Sinopsis Ashoka Samrat episode 382 by Kusuma Rasmana

Sinopsis Ashoka Samrat episode 382 by Kusuma Rasmana. Di istana Magadha, Pattaliputra, di ruangan Kaurwaki, Ashoka melangkah mendekati sambil melihat Kaurwaki yang masih terbaring lemah tidak sadarkan diri. Ashoka duduk di samping tempat tidurnya dan memegang tangannya. Ia juga membelai kepala Kaurwaki.

Kaurwaki tiba-tiba terbatuk-batuk. Ashoka segera membersihkan mulut dan wajahnya menggunakan ujung kain selendang yang dipakainya yang merupakan bagian dari pakaiannya. Ashoka berpaling akan pergi namun tangan Kaurwaki memegang kalungnya.
Ashoka kembali menggenggam tangan yang menahan kalung itu untuk melepaskannya dan membelai rambutnya. Dia berkata, "Aku tidak akan pergi kemana-mana. Aku hanya di dekatmu"
Ashoka mengambil mangkuk Kaadha (ramuan obat) dan meminumkannya kepada Kaurwaki tetapi dia tidak meminumnya dan malah terbatuk.


"Mengapa kau tidak minum sekarang? Kau menggangguku di hutan, meminta makanan dan air. Sekarang kau hanya diam. Coba lagi sekarang. Kau harus meminum Kaadha ini agar cepat pulih. Aku tahu, ini bukan minuman manis tapi kau harus meminumnya. Ini akan membuatmu kuat untuk bertarung denganku, mengejekku. Ayo kita coba sekali lagi", kata Ashoka kembali meminumkan mangkuk Kaadha itu ke mulut Kaurwaki dan kali ini gadis itu mau meminumnya.
Ashoka tersenyum, "Kau akan segera baik-baik saja dengan obat yang diberikan oleh ibuku"
Ashoka mengangkat badan Kaurwaki dari pembaringan dan menyandarkan kepala kaurwaki di dadanya yang bidang. Dia memeluknya dengan erat dan membelai kepalanya sepanjang waktu. Sementara masih terkulai lemas antara sadar dan tidak.

"Ashoka...", Kaurwaki mengigau lemah memanggil nama Ashoka. Ashoka tersenyum mendengar igauan itu dari bibir Kaurwaki. ""Ya, Aku disini bersamamu, aku adalah Ashoka-mu dan selalu begitu!", jawab Ashoka lirih. Ashoka memeluk Kaurwaki semakin erat, hingga waktu yang berjalan tak terasa bagi mereka.
Keesokan paginya, Ashoka dan Kaurwaki tampaknya tertidur dalam posisi seperti semula, dimana Kaurwaki bersandar di bahu Ashoka. Sebelah tangan Ashoka memeluk gadis itu dan tangan lainnya menggenggam jemari tangan Kaurwaki yang masih diperban.

Devi yang datang ke ruangan itu menghentikan langkahnya. Dia tersenyum melihat kedua insan berlainan jenis itu masih tertidur dalam posisi mesranya seperti itu. Dia mendekat ingin membangunkan Ashoka, namun tidak dilakukannya. Sejenak senyumnya hilang berganti dengan wajah tertunduk, mungkin terbersit rasa iri atas keberuntungan Kaurwaki yang ditemani oleh pangeran Magadha yang tampan sepanjang malam. Devi segera menggelengkan kepala untuk menghilangkan pikiran buruk itu. Dia lalu melangkah akan pergi dari ruangan itu, namun Ashoka terbangun mendengar suara gelang kakinya.

"Devi", panggil Ashoka kepada Devi. Devi segera berhenti dan menoleh, namun entah malu melihat kemesraan Ashoka atau tidak mau melihat, Devi hanya melihat ke bawah. Ashoka yang sadar posisinya masih memeluk Kaurwaki segera menurunkan tubuh Kaurwaki dan membaringkannya kembali di atas tempat tidur, menahan kepalanya dengan bantal dan menutupi badannya dengan selimut. Devi tersenyum melihat sikap Ashoka yang manis itu, sementara Ashoka segera turun dari pembaringan dan segera mendekati Devi sambil menatapnya.
Ashoka tersenyum dan berkata, "Devi, Aku sangat berterima kasih kepadamu. Dan Aku akan selalu berhutang budi kepadamu"
Devi menanggapi, "Seumur hidup aku tidak akan memaafkan diriku sendiri jika aku hanya diam setelah mengetahui segalanya".
Ashoka berkata lagi, kali ini lebih serius, "Devi, aku mohon bantuanmu. Tidak ada yang boleh tahu bahwa aku ada di sini sepanjang malam bersama Kaurwaki".
"Tapi..?", tanya Devi

"Devi, hal ini sudah sulit bagiku. Berjanjilah padaku bahwa ini akan menjadi rahasia kita", kata Ashoka lagi. Devi menjawab dengan anggukan kepalanya sambil menatap Ashoka.
Dharma menyusuri koridor dan menuju ke ruangan itu sambil membawa ramuan obat.
Ashoka berkata, "Kau tidak akan mengerti pentingnya seseorang bagi kita sampai kau bisa bersama. Kau begitu murah hati, penuh kasih. Siapa pun yang menikahimu pasti akan benar-benar beruntung". Devi hanya tersenyum dengan pujian Ashoka.
"Aku...", Ashoka tidak meneruskan kalimatnya karena kaget melihat Dharma di pintu, rasa kaget juga menulari Devi.

