Sinopsis Ashoka Samrat episode 383 by Kusuma
Rasmana. Di tempat persembunyian Helena yang baru, tempat itu
dikunjungi oleh Sushima, Siamak, Charumitra dan Mahamatya. Tuan rumah Helena
tampak khawatir dengan aksi yang telah dilakukan Ashoka, yaitu membakar jasad
Uttara dan bertekad akan mengejar Gondana.
Sushima berkata sambil berkacak pinggang, "Aku tahu Ashoka akan melakukan segala cara yang mungkin untuk menemukan Gondana. Namun yang pasti dia tidak akan pernah mencari Gondana di dalam istana kita dan di kamarku!".
Sushima berkata sambil berkacak pinggang, "Aku tahu Ashoka akan melakukan segala cara yang mungkin untuk menemukan Gondana. Namun yang pasti dia tidak akan pernah mencari Gondana di dalam istana kita dan di kamarku!".
Semua orang yang mendengarnya heran dengan rencana Sushima, namun Sushima hanya melihat Helena dengan nyengir.
Mahamatya yang dari tadi diam, mulai berkata, "Ya, tapi itu sangat berisiko!".
Sushima hanya menoleh dari tempatnya, "Mahamatya, seiring umurmu, Kau telah menjadi seorang pengecut dan lemah. Rajmata akan aman di depan mataku. Jika Ashoka mulai curiga, maka ia akan berhadapan denganku lebih dahulu".
Mahamatya hanya diam dengan kilah Sushima.
Helena menanggapi, "Sushima benar, aku suka gagasan itu, Aku akan aman disana".
Sushima berkata sambil tertawa, sementara Mahamatya, Siamak dan Charumitra masih tegang. "Ashoka tentu tidak akan pernah membayangkan jika Gondana malah tinggal di rumahnya sendiri", kata Sushima.
Charumitra bertanya kepada Sushima, "Bagaimana tentang Nirankush? Kau telah memikirkan dengan baik tentang Rajmata. Dia bisa aman pada cara ini tapi bagaimana dengan Niranksuh? Bagaimana jika Ashoka bisa menangkap Nirankush lagi?".
Siamak menyarankan, "Menurutku Nirankush kita bunuh saja!".
Sushima menggeleng sambil mendekati Siamak dan berkata, "Siamak... Siamak! Kadang-kadang kau juga berbicara seperti Mahamatya. Kita tidak akan mendapatkan apa-apa dengan membunuh Nirankush. Justru Kita bisa menggunakan dia untuk membunuh Ashoka!"
Siamak menatap Sushima bingung, "Maksudmu?", sambil menoleh kepada Helena.
Sushima menjelaskan rencananya, "Aku akan mengirim Nirankush kepada Wirata. Saat Ashoka bisa menjangkaunya dan akan mengikuti langkah Nirankush, maka dia pasti menemukan kegagalan atau bahkan kematiannya! Semua orang tahu betapa Wirata sangat membenci Magadha. Ashoka pasti akan mati di tangan Wirata jika bertemu dengannya!".
Semua orang menyimak penjelasan Sushima dengan penuh semangat.
Adegan menampilkan, di puncak bukit di suatu tempat, seorang
kesatria berdiri tegak dengan pedang panjang yang menjuntai ke tanah, pakaian
atau jubahnya berkibar-kibar. Disampingnya berdiri tiang bendera dengan
benderanya yang berkibar ditiup angin. Beberapa prajurit mendorong seorang warga
yang jadi tawanan atau pesakitan dengan tangan dan kaki di rantai. Tawanan itu
jatuh di kaki kesatria itu. Kesatria yang berdiri membelakangi prajurit yang
datang segera berbalik. Kesatria itu bernama Wirata, dia berbicara sambil
memindahkan letak pedang dari tangan kiri ke kanan dan sebaliknya.
Wirata berkata, "Satu-satunya perbedaan antara manusia dan hewan adalah motif dan tujuan. Hewan melakukan sesuatu agar tetap hidup. Sementara manusia tetap hidup agar bisa melakukan sesuatu".
Tawanan itu pun ketakutan sambil tetap berlutut dengan ancaman Wirata. Namun Wirata tak peduli, tangan kanannya terangkat seperti memberi isyarat akan sesuatu. Seketika itu juga seekor Elang raksasa muncul dari arah jurang di belakang Wirata. Elang itu terbang dan mengibaskan sayapnya yang bentangannya cukup lebar dan melayang cukup dekat dari tempat Wirata dan prajurit serta tawanan. Sementara tawanan itu semakin ketakutan.
Wirata berkata, "Satu-satunya perbedaan antara manusia dan hewan adalah motif dan tujuan. Hewan melakukan sesuatu agar tetap hidup. Sementara manusia tetap hidup agar bisa melakukan sesuatu".
