Sinopsis Ashoka Samrat episode 362 by Kusuma Rasmana

Sinopsis Ashoka Samrat episode 362 by Kusuma Rasmana. Di ruang sidang istana Magadha, Pattaliputra. Sidang istana dipimpin langsung Samrat Magadha Bindushara, diikuti oleh para pejabat dan penasihat raja yaitu para acharya. Termasuk tiga pangeran yaitu Sushima, Ashoka dan Siamak.
Bindushara berkata, "Prioritas utamaku adalah para warga kerajaan. Mereka takut pada Gondana dan pajaknya. Aku harus menyingkirkan ketakutan itu dan membuat mereka tidak takut lagi. Oleh karena itu, aku ingin membagi pekerjaan ini bagi ketiga anakku. Tugas ini mungkin bisa dianggap sebagai sebuah ujian. Penuntasan tugas ini akan menguji kemampuan mereka, pangeran yang mana bisa jadi pilihan yang layak untuk mewarisi tahta".

Sushima tampak sumringah dengan ucapan Samrat, dia langsung menanggapi dengan antusias.
"Tentu saja, Ayahanda! Aku akan menyingkirkan pajak ilegal itu dalam waktu 2 minggu, hanya 2 minggu, Ayah. Dan orang yang selalu mengkritik pekerjaan internal kerajaan di Pattaliputra, hanya akan menyumbangkan kebungkaman saja!", kata Sushima bersemangat sambil menoleh Ashoka dengan sindirannya.
Ashoka malah menanggapi dengan celaan. "Ini yang patut diperhatikan! Orang yang telah melewatkan atau meremehkan pajak ini sekarang berbicara tentang penegasan samar-samar dari suatu aturan", kata Ashoka lantang.
Semua orang menjadi tegang mendengar ucapan Ashoka, Sushima menatapnya marah.


Ashoka melanjutkan, "Ada kebohongan seseorang di antara mereka yang mendukung mereka, menolong mereka atau membantu mereka, dan menghasut mereka lebih jauh lagi". Sushima yang marah bermaksud menyela, namun Bindushara memberi isyarat agar dia diam.
Bindushara berkata, "Jika ada kemungkinan lain lagi, maka benar bahwa Sushima tidak mampu untuk menuntaskan masalah pajak Gondana ini. Oleh karena itu, tugas untuk bagian ini tidak bisa dilimpahkan kepadanya".
Sushima kaget mendengarnya, demikian juga Mahamatya dan Siamak. Radhagupta hanya memperhatikan reaksi dari ketiga orang itu.
Sushima yang marah berdalih, "Tapi Ayah, aku...aku adalah..."

Bindushara memotong, "Putra sulung, aku tahu itu. Oleh karena itu, aku menunjukmu sebagai kepala keamanan dan urusan keselamatan eksternal. Tolong kau pertimbangkan itu, dan semoga berhasil!".
Sushima hanya diam mendengar penunjukan itu, matanya beberapa kali menatap Ashoka dengan tajam, sebagai ungkapan rasa tidak sukanya.
Bindushara kemudian menoleh kepada Ashoka, dia berkata, "Ashoka, Aku minta Kau untuk bertanggung jawab, dari penyelidikan hingga penghapusan pajak rahasia ini. Karena kau adalah orang pertama yang melaporkan hal ini kepada kerajaan dan sejak itu kau mulai membuka masalah ini, maka kau yang punya nasib mengakhirinya juga. Aku menunjukmu sebagai kepala keamanan dan keselamatan internal istana".

Ashoka mengangguk, Radhagupta tersenyum melihatnya. Sementara Sushima dan Mahamatya melihatnya kurang senang.
Bindushara melanjutkan, "Dan kau Siamak! Kau selalu dikaitkan dengan uang dan kau menyukai itu. Kau yang bertanggung jawab atas pajak dan pendapatan turun temurun, dan tiap perubahan internal dalam kebijakan pajak terkini yang akan menyetorkan orang-orang yang masih berhutang kepada kerajaan".

Beberapa orang lega mendengar keputusan itu, demikian juga Siamak menerima penunjukan itu dengan sumringah dan menganggukkan kepala tanda setuju.
"Demikian keputusan ini untuk dilaksanakan", kata Bindushara lagi. Sementara Sushima dan Ashoka terus saling tatap di tempat mereka masing-masing.
Ditahtanya Bindushara tiba-tiba teringat dengan saran Dharma tentang rencana mencarikan istri bagi putra-putra mereka. Bindushara segera berkata, "Dan ini ada keputusan yang lain lagi".
Semua yang hadir memberi perhatian, termasuk ketiga pangeran.

"Aku telah mengundang raja dan para putri mereka dari kerajaan tetangga kita untuk hadir pada acara Shrawana Mela (festival Bulan Shrawana) di istana Pattaliputra ini sehingga dua putraku dapat memilih salah satu dari para putri yang datang untuk jadi istri yang cocok bagi diri kalian masing-masing".
Sushima dan Ashoka terkejut dengan keputusan Samrat. "Apakah perlu secepat itu?", Sushima dan Ashoka berkata bernada protes hampir bersamaan, sehingga kedua saling pandang. Sedangkan Siamak hanya tersenyum melihatnya.

