Sinopsis Ashoka Samrat episode 385 bag 2 by Kusuma Rasmana.
Di ruangannya, Kaurwaki terkejut mengetahui berita tentang pesan yang
dikirimkan oleh Wirata yang meminta Ashoka datang kepadanya.
"Apa? Ashoka setuju untuk pergi menemuinya seorang diri? Dia tidak tahu bagaimana jahatnya Wirata!", kata Kaurwaki.
Devi bertanya, "Apakah Anda tahu siapa Wirata? Siapa dia?"
"Apa? Ashoka setuju untuk pergi menemuinya seorang diri? Dia tidak tahu bagaimana jahatnya Wirata!", kata Kaurwaki.
Devi bertanya, "Apakah Anda tahu siapa Wirata? Siapa dia?"
Kaurwaki menjawab, "Tidak, aku tidak mengenalnya, tapi orang yang bernama Wirata ini tampaknya akan menjadi masalah berikutnya bagi Ashoka. Dia tidak boleh pergi! Aku harus menghentikannya".
Kaurwaki segera melangkah bermaksud meninggalkan ruangan itu. Namun dia berhenti karena melihat Ashoka di depannya sedang berjalan mendekatinya. Devi juga kaget dengan kehadiran Ashoka. Kaurwaki terharu saat ia menatap Ashoka yang juga menatapnya dengan lekat.
Ashoka melirik Devi mengisyaratkannya secara diam-diam, Devi yang mengerti isyarat itu mengangguk dan keluar dari ruangan itu.
Kaurwaki berkata, "Asoka, Kau tidak boleh pergi! Kau..."
Ashoka menutup mulut Kaurwaki dengan tangannya sambil tersenyum kepadanya. "Ashoka-mu akan berbicara hari ini. Kau hanya akan mendengarkannya", kata Ashoka mesra. Dia lalu melepaskan tangannya sementara Kaurwaki terus menatap Ashoka dengan penuh perasaan cinta.
Ashoka berkata pelan dengan nada menyejukkan hati bagi Kaurwaki
yang mendengarnya.
"Aku diam setelah mengetahui apa yang telah kau lalui. Kau meninggalkan orang yang kau cintai, kehilangan sesuatu hanya untuk mendapatkanku. Kebisuanku tidak bisa menyembunyikan kebenaran bahwa Ashoka-mu hidup dibawah beban cinta dan kebaikanmu. Aku bersujud kepadamu", kata Ashoka.
Ashoka menundukkan wajahnya, dia berkata dengan nada berat, "Aku selalu mendapatkan sesuatu darimu. Aku datang hari ini untuk meminta sesuatu darimu juga. Aku datang untuk memintamu atas dasar tempat apapun yang telah kau berikan kepadaku dalam hidupmu, apapun yang telah kau pikirkan tentangku", kata Ashoka dengan air mata haru yang berlinang.
Kaurwaki yang ikut terharu menjawab, "Aku bahkan bisa mengorbankan hidupku untukmu. Kau tahu itu dengan baik. Katakan Ashoka, apa yang ingin kau ucapkan".
Ashoka berkata, "Aku telah memutuskan untuk pergi menemui Wirata. Aku tidak tahu apakah aku akan kembali hidup atau tidak. Aku ingin kau meninggalkan Pattaliputra sekarang juga dan pulang ke kerajaanmu".
Ucapan Ashoka membuat Kaurwaki terhenyak dan terkejut, seketika tangis Kaurwaki muncul di wajahnya.
"Buat pertemuan ini sebagai pertemuan terakhir kita. Lupakanlah aku dan tujuanmu itu. Berjanjilah Kaurwaki, berjanjilah bahwa kau akan setuju dengan permintaanku", kata Ashoka sambil mengulurkan tangannya ke arah Kaurwaki.
Lama Kaurwaki diam tidak menyambut uluran tangan Ashoka, matanya menatap Ashoka seakan tidak percaya dengan keputusan itu. Namun akhirnya dengan berat hati Kaurwaki memegang tangan Ashoka.
Mereka berdua terus berpandangan lekat. Kilasan kenangan masa remaja mereka seakan tergambar lagi di depan mata mereka. Kenangan saat di Takhsashila, juga saat di Kalingga. Keduanya lalu saling mendekatkan tubuh mereka. Ashoka menyeka air mata di wajah Kaurwaki. Alunan merdu dimainkan mengiringi adegan ini.