Tawanan itu pun ketakutan sambil tetap berlutut dengan ancaman Wirata. Namun Wirata tak peduli, tangan kanannya terangkat seperti memberi isyarat akan sesuatu. Seketika itu juga seekor Elang raksasa muncul dari arah jurang di belakang Wirata. Elang itu terbang dan mengibaskan sayapnya yang bentangannya cukup lebar dan melayang cukup dekat dari tempat Wirata dan prajurit serta tawanan. Sementara tawanan itu semakin ketakutan.
Wirata berkata, "Aku masih akan bertahan hidup walaupun Aku dipotong-potong dan dilemparkan kepada Elang ini. Sekarang kau harus menghadapi Elang ini. Jika kau berhasil mengambil satu helai saja dari bulu Elang ini, maka kau akan kubiarkan hidup. Namun jika kau gagal melakukannya maka kau akan menjadi santapan Elang ini".
Pria tawanan itu semakin ketakutan dan berteriak berusaha menolaknya dengan merentangkan tangannya. Namun Wirata hanya tertawa seperti orang sakit ingatan.
"Ayo.... kemarilah, nikmati mangsamu!...", kata Wirata kepada sang Elang. Sejenak terdengar teriakan tawanan itu dalam kesakitan yang amat sangat.
Di istana Pattaliputra, Devi, Dharma dam Bindushara sedang ada
di ruangan Kaurwaki. Kaurwaki yang masih terbaring membuka matanya. Dharma
segera membelai kening Kaurwaki. Dia dan Bindushara senang melihat Kaurwaki
mulai agak pulih.
"Aku senang kau baik-baik saja, Putri", kata Dharma
Bindushara bertanya kepada Kaurwaki, "Bagaimana semua ini terjadi? Bisa kau jelaskan kepadaku?".
Kaurwaki teringat kejadian yang menyebabkan dia harus terluka dan menanggung rasa sakit itu. Dia teringat saat dalam pakaian orang-orangan sawah membantu Ashoka dengan melemparkan belati ke lengan Sushima, bertarung melawan pembantu Gondana hingga terluka, namun pria itu berhasil dibuatnya menyerah. Kaurwaki berpikir, "Kalau aku mmberitahu mereka kebenaran, akan berarti memberitahu mereka tentang identitasku".
Namun sebelum Kaurwaki menjawab, Devi mendahului berbicara, "Dia mungkin tidak ingat sekarang tapi ia jatuh dari tangga kuil".
Bindushara menjawab, "Baik, jadi itu. Kau harus banyak istirahat". Bindushara lalu pergi dari ruangan itu.
Dharma lalu meminumkan Kaadha (ramuan obat) kepada Kaurwaki dan Kaurwaki bisa meminumnya tanpa kesulitan. Devi hanya tersenyum melihat keakraban Dharma dengan Kaurwaki. "Aku sangat berterima kasih kepada Anda karena telah merawatku", kata Kaurwaki kepada Dharma.
Dharma menjawab, "Bukan aku tapi Devi-lah yang merawatmu siang dan malam".
"Aku akan pergi untuk mengambil ramuan obat lagi bagi penyembuhanmu", kata Dharma lalu pergi dari ruangan Kaurwaki.
Sepeninggal Dharma, Kaurwaki bertanya kepada Devi, "Devi, Ashoka...".
Kaurwaki sambil berusaha menyandarkan tubuhnya di bantal. "Anda jangan banyak bergerak dulu", kata Devi berusaha mencegahnya. Namun Kaurwaki memaksa, "Tidak apa-apa". "Dimana Ashoka? Aku harus berbicara dengannya karena dia bersamaku sepanjang malam. Aku tahu itu dia!", kata Kaurwaki.
Dharma yang baru melewati pintu menghentikan langkahnya karena mendengar ucapan Kaurwaki secara samar menyebut nama Ashoka. Devi hanya diam, namun Kaurwaki terus bertanya, "Dia mengakui, kan?"
Devi yang diam teringat janjinya kepada Ashoka agar semua itu dirahasiakan termasuk kepada Kaurwaki.
"Itu halusinasi Anda saja, Putri. Ashoka tidak datang ke sini, Aku yang bersama Anda sepanjang malam", kata Devi berbohong.
Kaurwaki menanggapi, "Aku tidak mengalami ilusi apapun. Ashoka bersamaku di sini sepanjang malam. Aku masih merasakan sentuhannya".
Devi mengulangi kebohongannya, "Anda hanya berhalusinasi, semua itu tidak benar". Tapi Kaurwaki tetap merasa yakin, "Tidak Devi, itu benar dan aku yakin karena hatiku mengatakan begitu, Ashoka telah datang ke sini".
