Sinopsis Ashoka Samrat episode 385 by Kusuma Rasmana.

Sinopsis Ashoka Samrat episode 385 by Kusuma Rasmana. Begitu mendapat laporan dari prajuritnya bahwa di halaman istana ada sebuah pesan untuk dirinya, Bindushara dan semua anggota keluarga segera keluar ke halaman depan istana melalui pintu utama. Mereka semua heran dan tercengang melihat seekor keledai ada di halaman itu dimana di leher binatang itu tergantung gulungan kertas yang merupakan pesan bagi Samrat Magadha. Sushima dan Siamak tampak tegang melihat pesan itu. Bindushara memberi isyarat kepada Nayaka yang sudah duluan di tempat itu bersama para prajuritnya untuk membaca pesan di leher keledai itu. Nayaka lalu mengambil pesan dalam gulungan itu dan membacanya dalam hati. Bindushara meminta dia untuk membacanya dengan suara keras.

Nayaka mulai membaca dengan suara keras, "Anda terkejut, Bindushara? Tidakkah Anda...", Nayaka malah diam seakan tidak berani melanjutkan pembacaan surat itu.
Di tempatnya, Sushima dam Siamak menunggu dengan senyum tertahan. Ashoka lalu turun dari teras dan mengambil surat itu dari Nayaka.


Ashoka membaca pesan itu dengan keras, "Anda terkejut, Bindushara? Tidakkah Anda ingat bahwa...", Ashoka pun terdiam setelah membaca beberapa kalimat. Bindushara bersikeras, "Lanjutkan lagi!".
Ashoka mematuhi perintah samrat walaupun sedikit segan, dia melanjutkan, "Tidakkah Anda ingat bahwa keledai hanya membawa pesan untuk keledai dan bukan kuda?".
Ashoka terdiam sejenak, Bindushara dan Dharma menahan perasaannya, sementara Charumitra, Sushima dan Siamak berusaha menahan senyumnya yang sumringah.
"Aku menyukai anjing yang ekornya selalu melengkung dan tidak pernah lurus. Dia sangat setia selamanya kepada pemiliknya. Aku memiliki seekor anjing semacam itu yang setia kepadaku, namanya Nirankush. Aku tahu Anda sedang berurusan dengannya dan pasti membutuhkannya. Anda mungkin akan mencoba melakukan sesuatu untuk merebutnya tetapi Anda tidak akan mampu membawanya dari sini. Aku bisa menyerahkannya kepada Anda namun aku punya syarat yang harus terpenuhi lebih dulu. Aku hanya ingin putra Anda, Ashoka menemuiku sendirian tanpa senjata untuk mendapatkan Nirankush", kata Ashoka memandang ke arah Samrat yang sedang tegang menahan kemarahannya.

"Tapi bagaimana Ashoka akan menemukanku? Apakah dia bisa menemukanku? Aku telah mendengar bahwa dia adalah calon yang layak untuk tahta Magadha. Aku telah mendengar banyak tentang dia terutama tentang Chandashoka (Ashoka yang kejam). Anda harus mengirim Ashoka jika ingin mendapatkan Nirankush. Jika Anda mencoba untuk melakukan sesuatu yang lain dan bukan apa yang aku minta, maka konsekuensinya tidak baik buat Anda, dari Wirata", demikian isi surat atau pesan yang dibaca oleh Ashoka.

Bindushara marah mendengar pesan yang bernada menghina dan meremehkan Magadha itu. Ashoka juga marah dan meremas lembaran surat itu dan mencampakkannya ke tanah.
Bindushara berkata marah, "Aku mengerti segala sesuatu kecuali Wirata ini, aku tidak tahu siapa dia. Mengapa dia bersikeras untuk memanggil Ashoka sendirian dan tanpa senjata?".
Ashoka, Nayaka dan semua yang ada disitu hanya diam membisu.

Kilas balik di tampilkan, di dalam gua persembunyiannya, Wirata sedang membaca surat yang diserahkan oleh Nirankush yang dibawa ke tempat itu dalam kondisi tangan terikat. Wirata membaca surat itu dalam hati, "Anda telah memberi perlindungan bagi pengkhianat Magadha. Anda mungkin bisa mendapatkan uang sebagai imbalan jika Anda menyerahkannya kepada Magadha. Namun jika Anda bisa mengalahkan Ashoka dan menang atas dia, maka Magadha akan mengalami kehancuran".

Wirata terkejut dan tertawa terkekeh setelah membaca surat itu. "Aku tidak menyangka ada beberapa penggemar dan pemujaku di Magadha. Bagaimana bisa dia mengirimkan surat ini? Aneh sekali, orang-orang baik seperti itu masih ada di dunia!", guman Wirata. Kilas balik berakhir.

