bindushara beralasan, dia tidak percaya hantu itu harus menakutinya. Siamak menanggapi, "Mungkin arwah rajmata marah, karena ayahanda tidak mempercayai dan malah mengabaikannya".
Bindushara sedikit kesal dengan ucapan Siamak, "Kau malah menyalahkan Aku?". Siamak menunduk malu atas kelancangannya barusan.
"Bukankah sangat aneh, Aku melihat hantu Rajmata pada hari Aku menolak untuk melakukan ritual bagi ketenangan arwahnya? Aku tidak mungkin melakukan puja untuk arwah pengkhianat. Namun aku akan melakukannya untuk membebaskan rumah ini dari hantu. Kita akan melakukan puja dan berdoa untuk ketenangan kita", kata Bindushara.
Siamak dan Mahamatya tersenyum, demikian juga Charumitra.
Sushima memandang Bindushara sambil berpikir, "Aku benar-benar puas dengan gagasan menyembunyikan Rajmata di istana ini sendiri, di ruang gua bawah tanah. Ini akan membuat Ashoka semakin kesulitan mengungkap Gondana"
Kilas balik menampilkan, Sushima dan Siamak membawa Rajmata ke suatu tempat berupa ruangan gua yang penuh banyak pilar. Ketiganya berhenti karena kelelahan setelah berlari. Helena yang ringkih itu berusaha mengatur nafasnya yang tersengal.
Helena berkata kesal, "Aku bersumpah! Aku akan mengirim Ashoka ke Patalaloka (neraka) karena telah memberikan begitu banyak kesulitan bagiku pada usia setua ini!". Ucapan Helena diakhiri dengan batuknya yang mulai kambuh.
Sushima minta Helena agar menenangkan diri dan berusaha meredakan kemarahannya. Kilas balik berakhir.
Masih di pembaringannya, Bindushara berkata, "Mahamatya, segera lakukan persiapan puja". Mahamatya menggangguk mendengar perintah itu, "Baik, Samrat", katanya.
Seseorang prajurit datang menghadap di ruangan itu. "Samrat, diluar ada pesan untuk Anda", kata prajurit itu.
"Pesan apa? Mungkin pesan yang tidak layak lagi", kata Bindushara. Dharma dan Ashoka heran dengan ucapan Samrat.
Sushima tersenyum dalam hati dan berpikir, "Rencanaku akan berjalan. Ashoka, tidak ada yang bisa menyelamatkanmu sekarang!".
Siamak, Charumitra dan Mahamatya heran melihat Sushima.
CUPLIKAN : Ashoka berkata kepada Kaurwaki, "Aku menginginkan
sesuatu sebagai imbalan untuk semua yang kau rasakan padaku". Kaurwaki membalas,
"Aku bahkan bisa mengorbankan hidupku hanya untukmu". Ashoka meminta dia agar
meninggalkan Pattaliputra, Kaurwaki kaget mendengarnya, tangisnya keluar
seketika. Kaurwaki membawa barang-barangnya dan akan pergi, namun Dharma
berteriak memanggilnya, "Berhenti, Kaurwaki!". Kaurwaki kaget dan berhenti,
demikian juga Devi kaget karena ternyata Rani Dharma mengenali Kaurwaki.