Sinopsis Ashoka Samrat episode 360 bag 2 by Kusuma
Rasmana. Di istana Magadha, Pattaliputra, Ashoka sedang melangkah di
koridor. Dia teringat gelang kaki Kaurwaki yang ada dilipatan kain yang melilit
di pinggang. Ashoka segera memeriksa perhiasan atau gelang kaki itu setelah
memastikan tidak ada orang yang melihat. Ashoka jadi teringat Kaurwaki saat dia
menggendongnya di hutan. Ashoka merasa ada orang yang bersembunyi dibalik pilar
didekatnya. Ashoka segera menarik lengan orang yang bersembunyi itu. Ternyata
orang itu adalah Pangeran Siamak yang memang sengaja bersembunyi.
"Siamak? Adikku!", kata Ashoka memeluk Siamak dengan paksaan yang mengejutkan Siamak. Siamak hanya diam dan tampak salah tingkah atau khawatir.
"Siamak? Adikku!", kata Ashoka memeluk Siamak dengan paksaan yang mengejutkan Siamak. Siamak hanya diam dan tampak salah tingkah atau khawatir.
"Kau kenapa?", tanya Ashoka memegang pundaknya. "Jangan khawatir! Aku tidak akan menyakitimu. Aku hanya ingin tahu sesuatu darimu. Kau keturunan Yunani pasti tahu bagaimana cara menghitung mundur? Mulailah kau melakukannya! Aku akan mengakhiri hidup para musuhku dari daftarku satu persatu. Aku tidak tahu nama siapa yang akan menjadi orang pertama!", kata Ashoka tersenyum.
Siamak yang salah tingkah dan takut tidak dapat berkata-kata. Dia segera pergi dari koridor itu. Ashoka melihat kepergiannya dengan tatapan tajam.
Ashoka melangkah lagi menyusuri koridor itu, sesekali dia memperhatikan perhiasan Kaurwaki di genggamannya. Sejenak kemudian, langkah Ashoka terhenti karena melihat Sushima yang berdiri di depannya sambil tangannya memegang pedang dan tangan kirinya berpegangan ke pilar koridor.
Sushima melangkah mendekati Ashoka yang juga melangkah mendekat, hingga kedua pangeran itu berdiri berhadapan dan saling bertatapan mata.
"Pattaliputra menyambutmu, Ashoka. Namun bukan untuk waktu yang lama. Bukan hanya di istana ini tapi juga di bumi ini. Karena malam ini akan menjadi malam terakhirmu! Aku akan menyelesaikan tugas yang belum selesai sampai saat ini", kata Sushima.
Ashoka menjawab pelan, "Aku juga harus meyakinkanmu, kau hanya akan mati ditanganku! Malam ini akan menjadi malam terakhirmu! Aku juga akan menyelesaikan tugas yang aku tinggalkan 10 tahun yang lalu".
Mereka berdua lalu pergi dari tempat itu, keduanya meneruskan perjalanannya menyusuri koridor itu tanpa membalikkan badan, sehingga keduanya pergi berlawanan arah.
Di tempat Acharya, Nayaka sedang bertemu dengan Radhagupta yang
sedang berdiri memandang suasana sore kota Pattaliputra dari tempatnya yang
tinggi.
"Acharya, penantian kita akhirnya berakhir. Apa yang akan terjadi selanjutnya?", tanya Nayaka.
Acharya Radhagupta memandang jauh ke depan dan berkata, "Dewa Wisnu akan mengambil bentuk awatara Kalki untuk membawa kembali Satya Yuga (Masa kegemilangan, masa kebenaran) setelah mengakhiri Kali Yuga (masa kekacauan, masa ketidakbenaran merajalela) saat ini".
Radhagupta berbalik menatap Nayaka, dia berujar, "Demikian juga Ashoka. Dia akan melakukan apa saja untuk membalas kematian Acharya Chanakya. Dia akan membersihkan tanah air dari segala kotorannya untuk membangun impian Akhanda Bharatya (persatuan India). Rencananya ini sudah diatur dan mulai akan digerakkan malam ini juga".
Nayaka bertanya, "Malam ini? Apa yang akan terjadi malam ini, Acharya?"
Acharya Radhagupta menjawab,"Shubha-arambha (permulaan baik) impian persatuan India akan terjadi malam ini!".
Malam itu, di kamarnya, Sushima sedang berdiri mondar-mandir
karena gelisah dan khawatir memikirkan kata-kata Tantrik tentang kebenaran lama
yang tersembunyi akan terungkap. Dia juga resah akan ucapan Ashoka di halaman
istana, di hadapan Samrat dan anggota keluarga istana tentang kaitan dia dengan
Nirankush dan yang terjadi di Gondna. Kembali terngiang di benaknya tentang
ucapan Tantrik bahwa Ashoka akan menjadi Samrat yang agung setelah membunuh
dirinya.
