Sinopsis Ashoka Samrat episode 402 bag 2

Sinopsis Ashoka Samrat episode 402 by LKusuma Rasmana.  Sushima ikut memanasi suasana dengan menyalahkan Ashoka yang menyusun jebakan bagi dirinya. Demikian juga Charumitra, menyalahkan Ashoka yang dianggap berambisi akan singgasana. Mahamatya menyindir Ashoka yang bertanggungjawab dengan keamanan dalam istana tentu dengan mudah mencuri harta perbendaharaan. Jagannatha berkata, "Aku yakin, para anggota keluarga tidak akan berbohong".
Kaurwaki merasa terluka karena Ashoka harus menanggung tuduhan semua orang termasuk ayahnya sendiri. Ashoka mengalami itu karena keegoisan dirinya.

Bindushara marah besar atas kebungkaman Ashoka. Dia berkata berat, "Aku minta kau mengatakan kebenaran Atau aku akan melupakan bahwa kau putraku!".
Ashoka tetap bungkam, Bindushara semakin marah.
"Katakan yang sebenarnya atau bertarung dengan ayahmu!", teriak Bindushara marah, dia bangkit dari tahtanya dan segera menghunus pedangnya. Semua orang kaget atas kemarahan dan teriakan Samrat.
Jagannatha berpikir, "Akhirmu sudah dekat, Ashoka! Jika kau tetap diam maka kau akan mati ditangan ayahmu. Jika kau mengatakan yang sebenarnya maka kau akan mati tanpa Kaurwaki!".

Ashokaa berkata, "Aku minta maaf, Ayahanda raja. Aku tidak dapat memberitahu Anda ataupun bertarung melawan Anda".
Kaurwaki mendelik kaget, dia tidak menyangka kejadian ini akan semakin runyam.
Bindushara berdiri di depan tahtanya. "Aku menantangmu bertarung! Buktikan bahwa kau adalah anakku! Ambil pedangmu jika kau adalah keturunan Maurya sejati! Buktikan bahwa kau memiliki darah bangsawan yang sama seperti aku!", Samrat berteriak menggelegar sambil menunjuk Ashoka dengan pedangnya. Ashoka menjadi tegang, namun dia tidak bereaksi atas tantangan ayahnya.
Bindushara yang marah akan melangkah menuruni lantai tahtanya, Dharma segera mendekatinya.

"Mohon berhenti, Samrat!", kata Dharma, "Apakah Anda tidak mempercayai Ashoka? Anak kita tidak akan menyembunyikan apa pun dari kita selama ia memiliki alasan yang kuat. Dia mungkin dipaksa untuk beberapa alasan".
Charumitra berkata ketus, "Dharma! Ashoka adalah anak kesayanganmu, tetapi itu bukan berarti Kau memberikan dia hak untuk melakukan hal yang salah. Dia melawan keputusan Samrat di hadapan semua orang".
Dharma mencoba berkata, "Samrat, Anda harus..."
"Aku tidak mau dengar!", kata Bindushara menentangnya. Dia melangkah ke arah Ashoka dengan marah sambil menudingkan pedangnya ke wajah Ashoka yang hanya diam.

"Jika kau seorang Mauryawamshi sejati, ambil pedangmu!", kata Bindushara. Dharma semakin tegang, demikian juga Kaurwaki.
Ashoka segera mengeluarkan pedang Chandraguptanya dengan enggan sambil tetap menunduk. Di tempatnya Jagannatha nyengir.
Begitu pedang Chandragupta keluar dari sarungnya, Bindushara menyerang Ashoka membabibuta dengan ayunan pedangnya.
Dharma memekik, "Ashoka!". Sedangkan Ashoka hanya berusaha menghindar dan beringsut mundur menghindari sabetan pedang ayahnya. Bindushara yang kalap sekali lagi mengayunkan pedangnya yang mengincar Ashoka.

Dharma berusaha menghentikan Bindushara, dia maju menahan lengan samrat yang mengayunkan pedangnya, sehingga Ashoka selamat. Bindushara yang marah malah mendorongnya, hingga Dharma jatuh terpelanting dan hingga kepalanya terbentur kursi.
Ashoka kaget melihat ibunya celaka, "Ibu!". Dia bergegas mendekati ibunya namun Bindushara menghalanginya menggunakan pedangnya. Kaurwaki kaget melihatnya sedangkan Devi segera membantu membangunkan Dharma.
Ashoka yang marah melayani serangan pedang dari ayahnya. Beberapa kali pedang berbenturan, dan Bindushara harus mundur menghadapi serangan Ashoka.
Saat jarak melebar, Bindushara berkata, "Kau dapat menyelamatkan diri sendiri tetapi tidak pelakunya!".

Kembali Bindushara menyerang Ashoka yang melayani serangan itu sambil berkata, "Aku telah berjanji kepada seseorang. Aku tidak bisa mengingkarinya!".
Bindushara semakin marah, sabetan pedangnya berkali-kali harus dihadapi Ashoka. Hingga saat Ashoka lengah, pedang Bindushara melukai bahu kanannya. Kaurwaki terbelalak kaget, demikian juga Dharma. Namun para musuh Ashoka yang punya kepentingan dan juga Jagannatha gembira melihat kejadian itu.
Bindushara berkata marah, "Melindungi tanah air adalah tugas terbesarmu. Tidak ada yang lebih penting bagimu daripada itu!".

