Sinopsis Ashoka Samrat episode 361 bag 2

Sinopsis Ashoka Samrat episode 361 bag 2 by Kusuma Rasmana.  Bindushara mendadak tegang mendengar nama Kaurwaki dan raja Kalingga, dia memalinkan mukanya memikirkan sesuatu.
Dharma menjelaskan, "Aku tahu, kerajaan Kalingga bukan kerajaan teman atau sekutu kita. Tapi adakah cara yang lebih baik untuk menebus kesalahan masa lalu Magadha kepada Kalingga?"
Bindushara menanggapi dengan bingung. "Apakah Kau pikir itu mungkin solusi terbaik bagi semua perbedaan antara kedua kerajaan?", tanya Bindushara.
Dharma mengangguk, "Ya, Kaurwaki tidak saja membantu Ashoka saat di Takshashila tapi di sini juga. Dia memiliki keberanian tinggi bahkan di usia muda saat itu. Dia mengerti Ashoka dengan baik, itulah kualitas terbesarnya. Aku yakin dia akan mampu menenangkan sifat agresif dan kemarahan Ashoka. Jika mereka berdua bersatu maka impian Acharya Chanakya akan akhanda Bharata (persatuan India) akan terwujud".


Bindushara berkata, "Baiklah, Kita mengirim undangan juga ke Kalingga. Aku terkesan dengan pengalamanmu. Selama bertahun-tahun, tidak ada yang bisa membimbingku seperti ini. Sekarang aku merasa bahwa garis keturunan Maurya sama sekali tidak terpecah lagi tapi telah kembali bersama-sama".
Bindushara merasa lega karena mendapat pemecahan masalah bagi kedua putranya. Dia membentangkan tangannya. Dharma menyambut kedua tangan suaminya, lalu memeluknya dengan mesra.
Pagi hari, semua orang berkumpul di ruang sidang istana Magadha, Pattaliputra. Sidang dipimpin langsung oleh Samrat Magadha Bindushara, diikuti oleh para pejabat dan penasihat raja yaitu para acharya. Termasuk tiga pangeran yaitu Sushima, Ashoka dan Siamak. Mereka sedang membahas masalah yang terjadi terakhir ini yang sangat mendesak.

Mahamatya berkata, "Samrat, Aku sudah mengirim perintah untuk memanggil Nirankush kemari tapi dia mengaku masih sibuk untuk beberapa pekerjaan. Dia baru bisa datang dalam 4 hari".
"Minta ijin berbicara, Samrat", kata Ashoka berdiri dari kursinya, "Samrat, Nirankush meminta selama 4 hari untuk menyembunyikan sesuatu termasuk luka-luka yang aku berikan kepadanya. Benar demikian, Mahamatya?". Ashoka menoleh kepada Mahamatya yang hanya diam mematung.
Bindushara berkata, "Kita tidak bisa menunggu Nirankush untuk datang dan menjelaskan sikapnya. Situasi ini cukup serius dari apa yang aku pikirkan. Para tawanan yang dibawa oleh Ashoka masih membungkam mulutnya dan tidak menganggap hukuman yang akan mereka jalani. Aku ingin tahu apa sebenarnya yang membuat mereka takut lebih dari kematian. Siapa yang berkuasa di bawah kita secara diam-diam sehingga kita bahkan tidak mengenalnya? Apakah itu mungkin sekelompok kekuatan asing?".

Siamak berdiri menanggapi, "Kita tidak tahu apa-apa saat ini, karena masih ada banyak pertanyaan. Apa mungkin ini hanya khayalan Kak Ashoka saja?".
Ashoka dan Radhagupta menatap tajam Siamak yang seakan meremehkan masalah itu.
Ashoka menanggapi sindiran Siamak, "Orang India sejati tidak menyalahkan seseorang tanpa alasan. Orang-orang itu yang menjadi saksi dari banyak hal. Aku yang menangkap mereka sebagai bukti kuat".

