Sinopsis Ashoka Samrat episode 381 bag 2 by Kusuma Rasmana.
Bindushara menyeka air mata istrinya dengan kedua tangannya. Charumitra
memegang tangan suaminya, dia berusaha melarutkan rasa kecewanya. Charumitra
lalu membentangkan tangannya untuk sebuah pelukan dari suaminya. Tapi entah
mengapa Bindushara tidak membalas dengan memberikan pelukan kepada
istrinya.
Terdengar suara ketukan di pintu, "Ibu... ibu", suara Ashoka yang berat memanggil-manggil ibunya. Bindushara menoleh ke arah pintu yang tertutup itu.
Charumitra tidak senang dengan gangguan itu, dia melangkah mendekati pintu dan membuka pintu dengan kasar dan matanya melotot.
Terdengar suara ketukan di pintu, "Ibu... ibu", suara Ashoka yang berat memanggil-manggil ibunya. Bindushara menoleh ke arah pintu yang tertutup itu.
Charumitra tidak senang dengan gangguan itu, dia melangkah mendekati pintu dan membuka pintu dengan kasar dan matanya melotot.
"Ibu, aku..", kata Ashoka yang kaget karena yang membuka pintu bukan ibunya melainkan Charumitra yang tampak marah.
"Kau dan ibumu, kalian berdua memang tidak pernah membuatku tenang! Cari ibumu di ruangan pribadinya saja!", kata Charumitra marah. Ashoka segera berlalu dari hadapan Charumitra. Charumitra lalu menutup pintu ruangan itu kembali. Namun saat berbalik, Bindushara sudah ada didepannya.
Bindushara bertanya, "Mengapa Ashoka datang kemari saat malam-malam begini?".
Charumitra menjawab, "Dia sedang mencari ibunya".
Bindushara berkata, "Aku merasakan kekhawatiran dari nada suaranya tadi, Aku akan memeriksanya".
Bindushara bermaksud akan keluar dari ruangan, namun Charumitra memegang tangannya.
"Anda harus beristirahat karena keadaan Anda sedang kurang baik. Ayo!", kata Charumitra menggamit lengan suaminya. Bindushara yang bingung menoleh ke arah lain dan memikirkan tentang Ashoka.
Ashoka mengetuk pintu ruangan ibunya, "Bu, buka pintunya Bu!",
kata Ashoka. Dharma yang di pembaringan kaget dan segera bangun. Dharma heran
melihat Ashoka yang tampak panik dan khawatir. Ashoka menjelaskan bahwa putri
Padmawati sedang membutuhkan pertolongan secepatnya. Ashoka lalu membawa Dharma
untuk memeriksa Kaurwaki di ruangannya. "Dia sudah kehilangan banyak darah",
kata Ashoka.
Di ruangan Kaurwaki, Kaurwaki yang terbaring dalam keadaan
tidak sadar, mengigau meminta air.
Devi segera memberinya air, namun Kaurwaki malah terbatuk saat meminum air itu. Sementara Ashoka dan Dharma masih melewati koridor dengan langkah lebar dan bergegas. Kaurwaki mengigau menyebut nama Ashoka, dalam tidak sadarnya. Devi hanya diam tidak menanggapi igauan itu.
Ashoka dan Dharma tiba di ruangan Kaurwaki. "Ini dia, Bu! Tubuhnya sangat lemah, dia masih pingsan", kata Ashoka.
Dharma segera memeriksa Kaurwaki dengan memegang tangannya, menyetuh kening dan lehernya dan memijat lengannya. Dharma melihat beberapa luka di lengan Kaurwaki yang sudah dibalut perban. "Bagaimana ini bisa terjadi?", tanya Dharma.
Devi tergagap dan segera menjawab, "Kaurwaki menjadi lemah karena puasanya. Dia tidak makan apapun. Dia jatuh dari tangga kuil".
Devi segera memberinya air, namun Kaurwaki malah terbatuk saat meminum air itu. Sementara Ashoka dan Dharma masih melewati koridor dengan langkah lebar dan bergegas. Kaurwaki mengigau menyebut nama Ashoka, dalam tidak sadarnya. Devi hanya diam tidak menanggapi igauan itu.
Ashoka dan Dharma tiba di ruangan Kaurwaki. "Ini dia, Bu! Tubuhnya sangat lemah, dia masih pingsan", kata Ashoka.
Dharma segera memeriksa Kaurwaki dengan memegang tangannya, menyetuh kening dan lehernya dan memijat lengannya. Dharma melihat beberapa luka di lengan Kaurwaki yang sudah dibalut perban. "Bagaimana ini bisa terjadi?", tanya Dharma.
Devi tergagap dan segera menjawab, "Kaurwaki menjadi lemah karena puasanya. Dia tidak makan apapun. Dia jatuh dari tangga kuil".
Dharma menatap Devi seakan meragukannya, "Benarkah itu? Aku tidak...", namun Ashoka yang tak sabar berkata, "Bu, Kita tidak ada waktu membahas ini. Kumohon ibu lakukan sesuatu!".