Bindushara berkata, "Setidaknya akan baik jika Kalian setuju dengan usulan itu. Itu berarti keputusan ini tepat saat ini". Bindushara berkata sambil tersenyum.
Ashoka mencoba untuk menyela, "Tapi aku...", tapi Bindushara berkata, "Aku menyarankan agar tidak ada yang mempertanyakan lagi. Itu adalah sebuah perintah!".
Bindushara membubarkan pertemuan itu dan dia pergi dari ruang sidang istana.
Ashoka dan Sushima kembali mengingat masalah dan tugas yang dibebankan kepadanya dan mereka kembali menatap satu sama lain dengan tegang.

Ashoka sedang berjalan menyusuri koridor istana, dia tidak mendengar kedatangan Acharya dari arah lain. Ashoka bahkan agak kaget saat Acharya Radhagupta memegang lengan kanannya yang memar kehitaman.
Acharya bertanya, "Ada apa Ashoka? Lenganmu terluka memar". Ashoka hanya menggeleng, "Tidak apa-apa".
"Ini terjadi saat pertarungannya dengan Sushima. Aku tidak tahu jika Sushima sangat kuat", kata Ashoka lagi. Radhagupta berusaha mengingat sesuatu tentang Sushima dan sepak terjangnya 10 tahun terakhir ini.

Ashoka melangkah pelan bersama Radhagupta sambil berkata, "Sesuatu telah berubah selama sepuluh tahun yang tidak bisa dijelaskan. Ia telah dewasa dan meningkatkan kekuatannya".
Acharya Radhagupta menanggapi, "Perubahan dalam kekuatan dan jiwanya adalah karena pengaruh Kali dan tantra widya. Kita perlu menyelidikinya".
Ashoka berkata, "Menyelidikinya mungkin perlu, namun itu bukanlah prioritas. Aku lebih peduli tentang masalah pajak Gondana".
Mereka tiba di ruangan Ashoka.

"Dan bagaimana tentang mata-mata Anda, apakah mereka juga menyelidiki tentang kaitan masalah pajak Gondana dengan Sushima, Siamak dan Mahamatya?", tanya Ashoka.
Acharya berkata, "Tidak, Pangeran. Selama sepuluh tahun pengasingan kalian, mereka memprioritaskan untuk melindungi dirimu, Rani Dharma dan Witashoka. Mereka harus memastikan kalian bisa kembali ke Pattaliputra dengan aman".
Ashoka berkata, "Sekarang kami telah kembali. Sekarang kita harus mengakali Sushima dalam urusan Gondana ini.
Aku juga meminta Anda untuk memerintahkan beberapa mata-mata rahasia, sehingga kita dapat memonitor strategi kerja dari pemungutan pajak Gondana".
Acharya Radhagupta mengangguk menyanggupi permintaan itu.

Di suatu tempat di Pattaliputra, di sebuah kuil Shiwa, seorang penjaga kuil berpakaian putih meminta setiap orang yang berdoa di depan Lingga Shiwa harus membayar pajak puja dengan memasukkan uang koin ke tempat berupa guci tertutup atau celengan yang ada di tempat itu. Beberapa bakta atau pemuja menuruti kemauan penjaga kuil itu. Namun salah seorang bakta pria miskin mengaku heran dengan keharusan membayar itu namun si penjaga kuil segera membuka sedikit kain dhoti-nya dan memperlihatkan belati di pinggangnya. Ancaman itu membuat bakta pria terbelalak dan terpaksa memasukkan uang koinnya. Semua kejadian itu tidak luput dari perhatian Acharya Radhagupta yang melihatnya dari tempat agak tersembunyi diantara helaian kain dan rangkaian bunga yang bergantung di dinding kuil. Penjaga kuil yang tampaknya anak buah Gondana itu memastikan kuil itu sepi dengan menoleh kesana kemari. Dia lalu mengangkat guci celengan itu dan pergi dari sana. Sejenak kemudian orang itu kembali ke kuil dengan guci yang sudah kosong, dan meletakkan ditempat guci pajak puja sebelumnya. Semua tindak-tanduknya mencurigakan bagi Radhagupta.

Di tempat lain yang berupa pasar dengan jejeran beberapa toko dengan meja-meja didepannya, Nayaka berada di tempat yang agak ramai penuh orang melintas itu. Seorang pengemis menengadahkan tangannya di tempat itu untuk minta sedekah. Setelah wadah sedekahnya penuh oleh uang pemberian orang, tanpa menarik perhatian dia memasukkan koin itu ke dalam kantong kain yang dibawanya. Setelah itu, kembali dia mengemis lagi seperti sebelumnya. Nayaka terus mengamati pengemis itu tanpa menarik perhatian orang. Sejenak kemudian, seorang pria mendekati pengemis itu, pengemis seketika menyerahkan kantong yang penuh berisi uang sambil matanya memperhatikan orang-orang sekitarnya seperti ketakutan. 

Setelah kembali dia mengemis seperti biasa. Nayaka yang bertindak sebagai mata-mata itu terus menyelidiki. Seorang pria pedagang menaruh beberapa koin di balik kain alas barang di meja. Sejenak kemudian, lelaki yang menyamar sebagai penyapu jalan melakukan pekerjaannya. Saat tidak ada yang melihat, tangannya pun mengambil beberapa koin yang diletakkan dibalik kain itu dan dimasukkan ke kantong kain di pinggangnya. Tukang sapu itu terus melakukan aksinya di beberapa meja toko di tempat itu sambil terus menyapu jalanan. Tukang sapu itu tidak tahu aksinya terus diawasi oleh beberapa orang mata-mata Acharya.

PREV  1  2
Bagikan :
Back To Top