Mereka lalu berpelukan dan menyandarkan kepala mereka masing-masing karena merasa terharu dan sedih. Agak lama keduanya dalam posisi seperti itu. Ashoka lalu menyadari posisi mereka yang saling berdekatan. Ashoka melangkah mundur dan melihat tangan mereka yang tetap saling berpegangan. Wajah Kaurwaki tampak sedih, sedangkan Ashoka hanya berusaha tegar menahan perasaannya. Kaurwaki menatapnya dengan perasaan memohon tetapi Ashoka melepaskan tangannya dari pegangan tangan Kaurwaki dan pergi dari ruangan itu dengan perasaan berat. Tinggal Kaurwaki dengan tangan masih terulur ke depan. Dia jatuh terduduk di lantai, mungkin karena badannya yang terasa lemas, namun perasaannya yang terluka lebih menyakitkan bagi Kaurwaki. "Ashoka...", guman Kaurwaki memanggil nama kekasihnya.
Di ruang pertemuan keluarga, di ruangan itu tampak Samrat, Rani
Dharma, Rani Charumitra, Sushima, Siamak dan Mahamatya. Ashoka melangkah pelan
sambil menjinjing pedang Chandragupta yang terhunus dalam posisi penyerahan. Dia
berjalan ke arah Bindushara dan berhenti di depan kedua orang tuanya. Ashoka
menatap Samrat dan berkata, "Aku akan mengambilnya kembali setelah aku kembali,
Ayahanda raja".
Sushima menyeringai sambil membatin, "Kau hanya akan mendapatkannya kembali jika kau kembali dengan selamat".
Bindushara berkata, "Aku bisa hidup dengan tidak hormat tapi tidak tanpamu, Ashoka", tanpa menyambut penyerahan pedang itu.
Ashoka berkata, "Hati Anda tahu bahwa aku akan kembali hidup. Aku sudah mengatakan tidak ada yang akan terjadi kepadaku sampai aku memenuhi impian Acharyaku". Dia menatap tajam kepada semua pembunuh Acharya Chanakya yang ada di ruangan itu. "Ini bukan hanya tentang diriku, tapi juga Magadha dan kebanggaannya. Aku meminta Anda untuk mengizinkanku pergi", kata Ashoka lagi.
Bindushara berkata, "Kau tidak pernah mendengarkan Aku, Ashoka. Lalu, mengapa kau tinggal sekarang? Kau akan melakukan apa yang tidak aku perintahkan".
Bindusahar menoleh ke arah Dharma, dia berkata, "Mengapa kau tidak menghentikan Ashoka? Mengapa kau tidak mengatakan bahwa dia telah mengambil risiko terlalu besar? Hidupnya bisa dalam bahaya sementara kedua orang tuanya semakin menua. Kita tidak bisa menanggung akan kehilangan dia".
Dharma menjawab, "Aku pikir putra kita harus pergi". Ucapan Dharma membuat Sushima, Siamak dan Charumitra senang dalam hati, namun membuat Bindushara agak kaget.
"Ia adalah putra dari ibu pertiwi dan ini adalah takdirnya. Kita telah membesarkan anak-anak kita dan harus memikirkan bahwa mereka akan berdiri di atas kaki mereka sendiri pada suatu hari, agar mereka mampu untuk mengambil keputusan sendiri. Kita khawatir ketika mereka melakukannya. Kita seharusnya tidak pernah ikut campur dalam hal itu. Kita harus selalu mendukung mereka. Kita tidak boleh menghentikan Ashoka jika keinginannya adalah untuk melayani ibu pertiwi", kata Dharma menjawab permintaan Samrat namun sambil sesekali memandang ke arah putranya.
Ashoka tersenyum atas ucapan ibunya. Bindushara dengan berat hati akhirnya mengulurkan tangannya menerima penyerahan pedang Chandragupta dari tangan Ashoka.
Ashoka lalu membungkuk meminta berkat dari kedua orang tuanya, "Semoga kau tetap selamat", kata Bindushara dan Dharma memberikan restunya. Ashoka segera bangkit, sekilas dia melirik ke arah empat sekawan pembunuh Acharya yang ada di ruangan itu. Keempat orang itu tampak menyembunyikan senyum mereka. Namun Ashoka tak peduli, dia segera berjalan keluar, diiringi tatapan semua orang di ruangan itu. Lagu Ashoka Haa Ashoka Hai, mengiringi adegan penutup episode ini.
CUPLIKAN : Kaurwaki berkata, "Orang yang aku terima sebagai
suami menginginkanku untuk pergi dari sini. Rasa sakitku tidak berarti ketika
dia memintaku untuk melakukan sesuatu". Dharma dan Devi kaget mendengar ucapan
Kaurwaki. Kaurwaki membawa barang-barangnya dan akan pergi, namun Dharma
berteriak memanggilnya, "Berhenti, Kaurwaki!". Kaurwaki kaget dan berhenti,
demikian juga Devi kaget karena ternyata Rani Dharma mengenali Kaurwaki.