Sinopsis Ashoka Samrat episode 391 bag 2 by Kusuma
Rasmana. Di luar ruangan panggung Lalitakala, Sushima menjalankan
rencana besarnya ke dalam tindakan nyata. Dia menyulut ujung sumbu yang berasal
dari arah bawah panggung pertunjukan dengan sebatang lidi yang sudah dibakar
dengan api obor yang ada di tepi koridor itu. Api yang membakar sumbu itu mulai
bergerak mengikuti arah sumbu, sementara Sushima segera pergi dari tempat
itu.
Nayaka berkata, "Aku senang karena Dewa akhirnya menyatukan Ashoka dan Kaurwaki". Acharya yang mendengarnya hanya menanggapi dengan senyum. Keduanya memandang ke arah panggung, dimana Ashoka masih berpelukan dengan Kaurwaki.
Sementara Sushima sudah kembali ke depan panggung. Sejenak kemudian, Charumitra, Mahamatya, Siamak dan Sushima diam-diam pergi dari depan panggung tersebut. Keempatnya memperhatikan Nayaka yang penuh kewaspadaan. Nayaka yang melihat mereka jadi curiga, "Mengapa mereka semua kompak pergi?", batinnya. Nayaka yang menoleh terbelalak melihat jejak api memercik yang menuju ke arah panggung dan dia segera bergegas untuk menangani hal itu. Keempat orang yang menjauh dari panggung kehormatan itu diam-diam mengamati yang dilakukan Nayaka.
Bindushara yang masih marah melangkah ke atas panggung, tak peduli dengan Dharma yang menggamit lengannya. Sementara Ashoka dan Kaurwaki masih saling berpelukan erat diatas panggung.
Nayaka yang mendekati api yang memercik dari sumbu itu kaget karena mengarah dan mendekat dengan panggung pertunjukan. "Segera pergi! Aku minta semua orang pergi dari panggung!", teriak Nayaka. Bindushara yang sempat mencabut pedang kaget dengan teriakan itu. Ashoka melepaskan pelukannya kepada Kaurwaki. Dia kaget dan tidak mengerti ada apa Nayaka berteriak tepat di sisi panggung di belakangnya.
"Yuwraj! Cepat pergi!", kata Nayaka lagi. Namun orang-orang yang diatas panggung walaupun kaget malah bengong dan heran, mereka juga belum mengerti maksud Nayaka berteriak. Demikian juga Acharya heran dengan teriakan Nayaka. Merasa akan kehabisan waktu, Nayaka mengeluarkan karung kecil yang berisi peledak dari lubang bawah panggung dengan sumbu yang menyala dan makin pendek. Nayaka menjinjing karung tersebut dan berlari keluar. Semua penonton dan orang yang diatas panggung masih bengong, belum sadar akan bahaya bagi mereka. Sementara keempat pembuat rencana yang mengamati dari jauh menunggu hasil rencana mereka dengan tegang.
Terdengarlah suara ledakan yang bergemuruh menggetarkan ruangan panggung drama itu dan barulah orang-orang diatas panggung dan penonton tersadar dan berlarian keluar untuk melihat kejadian itu. Orang-orang dan keluarga istana segera sampai di koridor yang mengalami kerusakan hebat dan bekas ledakan yang menyisakan kebakaran di tempat itu. Ashoka yang berlari paling depan spontan berteriak, "Nayaka!", sambil berusaha bertimpuh menyusuri puing pilar dan patung hiasan yang masih penuh api dan berasap itu. Dia memegang kain pakaian milik Nayaka dan memastikan Nayaka tewas dalam ledakan dan kebakaran itu! Semua orang terkejut, Bindushara, Kaurwaki, Acharya hanya bengong seakan tidak percaya. Sementara para perencana yang juga musuh Ashoka ikut-ikutan sedih, namun sebenarnya kecewa karena rencana mereka tidak berjalan sepenuhnya.
Ashoka menangisi kematian Nayaka untuk sementara tapi kemudian ia terlihat marah karena dia yakin ini pasti aksi dari para musuhnya.
Di sisi benteng istana, kerajaan secara resmi melakukan ritual
terakhir bagi kamatian Nayaka, dengan melakukan kremasi bagi Nayaka atau benda
yang masih bisa ditemukan dari kebakaran itu. Ashoka berdiri dekat kayu
pembakaran itu dengan sedih dengan mata basah dan memerah. Samrat Bindushara,
Acharya, juga Sushima, Siamak dan Mahamatya berdiri dan para prajurit dan
pendeta berdiri mengelilingi api kremasi itu memberi penghormatan
terakhir.