Dharma terperangah mendengar percakapan kedua gadis itu dari luar pintu. Demikian juga Ashoka yang juga mencuri dengar dari sisi dinding yang lain. Ashoka merasa terharu mendengar ucapan Kaurwaki yang sangat mengharapkannya. Tak terasa, airmatanya meleleh dipipinya. Ashoka segera meninggalkan tempat itu, sementara di ruangan itu, Devi membantu Kaurwaki membuatnya tertidur lagi.
Dharma segera pergi dari pintu ruangan itu, dia menyusuri koridor dengan membawa rasa penasarannya tentang yang dikatakan Padmawati barusan. Namun sejenak kemudian, dia agak kaget karena bertemu dengan para putri lainnya di koridor itu yang bermaksud akan menjenguk putri Padmawati. Dharma menyalami para putri dengan mencakupkan kedua tangannya. Para putri membalas dengan sikap yang sama.
Putri Anandini bertanya mewakili para putri, "Rani Dharma, bagaimana tentang kesehatan Padmawati?".
Dharma menjawab, "Dia lebih baik sekarang, dia masih dalam masa pemulihan. Aku telah memutuskan untuk menunda kompetisi berikutnya selama 2 hari".
"Bolehkah kami menjenguk Putri Padmawati di ruangannya?", bertanya Putri Chanda.
"Tentu saja", jawab Dharma memberikan ijinnya.
Di ruangan Kaurwaki, para putri sedang menjenguk Kaurwaki yang berbaring didampingi oleh Devi. Anandini berkata buruk dan mengejek Kaurwaki karena gara-gara Kaurwaki, kompetisi para putri jadi ditunda. Devi membantah perkataan Anandini dan membela Kaurwaki sambil mempertanyakan keidealan cintanya. Anindini menjadi sebal dengan Devi yang hanya gadis biasa namun mengajarkannya tentang seorang putri ideal.
"Aku datang ke sini untuk berkompetisi dan Aku tidak menunjukkan belas kasih apapun kepada seseorang. Padmawati harus mundur dari kompetisi sekarang!", kata Anandini. Kaurwaki hanya diam, sedangkan Devi hanya menatapnya dengan kurang senang.
Chanda menanggapi ucapan Anandini, "Itu tidak mungkin! Aku tidak akan mengizinkan Putri Padmawati melakukannya".
"Baik, kalau itu maumu", kata Anandini lalu melirik ke arah Kaurwaki dengan sinis dan keluar dari ruangan itu.
"Putri Padmawati, Kau harus lekas sembuh dan ikut berkompetisi bersama kami", kata Putri Chanda.
Putri Anantha tidak mau kalah, dia ikut memberi saran, "Kau harus banyak makan agar cepat sembuh, Padmawati, seperti yang sering aku lakukan". Putri lainnya dan Devi hanya tersenyum mendengar saran putri Anantha.
"Berbicara tentang makanan, aku jadi lapar sekarang", kata Putri Anantaka yang bertubuh subur itu, "Ayo putri Srishti, kita pergi mencari makanan".
Putri Srishti mengikuti langkah putri Anantha keluar dari ruangan Kaurwaki. Ketiga gadis yang masih di ruangan itu hanya menatap kepergian mereka dengan senyum.
Chanda menatap Kaurwaki dan berkata, "Putri Padmawati, Kau adalah lawan terbesarku namun aku berharap bahwa kau tetap berpartisipasi dalam kompetisi sehingga aku yakin jika aku menang dan bersama dengan Pangeran Sushima, kemenangan yang aku peroleh dengan cara jujur dan atas dasar kualitasku".
Devi terkejut mendengar ucapan Chanda yang bernada serius, namun Kaurwaki menjawab, "Putri Chanda, Kau bukanlah sainganku. Aku hanya ingin menikah dengan Ashoka!".
Chanda terkejut namun senang dengan jawaban Kaurwaki, bibirnya tersenyum sumringah. Demikian juga Devi merasa lega dengan tanggapan putri Chanda.
Di koridor istana, Ashoka sedang melangkah bersama Acharya
Radhagupta. Dia bertanya, "Acharya, apa ada informasi tentang Nirankush?".
Acharya menjawab, "Belum, aku tidak memiliki petunjuk apapun tentang
keberadaannya sampai sekarang".
Ashoka berkata, "Acharya, Anda kerahkan mata-mata terbaik dalam tugas pencarian ini. Kita harus menemukan dia walaupun hingga ke Patala (alam bawah, neraka) sekalipun!".
Acharya hanya mengangguk dan menatap Ashoka yang segera pergi dari hadapannya.
Ashoka berkata, "Acharya, Anda kerahkan mata-mata terbaik dalam tugas pencarian ini. Kita harus menemukan dia walaupun hingga ke Patala (alam bawah, neraka) sekalipun!".
Acharya hanya mengangguk dan menatap Ashoka yang segera pergi dari hadapannya.