"Ibu...", kata Ashoka berusaha meredakan rasa kaget dan suasana kaku itu.
Dharma heran dan penasaran saat melihat Ashoka di ruangan itu sepagi itu. "Apakah kau di sini sepanjang malam?", tanya Dharma. Dharma melihat Devi menjadi tegang sejenak atas pertanyaan Dharma yang sebenarnya biasa itu. Ashoka pun jadi salah tingkah. Devi menjawab, "Tidak, Bibi, Ashoka baru datang untuk menjenguk Rajkumari"
Dharma bertanya kepada Devi, "Apakah keadaan Rajkumari Padmawati membaik dari sebelumnya?".
Ashoka menjawab, "Ya, Bu. Obatnya telah bekerja dengan baik".
Dharma berkata heran "Aku menanyakan salah satu dari kalian tapi yang lain menjawab".
Devi menjawab, "Bukan begitu, Bibi. Aku telah menceritakan semuanya kepada Ashoka"
Ashoka bertanya, "Bu, bagaimana pemulihan kondisi dan luka Padmawati?.

Dharma menjawab, "Kondisinya mengisyaratkan bahwa pemulihannya ke arah positif. Rajkumari segera akan sembuh"
Ashoka tersenyum lega."Bu, aku sangat senang dan bersyukur bila memang demikian". Dharma heran mendengar ucapan Ashoka.
Dharma bertanya kepada Ashoka, "Mengapa aku merasa jika kau menyembunyikan sesuatu dariku. Siapa Rajkumari Padmawati? Mengapa kau begitu peduli padanya?".

Pertanyaan Dharma itu membuat Ashoka dan Devi mendadak tegang. Devi melirik ke arah Ashoka.
Ashoka menjawab dengan agak terbata-bata, "Bu, tidak ada yang rahasia apapun. Ini adalah tugasku karena semua para putri berpuasa hanya untuk para pangeran". Dharma berpikir dan mengunyah jawaban putranya.
Acharya Radhagupta datang ke ruangan itu, Ashoka dan Dharma segera menoleh kepada Acharya.
"Ashoka, semuanya telah aku lakukan sesuai dengan perintah Anda. Sekarang kumohon Anda ikut bersamaku", kata Acharya. Ashoka berpamitan kepada ibunya dan segera pergi bersama Acharya Radhagupta.
Dharma memandang kepergian Ashoka dan berpikir, "Ashoka, Rajkumari Padmawati dan Devi pasti menyembunyikan sesuatu dariku, tapi Apa itu?".

Jasad Uttara yang terbujur kaku dibawa keluar dari tembok benteng kota Pattaliputra. Tampak Ashoka dan Nayaka memimpin pengawalan jenazah itu menuju tempat itu. Rakyat Magadha semua berkumpul di lapangan luar depan pintu gerbang kota. Sushima, Siamak dan Mahamatya juga ada disitu. Di bagian lain juga tampak Acharya Radhagipta. Sushima, Siamak dan Mahamatya terpana karena suatu alasan saat melihat jasad Uttara yang digantung pada sebuah palang kayu dan bertumpu pada dua pilar tinggi di lapangan terbuka yang disaksikan para warga. Namun para warga kota dan kerajaan hanya berdiri diam dengan tertib.

Ashoka berkata di depan para khalayak yang berkumpul itu, "Jasad ini adalah pelakunya. Dia adalah penjahat Magadha. Dia telah menipu kalian, mencuri uang dari kalian. Kami telah menemukan uangnya dan mengembalikannya kepada kerajaan. Samrat telah membebaskan Magadha dari pajak tahun ini atas alasan yang itu, sekalipun itu tidak cukup. Kalian telah kehilangan kepercayaan pada sistem keamanan Magadha. Sangat penting untuk membangun kepercayaan itu lagi pada kalian semua. Inilah sebabnya mengapa musuh Magadha, Gondana yang sudah mati digantung dihadapan kalian. Ini untuk memberitahu kalian bahwa tidak satupun dari kalian yang harus takut pada apapun lagi. Siapa pun yang mencoba untuk menyakiti ibu pertiwi, menjadi musuhnya atau menghinanya, akan menemui nasib yang sama!

Ashoka berpidato di depan warga kota sambil menuding mayat Uttara beberapa kali dan sesekali menoleh ke sana kemari meyakinkan para warga kerajaan. Sementara tiga sekawan, Sushima, Siamak dan Mahamtya hanya diam dengan hati kesal.
Seorang prajurit datang dan menyiram-nyiramkan minyak pada jasad Uttara yang digantung itu. Siamak, Mahamatya dan Sushima bertambah terkejut melihat kejadian itu. Ketiganya tampak mendelik heran.

PREV  1  2
Bagikan :
Back To Top