Sementara Kaurwaki menangis di kamarnya, dia merasa sedih atas kematian Nayaka. Dia teringat bagaimana Nayaka telah menyelamatkannya ketika dia dikirim ke rumah bordil oleh Khichaka saat di Takhsashila. Devi datang menepuk di bahunya untuk menguatkan hatinya.
Kaurwaki berkata, "Aku akan kehilangan segalanya jika bukan karena Nayaka. Dia adalah orang yang setia. Dia mengorbankan hidupnya untuk semua orang. Jika aku begitu terpengaruh oleh kepergiannya, aku tidak tahu apa yang akan dilalui Ashoka".
Di ruangannya, Bindushara yang masih berpakaian putih setelah
ritual kematian, berkata, "Kematian Nayaka telah mengguncang Ashoka. Dia tidak
mengucapkan sepatah kata pun".
Dharma yang sedih juga menangis, "Ini adalah keheningan sebelum badai dari seorang Chanda, Samrat! Bahkan ibunya tidak bisa menghalanginya. Dia tidak hanya kehilangan pengawalnya tetapi sahabat dan pemujanya".
Dharma yang sedih juga menangis, "Ini adalah keheningan sebelum badai dari seorang Chanda, Samrat! Bahkan ibunya tidak bisa menghalanginya. Dia tidak hanya kehilangan pengawalnya tetapi sahabat dan pemujanya".
Bindushara berkata, "Aku pasti menghukum pelaku dari ledakan itu secepatnya. Atau situasi akan berbahaya jika Ashoka sendiri yang akan turun tangan. Hal ini ditulis dengan jelas di dalam nasibnya bahwa dia harus melawan orang yang dicintainya jika ia menjadi Samrat. Aku bisa merasakan bahwa saat itu tidak akan lama lagi".
Masih ditempat ritual kremasi bagi jenazah Nayaka, Ashoka yang
hanya sendirian di tempat itu, teringat kenangan akan Nayaka saat di Takhsashila
puluhan tahun yang lalu.
"Aku tidak setuju dengan perintah penguasa menjadikan seorang perempuan menjadi Nagarawadhu, namun aku seorang pelayan, maka aku harus mematuhi perintah swami-ku", demikian kata Nayaka saat bertarung melawannya demi menyelamatkan Kaurwaki yang waktu itu juga masih remaja. Dan setelah kematian Kichaka, Nayaka menjadi pengikut setia Ashoka, ikut ke istana Pattaliputra dan selalu membantu Ashoka saat masa-masa sulitnya hingga kejadian terakhir yang merenggut nyawanya. Ashoka sempat tersenyum getir mengingat semua itu, namun kemarahannya muncul lagi saat melihat Nayaka yang telah jadi abu di depannya. "Akan ada keadilan sekarang, keadilan tanpa kegagalan!", guman Ashoka marah
Dia mendekati sisa perapian yang sudah tinggal abu yang bercampur dengan sisa kayu bakarnya. Dia mengambil abu dan menggenggamnya di tangan. Ashoka menatap abu itu dan meyakinkan tekadnya.
Di ruang sidang dalam istana, dimana juga dihadiri oleh para
Rani, para pangeran, Acharya dan Mahamatya. Acharya Radhagupta menjelaskan
kepada samrat tentang penyebab terjadinya ledakan dan bahan peledak yang dipakai
dalam ledakan itu.
Bindushara berkata, "Aku tidak ingin membuang-buang waktu saat ini. Aku ingin pelakunya segera ditangkap!".
Acharya Radhagupta berkata, "Sebelumnya Kami telah mencurigai dua prajurit yang merupakan pengawal Sushima tapi mereka telah membunuh dirinya sendiri sebelum membuka mulut mereka".
Semua orang terkejut mendengar penjelasan Acharya, termasuk Samrat, Charumitra, Siamak dan Mahamatya.
Sushima yang ikut terkejut berkata, "Dua prajuritku? Aku tidak menyangka ini melibatkan dua pengawalku, Aku tidak menyadari apa-apa tentang hal itu". Radhagupta hanya memperhatikan Sushima yang sibuk berkilah dengan ocehannya.
"Ayahanda, Kita tidak bisa mempercayai siapa pun hari ini. Aku yakin seseorang pasti menggoda mereka untuk melakukan sesuatu. Ini adalah hal yang direncanakan dengan baik. Motifnya adalah untuk merugikan kita semua. Bisa saja kerajaan musuh yang berada di balik itu. Kita semua tahu siapa musuh terbesar Magadha!", kembali Sushima berkata sambil melirik sekilas ke arah Kaurwaki. Perhatian raja dan keluarga yang lain serentak menoleh kepada Kaurwaki. Bahkan Charumitra melihat Kaurwaki dengan pandangan sinis.