"Tidak!", teriak Sushima marah sambil mengayunkan pedangnya. "Aku telah menanggung banyak hal untuk mendapatkan kekuatan Mayawi (gaib) ini. Ini tidak boleh jadi sia-sia, semua pengorbananku tidak boleh sia-sia. Aku harus mencapai keberhasilan atas usahaku yang begitu keras. Aku harus mendapatkannya malam ini juga!", kata Sushima yang segera pergi keluar kamarnya sambil membawa pedang yang terhunus.
"Tidak!", teriak Sushima marah sambil mengayunkan pedangnya. "Aku telah menanggung banyak hal untuk mendapatkan kekuatan Mayawi (gaib) ini. Ini tidak boleh jadi sia-sia, semua pengorbananku tidak boleh sia-sia. Aku harus mencapai keberhasilan atas usahaku yang begitu keras. Aku harus mendapatkannya malam ini juga!", kata Sushima yang segera pergi keluar kamarnya sambil membawa pedang yang terhunus.
Di kamar pribadinya dalam istana, Ashoka sudah berganti pakaian
dengan pakaian bangsawan. Dia berdiri dan terharu memandang pedang Chandragupta
Maurya yang cemerlang berkilauan di tempat yang dibuat khusus di kamar itu.
Ashoka melangkah mendekat dan menyentuh bilah pedang itu. Dia teringat tentang
ucapan Helena saat di sel penjaranya, yang memberitahu dia tentang nama-nama
pembunuh Acharya Chanakya. Dia menjadi marah saat teringat salah satu pembunuh
itu adalah Sushima yang menendang ibunya dan mengusirnya dari Pattaliputra.
"Setiap kali aku mengambil pedang ini aku ingat tanggung jawabku dan beban di
pundakku. Aku seakan merasakan berkat dari nenek moyang dan Guruku setiap kali
aku mengangkat pedang ini", guman Ashoka sambil menggenggam gagang pedang itu.
Ashoka lalu mengangkat pedang itu dan mengarahkan ujungnya ke depan. "Sushima
akan dihukum karena perbuatannya malam ini! Ini adalah cara termudah untuk
membebaskan Magadha dari semua orang-orang jahat", guman Ashoka.
Malam itu juga, Ashoka dan Sushima hampir bersamaan memasuki
Dangal atau arena latihan pertarungan di halaman belakang istana. Kedua
bersaudara itu segera berhadapan dan saling menatap satu sama lain. Ashoka
bersiaga dengan pedang Chandragupta-nya, sedangkan Sushima sudah siap dengan
pedang panjangnya.
Sushima berkata, "Aku juga tidak bisa menunggu lagi! Hanya dua bersaudara yang bisa berpikiran sama".
Ashoka menjawab, "Hanya satu dari kita yang akan hidup malam ini!"
Ashoka segera maju dan mengayunkan pedangnya kepada Sushima tapi Sushima menahan tangan Ashoka yang memegang pedang. Ashoka terhenyak, dia merasakan sesuatu di lengan kanannya. Sushima menyeringai sambil tetap memegang lengan lawannya.
Sushima berkata, "Aku juga tidak bisa menunggu lagi! Hanya dua bersaudara yang bisa berpikiran sama".
Ashoka menjawab, "Hanya satu dari kita yang akan hidup malam ini!"
Ashoka segera maju dan mengayunkan pedangnya kepada Sushima tapi Sushima menahan tangan Ashoka yang memegang pedang. Ashoka terhenyak, dia merasakan sesuatu di lengan kanannya. Sushima menyeringai sambil tetap memegang lengan lawannya.
CUPLIKAN : Ashoka dan Sushima sedang terlibat pertarungan
pedang. Saat keduanya saling mengarahkan pedang ke leher masing-masing,
"Berhenti!", teriak Bindushara yang datang bersama Mahamatya, Radhagupta dan
para prajurit. "Jika salah satu dari kalian mati dalam pertarungan ini, maka aku
akan mengumumkan hukuman mati untuk anakku yang lain juga!", kata Bindushara
lantang. Dalam ruang pribadi raja, Bindushara berbicara kepada Dharma tentang
mengirim undangan kepada kerajaan-kerajaan terdekat untuk mengundang semua raja
dengan putri mereka. "Kita akan menikahkan anak-anak kita!", kata Bindushara.
Dharma tersenyum mendengar usul itu.