Sushima juga berdiri seakan tidak mau kalah dalam meragukan Ashoka. "Tidak ada yang membuat tuduhan seperti itu sebelumnya. Tidak ada warga atau pihak yang datang untuk mencari bantuan melawan penjahat itu. Masalah ini hanya ada sejak Ashoka datang. Mungkinkah itu hanya sebuah kebetulan saja?", tanya Sushima sinis.
Ashoka menanggapi, "Tidak, itu karena keberhasilanku. Aku bisa melakukan sekarang apa yang tidak bisa kau lakukan dalam 10 tahun ini!"
Mahamatya berkata, "Samrat, Aku perlu waktu untuk menyelidiki hal ini. Sejauh yang aku ketahui, tidak ada bukti orang dengan nama Gondna itu nyata dan melakukan kejahatan ini"

Acharya Radhagupta berdiri dari kursinya, dia berkata, "Samrat, Aku juga sudah menggerakkan mata-mataku. Dan mata-mataku telah melaporkan kepadaku bahwa orang seperti itu ada dalam kehidupan nyata. Hal ini bukanlah imajinasi dari Ashoka atau kebetulan saja. Ada seseorang yang mengambil pajak dari para warga kerajaan secara paksa dan ancaman, sehingga membuat mereka dalam ketakutan. Mereka begitu takut hingga mereka tidak berani bersuara menentang perlakuan itu dan ancaman terhadap diri mereka. Dan para penjahat itu melakukannya secara diam-diam sehingga semua itu tidak kita ketahui. Ada pajak Gondna yang dikenakan pada setiap hal yang mungkin kecuali udara yang kita hirup".
Penjelasan itu entah mengapa membuat Mahamatya, Sushima dan Siamak tegang dan tidak nyaman.
Bindushara bertanya, "Kemana pajak-pajak itu masuk? Dan kemana orang-orang tak berdosa, para pria dan wanita itu dibawa?"

Ashoka menjawab, "Pada kondisi demikian, beberapa pria tak berdosa malah berubah menjadi biadab dan kemudian menyalahgunakan pihak lainnya yang lemah. Dan para wanita, wanita-wanita itu dijual". Ashoka teringat apa yang dialami Devi, Dhaniram dan beberapa orang yang digelandang dan dikurung oleh Nirankush.
Bindushara berkata tegas, "Jika Ashoka dan Acharya Radhagupta dapat menemukan begitu banyak informasi dalam waktu singkat, lalu mengapa kau tidak bisa Mahamatya? Kau memiliki kekuasaan begitu tinggi, namun kau tidak dapat melakukan apa-apa!".
Ashoka berkata menunjuk Mahamatya, "Menurutku, sikap diamnya menandakan bahwa ia sedang menyembunyikan sesuatu atau mungkin mencoba melindungi seseorang".

Mahamatya hanya diam sambil melirik Sushima, namun Sushima tidak melihatnya.
Bindushara berkata, "Dengan demikian, Aku yakin Gondna ada di balik semua ini. Namun, Siapa dia? Dari mana dia datang? Apa motifnya di balik semua ini? Apakah mata-matamu berkata sesuatu Acharya?".
Acharya Radhagupta menjawab, "Semua masih rahasia, Samrat. Para warga sendiri belum ada yang pernah melihat wajahnya. Dia tinggal di sebuah gua yang gelap dan dia mengatur semuanya dari tempat itu".
Sementara itu, dalam ruangan sebuah gua yang gelap temaram, sosok berjubah hitam yang menutupi hampir seluruh tubuhnya sedang duduk di kursinya. Dialah Gondna atau Gondana, penjahat yang dibelakang masalah Magadha akhir-akhir ini.

Gondana meminta Uttara dan Dakshina, dua orang kepercayaannya yang datang menghadap untuk membacakan jumlah pajak yang dikumpulkan dari semua tempat yang sudah dilakukan pemungutan dengan wajar atau paksaan. Dua pria datang mengangkut peti yang berisi kepingan uang atau koin emas. Uttara segera membacakan jumlah pajak yang bisa dikumpulkan, sedangkan Dakhsina hanya duduk bertimpuh di depan Gondana. Tiba giliran Dakshina juga membacakan pajak yang dikumpulkan yang juga dalam peti kayu yang diangkut oleh dua orang pria. Kedua anak buah Gondana itu juga melaporkan informasi terakhir tentang reaksi terhadap pajak Gondana dengan bahasa yang asing yang berbeda dengan bahasa keseharian mereka. Uttara lalu menterjemahkan bahasa asing yang baru dibacanya di depan Gondana. "Ashoka telah membebaskan orang-orang yang akan Nirankush bawa kemarin. Bindushara mengetahui segalanya sekarang. Dia telah memerintahkan anak buahnya untuk mencari keberadaan kita", demikian Uttara menjelaskan.

