Sinopsis Ashoka Samrat episode 360 by Kusuma
Rasmana. Di halaman istana raja Magadha, Pattaliputra, didepan Samrat
Bindushara, Rani Dharma, dan kerabat istana lainnya termasuk para warga yang
menyambut kedatangan pangeran yang dicintainya itu, Ashoka berkata, "Ini adalah
karma-bhumi (tanah karma) dari Chandragupta Maurya dan janma-bhumi (tanah
kelahiran) dari Guru Chanakya yang dikenal karena keadilannya! Di tanah air kami
ini, mengapa orang-orang yang tidak berdosa dan miskin disiksa disini? Katakan
padaku mengapa orang-orang kita, para warga biasa harus menderita disini? Aku
akan memberitahu Anda! Ada seseorang di Gondna yang masih mengikuti tradisi Dasa
(perbudakan) dan menentang perintah Anda. Prajurit menculik dan memaksa
orang-orang dan membuat mereka menjadi Dasa (budak)"
Bindushara bertanya ketus, "Katakan siapa orangnya?".
Ashoka menjawab, "Anda jangan bertanya kepadaku yang hanya penjahat. Anda bisa bertanya kepada putra tercinta Anda. Bukankah dia yang mengelola semua urusan internal disini? Jika Sushima tahu Nirankush maka dia pasti akan tahu tentang Gondna juga".
Bindushara menoleh kepada Sushima, membuat Sushima menjadi rikuh. Demikian juga Charumitra dan Mahamatya jadi sibuk dengan pikiran masing-masing. Sushima berpikir tentang kata-kata Tantrik yang menyatakan kebenaran lama yang tersembunyi akan terungkap.
Sushima mendekati Bindushara, "Aku tidak tahu apa-apa tentang Gondna, Ayah", kata Sushima.
Ashoka tersenyum dan berkata, "Aku memang mengharapkan jawaban itu dari mulutmu. Karena sifat seseorang tidak akan pernah bisa berubah jadi aku membawa para prajurit-prajurit ini kemari. Sayangnya Nirankush dan sekutu utamanya berhasil melarikan diri. Tapi sebelum itu, Nirankush sudah mengakui hubungan dekatnya dengan Sushima".
Sushima menanggapi dengan lantang, "Apa yang kau katakan memang benar! Aku memang mengetahui Nirankush, tapi aku tidak tahu apa-apa tentang Gondna. Bukan aku, tapi Mahamatya Khalatak yang terus berhubungan dengan Gondna".
Bindushara menoleh kepada Mahamatya yang seketika menjadi
tegang karena ditunjuk Sushima.
Mahamatya menanggapi dengan tergagap, "Samrat, Aku.. aku memang berhubungan dengan Nirankush, tapi Aku tidak tahu apa-apa tentang Gondna. Aku akan menyelidiki masalah ini sekarang. Aku dapat memerintahkan Nirankush untuk berada di ruang sidang istana ini jika Anda menginginkan itu".
Mahamatya menanggapi dengan tergagap, "Samrat, Aku.. aku memang berhubungan dengan Nirankush, tapi Aku tidak tahu apa-apa tentang Gondna. Aku akan menyelidiki masalah ini sekarang. Aku dapat memerintahkan Nirankush untuk berada di ruang sidang istana ini jika Anda menginginkan itu".
Ashoka tertawa mendengar tanggapan Mahamatya. "Benarkah itu Mahamatya? Mereka yang mencoba untuk menutupi kebenaran akan mencoba menyelidiki dan mengungkap itu semua. Apa gunanya penyelidikan itu dilakukan?", tanya Ashoka.
Acharya Radhagupta berkata, "Ashoka benar, Samrat, saya sarankan Anda yang harus mengambil alih penyelidikan itu sendiri".
Bindushara menjawab, "Tentu saja, Acharya, Aku akan melakukan penyelidikan itu secara langsung. Segera tangkap dan bawa Nirankush kemari secepatnya dan masukkan prajurit-prajurit ini ke sel penjara!".
"Mari, Putraku. Masuklah ke dalam", kata Bindushara lagi, dia memutar badannya menyamping dan mempersilakan Ashoka masuk ke dalam bangunan istana. Namun belum sempat Ashoka melangkah, Witashoka lari mendekat dan memeluk kakaknya.
"Aku sangat senang kakak kembali. Aku sama sekali tidak bahagia saat kakak tidak ada", kata Witashoka. Ashoka membalas, "Aku juga".
Dharma dan Bindushara tersenyum melihat pertemuan kedua putra mereka, demikian juga Acharya Radhagupta.
Ashoka melihat ke arah ibunya yang tersenyum bahagia. Dharma segera melakukan ritual aarti dan menempelkan tilak di dahi Ashoka untuk menyambut kepulangan Ashoka kembali ke istana. Ashoka membungkuk menyentuh kaki ibunya.
Dharma memberkatinya dan berdoa, "Semoga Tuhan selalu memberkatimu sehingga kau selalu berjalan di jalan dharma (kebajikan) dan kebenaran".