Kembali Bindushara menyerang dengan pedangnya, Ashoka terpaksa menahan dengan pedangnya.
"Berhenti!, kata Dharma berteriak lantang. Bindushara dan Ashoka terkejut melihat Dharma mengarahkan belati di lehernya sendiri. "Aku akan menggorok leherku sendiri!", teriak Dharma mendelik marah. Ashoka segera melepaskan pedang Bindishara dan mendekati ibunya.
"Jangan Bu!", kata Ashoka. "Maka Aku minta kau menyebutkan nama pelakunya!", kata Dharma dengan marah, sambil menangis, "Siapa yang kau coba lindungi lebih dari Pattaliputra?"
"Tidak Bu!", kata Ashoka. Kaurwaki semakin tegang.
"Aku tidak bisa melihat anak dan suamiku bertarung satu sama lain. Katakan kepadaku namanya atau aku akan bunuh diri disini!", kata Dharma marah sambil menangis.

Kaurwaki segera maju menghentikan Dharma. Dia merampas belati dan melemparkannya jauh.
Kaurwaki berkata lantang, "Ini adalah ulah ayahku!, Kaurwaki sambil menunjuk Jagannatha, "Ashoka mencoba menyelamatkan ayahku!".
Semua orang tertegun mendengar ucapan Kaurwaki. Samrat Bindushara terbelalak kaget. Ashoka berusaha menghentikan Kaurwaki namun sia-sia.
Kaurwaki melanjutkan sambil menangis, "Ya, Samrat! Ayahku, Maharaja Jagannatha adalah orang yang mencuri perbendaharaan Magadha. Dia tidak hanya menipuku tetapi kalian, Ashoka, Magadha dan para warganya. Ayah dan anak bertarung hari ini karena ulahnya saja. Setiap perkataanku adalah benar, Samrat".
Kaurwaki menunduk sambil menangis, Ashoka berkata, "Kaurwaki..."

Kaurwaki langsung menyela, "Tidak! Aku tidak bisa seegois ini! Aku tidak bisa membiarkanmu jatuh di mata ayah dan keluargamu demi menyelamatkan keluargaku. Aku yang mendorongmu untuk itu tapi aku menyadari kesalahanku. Samrat, percayalah kepadaku. Seperti Anda, aku juga tidak tahu jika ayahku datang ke sini dengan beberapa maksud lainnya. Saat aku menyadari itu aku ingin memberitahu semua orang. Aku menjadi emosional, egois. Aku tidak bisa membayangkan hidupku tanpa Ashoka. Aku tidak bisa melihat apa-apa kecuali dirinya. Aku telah menjalani setiap detik dari hidupku dengan mimpi ini. Aku takut bahwa mimpi ini mungkin akan hancur jadi aku meminta janji dari Ashoka untuk tetap bungkam. Jika tidak, mimpiku akan hancur. Pernikahan kami takkan terjadi".
Ashoka berbalik dan melangkah ke arah ayahnya yang masih terlihat kesal. Dia berlutut dan menaruh pedang Chandragupta di kaki ayahnya.

"Maafkan Aku. Aku akan menjelaskan pertama kalinya karena itu antara Anda dan Kaurwaki. Aku berpikir bahwa aku mengambil keputusan ini untuk menyelamatkan cintaku. Aku tidak akan hanya kehilangan cintaku tapi Kalingga dan Magadha tidak akan pernah bersatu. Kita bisa kehilangan kesempatan emas untuk menyatukan kerajaan-kerajaan ini, untuk memenuhi impian Guruku akan Akhanda Bharata. Aku tidak ingin hal itu terjadi. Mungkin aku menjadi egois untuk pertama kalinya. Mohon maafkan aku", kata Ashoka sambil mencakupkan tangannya.
Dharma dan Kaurwaki hanya bisa menangis.
Bindushara hanya diam mendengar ucapan Ashoka. Dia berjalan keluar dari ruang sidang. Kaurwaki segera mengejarnya, "Jangan Samrat, mohon Anda berhenti. Maafkanlah dia,jangan menghukum Ashoka untuk kejahatan yang dilakukan oleh ayahku!", kata Kaurwaki. Namun samrat Bindushara tak peduli dia terus melangkah keluar dari ruang sidang.

CUPLIKAN : Di sebuah ruangan, Bindushara berkata, "Aku telah memastikan untuk tidak membiarkan keraguan datang dalam pikiran ibu dan anaknya yang jahat itu!". Charumitra senang "Anda telah menyadari bahwa anak sulung Anda adalah pewaris tahta yang layak". Sushima tersenyum gembira. Bindushara berkata "Pengkhianat tidak akan tahu rencana kali ini"

PREV  1    NEXT
Bagikan :
Back To Top