Gondana berkata, "Mereka semua sungguh hanya pecundang. Aku akan melakukan apa yang Sushima tidak bisa lakukan. Pertama aku akan membunuh Ashoka dan kemudian Bindushara. Aku juga akan membunuh Sushima. Hanya Siamak yang akan tersisa. Keluarga kerajaan ini akan mati ditanganku!". Gondana memperdengarkan tertawanya yang parau. Uttara dan Dakhsina segera membungkuk menghormat begitu Gondana bangkit dari kursinya dan melangkah menuju ke ruang dalam gua.

Keesokan paginya, sidang istana Magadha di Pattaliputra kembali dilanjutkan.
Dari atas tahtanya, Bindushara yang duduk berkata, "Aku ingin mencari Gondana secepatnya. Bagaimana bisa dia menjadi begitu kuat secara tiba-tiba? Mengapa orang-orang tidak memberitahuku tentang dia? Bukankah mata-mata Magadha senantiasa bergerak aktif? Aku ingin prajurit khusus untuk melakukan semua itu".
Semua pejabat dan pangeran memperhatikan Samrat dengan serius.
Ashoka berkata, "Mengapa kita meminta bantuan dari prajurit? Kita bisa bertanya pada Rajkumar Sushima. Dia pasti tahu karena tidak ada yang bisa bergerak di Pattaliputra di luar keinginannya. Lalu bagaimana Gondana bisa beroperasi secepat itu?, Ayo jelaskan, RajKumar Sushima, Kau tentu saja tahu!".

Ashoka menoleh kepada Sushima, Sushima melihatnya dengan tajam. Sushima tersenyum sinis dan menggeleng.
Dia menjawab, "Aku selalu mendengarkan pendapatmu yang tak berlandasan itu, Ashoka. Sekarang tunjukkan saja beberapa bukti!"
Ashoka berkata, "Itu adalah rencanaku kemarin. Samrat datang di antara atau sebuah nama dalam daftar akan dikurangi". Dia melangkah mendekat kepada Sushima.
Siamak bertanya, "Kakak, ada apa ini? Apa yang telah terjadi kepadamu? Kau berbicara tentang menghitung mundur dan daftar nama sejak kau kembali. Bisakah kau menjelaskan ini tanpa mengkaitkan dengan masa lalu kita?".

Ashoka menjawab, "Inilah selalu menjadi masalahmu, Siamak. Aku tidak teralihkan tujuanku. Tujuanku adalah kemajuan dan perdamaian dunia sejak kemarin hingga hari ini. Aku tidak ingin ketenaran apapun".
"Sudah cukup!", kata Bindushara setelah sejak tadi melihat perdebatan diantara para pangeran, "Melihat kalian semua, aku mendapatkan sebuah kesimpulan".
Ketiga pangeran, Mahamatya dan Radhagupta memandang ke arah Samrat di Singgasana dan menunggu apa yang akan dikatakan oleh Samrat selanjutnya.


CUPLIKAN : Masih di sidang istana Magadha, Pattaliputra, Bindushara berkata, "Prioritas utamaku adalah untuk membantu para warga kerajaan. Pertama, kita akhiri rasa takut di hati mereka. Ashoka yang akan menyelesaikan masalah ini. Kau yang memberitahu kerajaan tentang masalah ini pertama kali. Sehingga hanya Kau yang hanya akan menyelesaikan kasus ini!". Ashoka sedang melangkah di pasar, dia melihat seorang pencuri yang segera kabur saat melihatnya.

PREV  1  2  NEXT
Bagikan :
Back To Top