"Ya, dia harus cepat ditangani", kata Dharma lalu menyuruh Ashoka untuk mengambil beberapa ramuan herbal di ruangannya. Dharma memeriksa denyut nadi di lengan Kaurwaki, sejenak kemudian Ashoka datang dengan ramuan herbal yang dimaksud. Ashoka meracik ramuan itu atas perintah ibunya dan mengambil air sarinya. Dharma lalu mencoba meminumkan air ramuan itu ke mulut Kaurwaki, namun Kaurwaki malah terbatuk-batuk dan ramuan itu termuntahkan keluar dari mulutnya.
Devi berkata, "Ashoka, coba Anda yang meminumkannya".
Ashoka pun segera meminumkan ramuan itu ke mulut Kaurwaki, sedangkan Devi memegang kepala Kaurwaki dari sisi atas. Ramuan itu pun bisa ditelan dengan baik oleh Kaurwaki. Ashoka sangat terharu karena bisa melakukannya dengan baik dan melihat Kaurwaki tenang kembali. Devi bisa tersenyum melihat Ashoka yang terharu. Ashoka segera pergi keluar dari ruangan itu untuk meluapkan emosinya. Dharma tampak heran melihat prilaku Ashoka barusan yang dilihatnya menangis.
Di koridor depan ruangan Kaurwaki, Ashoka menyeka air matanya.
"Kau akan baik-baik saja Kaurwaki. Tidak ada yang akan terjadi padamu. Orang
yang membuatmu seprti ini akan dihukum dimana dia tidak akan pernah bisa
mendapatkan hidupnya kembali", guman Ashoka sedih dan marah.
Ashoka melihat ibunya di koridor dan akan pergi dari ruangan itu. Ashoka bertanya kepada ibunya, "Bu, apakah dia akan baik-baik saja?"
Dharma menjawab, "Aku berusaha melakukan yang mungkin bisa dilakukan untuk membuatnya pulih. Dia membutuhkan teman".
"Kau harus menemaninya", kata Dharma menyentuh bahu putranya. Devi yang melihatnya dari dalam ruangan tersenyum senang.
"Aku akan mengambil lebih banyak ramuan obat dulu", kata Dharma lalu pergi dari ruangan itu, Ashoka hanya menatap kepergian ibunya. Dia lalu masuk kembali ke ruangan Kaurwaki karena Devi memanggilnya. Devi melihat Ashoka yang melangkah pelan sambil memandang Kaurwaki yang masih terbaring.
"Kau dengar apa yang dibilang bibi? Kaurwaki memerlukan seorang teman dan temannya adalah Kau", kata Devi.
Ashoka hanya diam, dia masih larut memandangi dan mendekati Kaurwaki di pembaringannya dengan perasaan bergolak.
"Tidak! Aku tidak bisa melakukannya!", jawab Ashoka, lalu dia bermaksud melangkah pergi sambil mencucurkan air mata.
Devi segera mendahului dan menghadangnya, "Mengapa?", tanyanya.
Ashoka menjawab, "Kau tanya mengapa?", Ashoka menoleh dan menunjuk ke arah Kaurwaki.
"Lihatlah dia sekarang! Dia telah melalui begitu banyak rintangan saat berada di dekatku. Aku adalah kutukan baginya!", kata Ashoka dengan perasaan hancur.
Devi menyanggah, "Kutukan? Setiap ibu di negeri ini menginginkan anak sepertimu. Apakah itu sebuah kutukan? Setiap ayah juga menginginkan anak sepertimu. Tanah air pun menginginkan putra dan pelayan sepertimu. Kau bukanlah sebuah kutukan tapi seorang pria yang hebat! Kau melakukan banyak hal untuk melindunginya. Kau tidak menyadari bahwa hidupnya hanya ada padamu dan dia tidak bisa hidup tanpa dirimu. Tuhan telah menyatukan hidupnya denganmu. Kau yang akan mengurusnya, bukan aku. Aku akan hanya menunggu di luar ruangan ini".
Devi lalu melangkah keluar ruangan itu. Ashoka segera berbalik dan memandang Kaurwaki yang masih tergolek lemah di pembaringan.
CUPLIKAN : Dalam pelukan Ashoka, Kaurwaki memanggil namanya.
Ashoka memeluknya erat-erat dan menjawab, "Ya, Aku disini bersamamu, aku adalah
Ashoka-mu". Keesokan paginya, Devi tersenyum melihat pasangan yang masih
berpelukan mesra di pembaringan, tanpa sadar Dharma tengah menuju ruangan
itu.
Ashoka berterima kasih kepada Devi, "Tidak ada yang boleh tahu bahwa aku berada bersama Kaurwaki sepanjang malam", kata Ashoka. Mereka berdua kaget saat melihat Dharma di pintu.
Ashoka berterima kasih kepada Devi, "Tidak ada yang boleh tahu bahwa aku berada bersama Kaurwaki sepanjang malam", kata Ashoka. Mereka berdua kaget saat melihat Dharma di pintu.