Sinopsis Ashoka Samrat episode 381 by Kusuma Rasmana

Sinopsis Ashoka Samrat episode 381 by Kusuma Rasmana. Di ruangan Kaurwaki di istana Magadha, Pattaliputra, Ashoka menangis sambil memeluk Kaurwaki yang masih tidak sadar karena beberapa luka di lengannya.

Ashoka berkata lirih, "Maafkan aku, Kaurwaki, Aku telah banyak menyakitimu dan kau telah melalui rintangan yang tak terkira. Maafkan Aku, Ashoka-mu"
Devi kaget mendengar Ashoka memanggil gadis dipelukanya.
"Itu artinya Kau tahu bahwa dia adalah Kaurwaki sebelumnya?", tanya Devi, "ya atau tidak?".
Ashoka menjawab, "Ya, aku tahu sejak pertama melihatnya. Aku hanya tahu cintanya tapi Aku tidak menyadari rasa sakitnya dan perjuangannya".

Ashoka yang masih menangis lalu membaringkan Kaurwaki kembali. "Aku tahu dia adalah Kaurwaki yang aku cintai, yang selalu aku cintai. Aku juga telah menunggu selama beberapa tahun demi agar melihatnya sekali. Aku juga memiliki semangat atau kekhawatiran yang sama seperti dia", kata Ashoka membelai rambut Kaurwaki dengan sedih.


Devi yang juga sedih bertanya, "Lalu Mengapa? Mengapa kau berpura-pura tidak bersalah dan bertingkah seperti orang asing kepadanya? Dia telah merindukanmu selama bertahun-tahun. Tapi sayangnya, dia tidak sedang sadar pada saat kau akhirnya memanggil namanya. Apa yang telah dia lakukan kepadamu? Sehingga kau tidak menanggapinya?"
Ashoka hanya sedih dan meratap sambil menempelkan keningnya ke kening Kaurwaki.
"Mengapa Ashoka? Aku ingin jawaban hari ini. Jangan diam saja! Apa yang menahanmu kembali kepada cintamu? Apa yang mengubahmu menjadi sebuah batu? Kaurwaki-mu merindukanmu tapi kau tidak terharu? Apa kau benar-benar telah menjadi Chanda?", tanya Devi dengan nada tinggi.
Kesedihan Ashoka seketika pudar, berganti menjadi kemarahan karena ucapan Devi. Ashoka bangkit berdiri dari pembaringan, wajahnya tegang.

"Chanda..Chanda... Chanda! Ya, Aku adalah Chanda! Aku adalah Chanda bagi musuh-musuh dari tanah airku. Tapi aku adalah Pangeran Ashoka untuk orang yang aku cintai. Dia adalah orang yang berbelas kasih dan menyayangi orang-orangnya. Aku tidak memiliki hak untuk menyakiti Kaurwaki tapi aku sengaja menghindarinya. Aku tidak memiliki hak untuk memberikan rasa sakit kepadanya jadi aku menjauhkannya dariku bahkan setelah mengetahui kebenarannya. Aku ingin setiap orang yang mencintai dan memperdulikanku untuk pergi menjauh dariku. Termasuk Kau!"
Devi kaget melihat Ashoka menuding dirinya.
"Kau juga harus pergi dariku!", kata Ashoka marah.
Ashoka melanjutkan, "Segalanya akan hancur jika aku membiarkan semua itu dekat denganku. Aku telah memutuskan untuk menjauh dari segala jenis ikatan"
Devi menentangnya tapi Ashoka bersikeras, "Setiap orang yang mendukungku dan bersamaku telah melewati begitu banyak masalah".

Devi mendekati Ashoka dan mencoba meredakan kemarahannya, "Itu tidak benar Ashoka", katanya. Namun Ashoka tetap marah, "Apa yang tidak benar? Kau pun mengalami itu, Kau telah kehilangan rumahmu karena membantuku. Adikku harus pergi jauh dari ayah dan rumahnya karena aku. Hidup ibuku pun penuh kesulitan dan hancur. Dia harus berpisah dari suaminya selama bertahun-tahun sejak kelahiranku. Dan ketika dia mendapatkan semuanya kembali, dia harus berpisah dari suaminya lagi sepuluh tahun. Aku tahu bagaimana dia menghabiskan tahun-tahun itu. Begitu banyak orang yang mencoba untuk menolongku dalam perjalanan hidupku malah kehilangan nyawa mereka. Mereka bahkan tidak berpikir apakah aku melakukan atau memberikan sesuatu kepada keluarga mereka. Aku tidak memberikan mereka keadaan yang baik tapi aku malah sibuk melarikan diri. Aku ingin membantu mereka tapi aku tidak bisa melakukan apapun!".
Devi hanya menggeleng seakan meminta agar Ashoka tidak perlu menjelaskan semua itu.

Ashoka berkata, "Aku sungguh meminta maaf kepada Acharya Chanakya, Acharya Dewaratha (kilasan adegan saat di Takhsashila) dan adikku, Drupada yang telah pergi jauh dariku, karena mereka semua telah berkorban untukku. Hidupku penuh dengan rintangan. Aku telah memutuskan untuk maju sendirian dalam hidup ini untuk mewujudkan impianku akan persatuan India. Aku telah cukup kehilangan, kini tidak lagi! Aku tidak memiliki keberanian untuk kehilangan lagi sekarang. Aku tidak bisa mendorong ibuku jauh dari hidupku".
Ashoka melihat ke arah Kaurwaki di pembaringan, "Aku mendorong jauh orang yang aku bisa. Aku hanya memisahkan Kaurwaki dariku. Aku tidak ingin menempatkan hidupnya di dalam bahaya. Aku tidak ingin dia membayar mahal karena mencintaiku. Sekarang kau sudah lihat apa yang dialaminya?", kata Ashoka.