Di ruang pertemuan istana, Ashoka berkata, "Bukan hal penting mengapa dia memanggilku. Yang paling penting adalah mengetahui siapa Wirata itu yang telah berani melawan Anda!".
Mahamatya menjelaskan, "Wirata itu seorang pemberontak, dia sangat membenci Rajawamshi (kaum bangsawan, para ksatria). Sama seperti Bhagawan Parashurama dulu yang telah bersumpah untuk membunuh para bangsawan atau raja yang jahat. Wirata juga telah bersumpah untuk membunuh para Rajawamshi (kaum bangsawan)".

Kilas balik lain ditampilkan, Wirata menyabetkan pedangnya membunuh 2 prajurit yang datang bersama dua bangsawan. Dua bangsawan membungkuk dihadapan Wirata memohon ampunannya. Wirata melompat kembali ke tempatnya, dia membatin, "Aku tidak memiliki apa-apa kecuali kematian yang kuberikan kepada kaum Rajawamshi. Aku telah lahir didunia ini untuk meringankan beban kalian di bumi".

Dua bangsawan atau Rajawamshi bermaksud kabur saat melihat Wirata tidak membunuhnya. Namun langkah keduanya terhenti karena tiba-tiba seekor Elang raksasa menyerangnya. Kedua Rajawamshi itu pun mati seketika setelah cakaran dan patukan si Elang piaraan Wirata.
Wirata berkata, "Kita yang akan menjadi Bhagyawidhata (penentu nasib) bagi diri kita sendiri dan bukan Raja ataupun Rajawamshi manapun yang boleh menentukannya". Kilas balik berakhir.

Ashoka bertanya dihadapan peserta pertemuan itu, "Setelah tahu kekejamannya kepada para bangsawan, mengapa ia belum tertangkap sampai saat ini? Kita harus memberikannya hukuman".
Acharya RGadhagupta berkata, "Dia sangat licik dan terlalu pintar untuk ditangkap".
Nayaka menambahkan, "Dari apa yang sudah dilakukan, semua petunjuk selalu membawa ke sebuah sumur tua. Tapi sumur tua itu hanyalah jalan buntu".
"Sumur tua?", tanya Ashoka, "Kita mungkin bisa memulainya dari sana".

"Itu tidak perlu", kata Bindushara, "Kita harus mempertimbangkan lagi rencana kita dalam menanggapi pesan yang dikirimnya, bisa jadi hanya jebakan untukmu, Ashoka".
Ashoka berkata, "Ia telah melanggar semua batas dengan kata-kata dalam suratnya. Dia telah menghina tanah air kita, Ayahanda raja yang adalah raja kita dan kita semua. Aku tidak akan membiarkannya hidup! Aku pasti akan pergi menemuinya sendiri dan tanpa senjata apapun!".
Sushima dan Siamak diam-diam melihat dengan sinis dan remeh ke arah Ashoka yang berbicara penuh semangat.

Bindushara berkata, "Tidak, Ashoka. Aku yakin memang inilah yang dia inginkannya. Tuhan tahu apa niatnya, tapi kita semua tidak tahu itu. Wirata pasti memiliki niat yang tidak baik. Aku tidak akan mengizinkanmu untuk pergi ke sana".
Siamak dan Sushima kurang senang dengan ucapan Samrat. Ashoka menggelengkan kepala tidak menerima alasan samrat.
Ashoka beralasan, "Tapi, Ayahanda, Aku ingin membawa Nirankush kemari untuk mencari tahu kebenaran tentang Gondana".
Bindushara menjawab, "Gondana sudah mati, Ashoka! Kisah tentang dia juga telah berakhir".

Ashoka berkata, "Maafkan aku, Samrat. Kita tidak bisa membiarkan Wirata menantang kita ataupun keturunan Maurya. Kebisuan kita bukan hal yang baik bagi warga kerajaan. Mereka tidak akan merasa aman jika hal ini tidak ditanggapi dan terus berlanjut. Aku harus pergi. Tidak ada yang bisa menghentikanku untuk melakukan tugasku, bahkan juga Anda".

"Aku minta diri", kata Ashoka lalu pergi meninggalkan ruang pertemuan itu. Dharma kaget dengan kepergiannya, demikian juga Radhagupta dan Nayaka. Disisi lain, Sushima, Siamak, Mahamatya dan Charumitra terlihat senang, namun dia berusaha menyembunyikan senyumnya. Bindushara terperangah atas kenekatan Ashoka.

PREV  1  2
Bagikan :
Back To Top