Kaurwaki yang merasa diperhatikan berkata, "Aku tidak akan berada di atas panggung itu jika aku memang merencanakan hal itu!".
Sushima berkata, "Kaurwaki, kami semua sudah tahu bagaimana rendahnya Kalingga yang bisa membungkuk demi memenuhi tujuannya".
Charumitra menambahkan, "Itulah mengapa Kaurwaki menyembunyikan kebenarannya dari kita. Dia adalah putri Jagnnatha. Dia datang ke sini dengan niat untuk membalas dendam!".
Dharma berkata tegas, "Tidak! Kaurwaki tidak bisa melakukannya. Dia bisa mengorbankan hidupnya untuk Ashoka tetapi ia tidak bisa merenggut siapa pun".
Bindushara bertanya, "Jika Kaurwaki tidak melakukannya. Lalu siapa yang bisa?"
Ashoka menjawab pelan, "Gondana! Dengan kata lain Rajmata Helena!", Ashoka berkata seakan tidak perhatian ke sidang itu. Ucapannya membuat Sushima, Siamak, Charumitra dan Mahamatya terhenyak walaupun berusaha menyembunyikannya.
Bindushara berkata, "Ashoka! ucapanmu tak berarti apapun. Tuduhanmu telah terbukti tidak berdasar".
Semua orang menunggu tanggapan Ashoka, namun Ashoka hanya diam dan bengong.
Sushima berkata, "Ayahanda, biarkan saja Ashoka bertahan dengan omong kosongnya. Biarkan dia membuktikan bahwa Kaurwaki tidak bersalah. Kaurwaki juga memiliki motif dan sumber daya karena kerajaannya bermusuhan dengan kita. Aku yakin dia hanya datang untuk misi ini. Menurutku kita harus menyelidiki dari sudut ini".
Ashoka yang tadi bengong, tiba-tiba berteriak, "Cukup!". Semua orang dalam ruang sidang itu terkejut, termasuk samrat.
"Tidak akan ada bukti atau investigasi kali ini. Hanya akan ada keadilan sekarang! Orang tidak akan salah arah lagi. Kebenaran telah bengkok dan hancur disini. Dengan cara ini bahkan Samrat akan dicurigai suatu hari. Orang-orang juga akan merasa ketakutan dan diteror", kata Ashoka dengan nafas turun naik menahan kemarahannya.
Charumitra bertanya kepadanya, "Kau seorang pangeran Magadha, bagaimana bisa kau menunjukkan ketidakpercayaan terhadap hukum-hukum Magadha, Ashoka? Keadilan melihat ketidakadilan yang lain. Orang membutuhkan bukti untuk itu".
Charumitra berbalik kepada Samrat, "Samrat, Anda harus membuat tim investigasi. Kami harus terbebas dari tekanan atau teror. Para putri juga khawatir. Kita harus memilih istri bagi pangeran kita. Kita masih beruntung bahwa hanya seorang prajurit kehilangan nyawanya dalam insiden ini".
Ashoka yang marah menanggapi ucapan Charumitra, "Bukan satu prajurit, Maharani Charumitra! Kita telah kehilangan penyelamat! Dia bukan hanya seorang prajurit. Dia penjaga Magadha! Dia pengawal Ibu pertiwi. Tanah air ini telah kehilangan putra terbaiknya. Aku tahu Rajmata masih hidup. Aku akan mendapatkan dia dari mana saja. Tidak akan perayaan di istana sampai kebenaran terungkap! Aku telah memberi kesempatan yang cukup untuk semua orang, tetapi sekarang tidak lagi. Musuh harus mendengarkan dan memahami bahwa mereka akan menemui nasib yang sangat buruk sekarang. Ini adalah janjiku kepada mereka, bahkan jika mereka adalah orang-orangku sendiri maupun orang asing sekalipun!".
CUPLIKAN : Di sebuah ruangan rahasia, Ashoka sedang memberi
perintah pencarian kepada para prajurit mata-matanya. Ashoka memerintahkan
prajuritnya untuk menginformasikan dia secepatnya. Di gua rahasia
persembunyiannya, Helena berkata, "Ashoka telah memasang perangkap untuk
menangkapku. Dia tidak memberikan pilihan bagiku. Aku akan mengirimkan surat
kepada Yunani untuk meminta bantuan". Siamak dan Sushima hanya diam
menyimak.