Devi mendekati Ashoka, dia beralasan, "Kaurwaki tidak akan bisa hidup tanpamu"
Ashoka berkilah dan seperti menyadari sesuatu, "Aku tidak akan membiarkan apapun terjadi kepada Kaurwaki selama aku masih hidup! Aku tidakkan membiarkan itu!", kata Ashoka sambil melangkah mundur lalu pergi ruangan itu. Devi hanya melihat kepergiannya sedih.
Di pembaringan, Kaurwaki mengigau, "Ashoka...", Devi kaget dan segera duduk di sampingnya.
"Kaurwaki...", kata Devi memanggil Kaurwaki sambil menggosok tangannya.
Kaurwaki mengigau pelan lagi, "Dia mengenaliku, dia memanggilku Kaurwaki"
Devi mengangguk, namun Kaurwaki diam terkulai lagi. Devi menangis melihat keadaan sahabatnya itu, dia berharap Kaurwaki segera sadar.

Malam hari, di ruangan pribadi samrat, Bindushara duduk termangu di tepi peraduannya. Charumitra dengan wajah sumringah datang ke ruangan Bindushara. Melihat samrat yang diam menopang wajah dengan tangan dan tampak tidak memperhatikan kedatangannya, dia segera menutup pintu ruangan itu dari dalam. Bindushara mengangkat wajah saat mendengar suara gelang kaki Charumitra yang melangkah mendekatinya dan menatapnya riang.
Bindushara berkata, "Baguslah jika kau sudah datang kemari. Aku baru akan pergi untuk menemuimu. Perasaanku sedang kurang baik setelah apa yang terjadi di ruang sidang tadi".
Charumitra memandang samrat sambil berpikir, "Aku tahu itu, Samrat. Anda tidak senang melihatku datang kemari. Kehadiranku yang membuat perasaan Anda tidak baik".

Bindushara hanya menunduk, tidak memandang istrinya sekalipun. Charumitra berusaha bersikap manis kepada samrat. Dia lalu mendekati samrat yang duduk di tepi pembaringan dan segera membelai rambut Bindushara dengan kedua tangannya.
"Biar aku pijat kepala Anda. Aku sungguh bahagia bisa melayani Anda", kata Charumitra berkata mesra kepada samrat sambil mulai memijat kepalanya.
Bindushara menikmati pijatan istrinya, matanya terpejam, namun dia berkata, "Aku minta kau berbicara kepada Sushima dan buat dia mengerti bahwa dia harus bisa mengendalikan kemarahannya".
Charumitra sebenarnya sebal dengan ucapan samrat, namun dia menjawab, "Baik samrat, aku akan berbicara dengan Sushima". Hening sejenak, karena Bindushara hanya diam.

"Samrat, Anda memenuhi keinginan hari Wat Sawitri-ku pada hari ini. Aku beruntung bersamamu malam ini. Mari kita lupakan semuanya itu dulu", kata Charumitra sambil tangannya mulai meraba pipi Bindushara. Bindushara menoleh kepada Charumitra dan mencoba berkata sesuatu, tetapi dengan romantis Charumitra mendekatkan tubuhnya dan menahan bibir Bindushara dengan jarinya. Charumitra pelan-pelan mendekatkan bibirnya kepada Bindushara. Namun entah mengapa Bindushara malah terkejut dengan perlakuan istrinya itu. Dia menahan tangan istrinya dan berdiri menjauh.
"Maafkan aku", kata Bindushara membuang mukanya. Charumitra terkejut dan marah dengan reaksi suaminya.

Masih di ruangan samrat, Bindushara berkata, "Maafkan Aku, Charumitra, tapi perasaanku sedang kurang baik dan Aku merasa sangat lelah".
Charumitra mendekati samrat, dia berdiri dihadapannya, dengan mata berkaca-kaca karena kecewa. Dia berkata, "Samrat, jangan anggap aku ini bodoh! Aku tidak bisa mengerti mengapa ada jarak antara aku dan suamiku? Apakah aku seorang istri hanya dalam sebutan saja dan tidak selayaknya seperti seorang istri? Samrat, mengapa Anda menjauh dariku? Mengapa Anda merasa bahwa akan berdosa bila kita melakukannya? Aku tidak pernah menghentikan ataupun menolak apapun yang Anda lakukan. Itu bukan berarti aku menyerah pada semua harapan dan keinginanku. Lalu kenapa, Samrat? Apa yang kurang dariku sehingga Anda tidak menghargaiku seperti ini?".

Bindushara yang diam lalu menatap Charumitra dan memegang kedua pipi istrinya yang penuh air mata. "Kau tidak kurang apapun, Charumitra. Aku selalu melihatmu sebagai ibu dari anakku. Ibu dari pewaris singgasana Magadha, ibu dari pangeran sulung Magadha. Kita selalu berbicara tentang hal itu saja. Kita tidak pernah berbicara tentang diri kita sendiri", kata Bindushara.
Charumitra bertanya, "Apakah itu dosa bagi seorang ibu, bila dia berbicara dan mengkhawatirkan anaknya?"
Bindushara menjawab, "Tidak, kau tidak salah, namun berikan Aku waktu lebih lama lagi"

PREV  1  2
Bagikan :
Back To Top