Dharma melirik Bindushara saat Ashoka sudah berdiri lagi. Melihat Ashoka hanya berdiri dan memalingkan muka, Dharma mengisyaratkan dia untuk menyentuh kaki ayahnya juga. Ashoka tahu isyarat itu, namun dia hanya menatap Bindushara yang tersenyum dan membuka tangannya, mungkin bermaksud akan memeluknya. Ashoka melangkah mendekatinya namun bukan menyentuh kaki atau memeluk ayahnya. Melainkan langsung masuk ke dalam istana. Bindushara hanya diam dengan hati sedih, demikian juga Dharma yang mendadak sedih melihat kerasnya hati putra sulungnya itu. Mereka berdua melihat kepergian Ashoka masuk ke istana.
Sementara para musuh Ashoka, seperti Sushima, Charumitra, Siamak dan Mahmatya ikut melirik kepergian Ashoka. Mereka terlihat sangat senang melihat kekakuan Ashoka terhadap samrat.
Bindushara berguman, "Dia adalah anakku tapi Kita melihat jelas kesombongan siapa yang menang disini". Dia berguman sambil melirik Dharma yang tegang dan merasa resah.
Dharma hanya diam, namun sejatinya dia berdoa dalam hati, "Ya Tuhan, kirimkanlah seseorang dalam hidup Ashoka yang bisa meluluhkan hatinya yang beku dan keras".
Di sebuah hutan kecil di tepi sungai Gangga, Kaurwaki dan Devi
sedang duduk di bawah rumpun bambu kuning. Kaurwaki terlihat sedih setelah
melihat ayahnya sangat berduka, namun Devi berusaha menghibur dan
menguatkannya.
Kaurwaki berkata pelan, "Aku tidak bisa egois lagi. Bela adalah temanku, dia rela mati untukku. Aku melihat ayahku melakukan ritual terakhir Bela yang dia kira itu adalah aku. Aku harus kembali kepada ayah dan melupakan kebahagiaanku sendiri".
Devi bangkit dari duduknya, Devi berkata meyakinkannya, "Bukankah keegoisan juga jika hanya memikirkan keluarga Anda dan bukan impian yang lebih besar yaitu India bersatu? Anda percaya Ashoka bisa melakukannya?"
Kaurwaki berkata pelan, "Aku tidak bisa egois lagi. Bela adalah temanku, dia rela mati untukku. Aku melihat ayahku melakukan ritual terakhir Bela yang dia kira itu adalah aku. Aku harus kembali kepada ayah dan melupakan kebahagiaanku sendiri".
Devi bangkit dari duduknya, Devi berkata meyakinkannya, "Bukankah keegoisan juga jika hanya memikirkan keluarga Anda dan bukan impian yang lebih besar yaitu India bersatu? Anda percaya Ashoka bisa melakukannya?"
Kaurwaki juga bangkit dari duduknya, dia berkata, "Tentu saja aku percaya, hanya Ashoka di dunia ini yang bisa mewujudkannya. Aku sudah mengenal dia pada masa remajanya, dia membuat hal yang tidak mungkin menjadi mungkin, seperti apa yang dilakukan di Takhsashila". Kaurwaki tersenyum mengenang apa yang terjadi di Takhshasila puluhan tahun yang silam.
Devi mendekati Kaurwaki dan memegang tangannya. Dia berkata, "Akankah hal itu mungkin terjadi tanpa diri Anda? Bagaimana jika Anda tidak mengingatkannya tentang tanggung jawabnya dan membuat dia mengerti perbedaan antara benar dan salah?"
Kaurwaki menjawab, "Aku tahu Ashoka memang agresif dari dulu. Dia seperti itu sejak remaja. Dia orang yang emosional dan sangat mudah marah. Dia membutuhkan seseorang dalam hidupnya yang dapat membantu dia keluar dari kungkungan amarah dan menjadi lebih baik"
Devi berkata, "Hanyalah diri Anda yang bisa mewujudkannya. Aku telah melihat Chanda berkali-kali bertarung untuk orang lain sebelumnya, tapi hal itu sungguh berbeda hari ini. Dia Rajkumar Ashoka yang tidak terlihat marah atau agresif sama sekali. Aku telah melihatnya dengan jelas. Dia tidak lengkap tanpa Anda. Anda harus bersamanya untuk membantunya".
Kaurwaki berkata, "Tapi, dia bahkan tidak mengenaliku"
Devi meyakinkan Kaurwaki lagi. "Dia akan segera mengenali Anda"
Kaurwaki bertanya, "Bagaimana kau tahu sebanyak ini tentang Ashoka?"
Devi menjawab, "Aku hanya kenal Chanda. Namun Aku bisa melihat Rajkumar Ashoka pada diri Chanda hari ini. Jangan biarkan dia berubah menjadi Chanda lagi". Devi mencakupkan tangannya sambil memohon.
Kaurwaki berkata, "Tapi bagaimana dengan ayahmu?". Devi menjawab, "Jangan khawatir, Aku bisa tinggal jauh dari ayahku bila demi impian persatuan India".
Kaurwaki terharu dan memeluk Devi, Devi membalas pelukan itu. "Mungkin Tuhan yang mengatur aku bertemu dengan Anda sehingga aku bisa menyatukan kalian berdua" kata Devi.
Mereka saling melepaskan pelukan, dan hanya berpegangan tangan. "Ashoka dan Kaurwaki akan bersatu sekarang", kata Devi sambil tersenyum. Kaurwaki hanya menjawab dengan senyuman. Hatinya kini berbunga-bunga memikirkan Ashoka, lelaki yang dicintainya.