Sinopsis Ashoka Samrat episode 353 by Kusuma Rasmana

Sinopsis Ashoka Samrat episode 353 by Kusuma Rasmana. Dalam arena pertarungan gulat di Nalanda, Ashoka dan Sushima saat itu saling berhadapan siap bertarung untuk saling mengalahkan. Dari tempatnya, Helena tersenyum puas menyaksikan kedua putra keturunan Maurya berhadapan di arena pertarungan yang berdarah, demikian juga Siamak tak sabar menanti siapa diantara kakak beradik itu yang akan mati.
Di tempatnya yang membaur bersama penonton, Acharya Radhagupta berpikir, "Dewi Dharma masih belum sampai di sini". Sementara di kursinya Charumitra yang menatap ke arah arena berpikir,"Tahta Magadha akan jatuh pada anakku setelah Ashoka tewas!". Sedangkan Helena tersenyum culas dan berpikir, "Aku telah menunggu sejak 10 tahun saat-saat ini dimana kedua bersaudara bisa mati melawan satu sama lain!"

Sementara Ashoka dan Sushima saling tatap di arena, Mahamatya mengumumkan, "Satu-satunya aturan di laga ini adalah bahwa tidak ada aturan! Pertarungan ini hanya akan berhenti ketika salah satu pegulat menyerah atau salah satu dari mereka mati di arena!"
Di arena, dengan tetap menatap lawannya, Ashoka mengencangkan ikatan kain khusus dipinggangnya. Sushima melihat kain yang dikenakan oleh lawannya itu dan berkata "Kau mengenakan kain wanita. Kau ingin aku berpikir bahwa kau adalah seorang wanita dan tidak akan membunuhmu?".


"Kalau begitu, aku tidak akan membunuhmu Ibu", kata Sushima mencakupkan tangan ke kain itu dan melangkah mengitari Ashoka sambil menggelengkan kepala dan tertawa mengejek.
Ashoka menahan marah dan bertanya, "Apakah kau tidak mengenali kain ini? Ini adalah kain yang sama disaat kau menghina ibuku. Kau menendang ibuku dengan kakimu itu. Aku akan mematahkan kaki itu sebelum membunuhmu!"
Sushima tersenyum sinis seakan terkesan, "Sisi emosionalmu sangat hidup sekarang! Aku berharap kau berada di sana pada waktu itu untuk melihat bagaimana aku menendang ibumu"
Ashoka menjawab, "Kain inilah yang akan membalut bangkaimu, Sushima!"
Sushima berkata "Lihat saja nanti!"
Ashoka menjawab, "Dunia ini akan melihat ketika aku, Chanda akan membunuhmu"
Bindushara berkata dari kursi kehormatannya, "Ayo, mulai pertarungannya!"
Seorang pria meniup terompet besar yang menderu menandai awal pertandingan gulat antara Sushima melawan Chakrawarti Chanda.

Sementara itu, jauh di luar bangunan arena gulat, masih ditempat sebelumnya, Nayaka masih kesulitan dalam menarik atau mendorong salah satu roda kereta yang terjebak keluar dari lubang berlumpur. Disampinganya berdiri Dharma dan Witashoka dengan cemas.
Di arena pertarungan, Sushima yang masih berdiri berhadapan dengan lawannya berkata, "Aku harus berbicara denganmu, Adikku, sebelum pertarungan ini dimulai".
Dia menaruh tangannya di bahu Ashoka dan berkata lagi, "Ini akan menjadi sejarah. Hanya waktu yang akan memberitahu apa yang akan terjadi. Semua orang yang hadir di sini percaya salah satu dari kita akan mati. Aku tidak pernah menerimamu sebagai adikku karena kau selalu melawanku. Kau pernah menganggap aku sebagai kakakmu beberapa waktu. Aku ingin memelukmu sekali untuk terakhir kalinya karena alasan yang sama sebelum membunuhmu". Sushima merentangkan kedua tangannya.

Ashoka yang mungkin tidak curiga karena kemarahannya, tidak menolak permintaan Sushima. "Tentu saja, Sushima! Keinginan orang yang akan mati harus dipenuhi", kata Ashoka menyambut pelukan itu dengan marah. Sushima yang memeluk tersenyum sinis dengan pikiran yang bergejolak.
Melihat kedua petarung itu saling berpelukan, semua orang yang menonton, baik penonton biasa, maupun para pejabat kerajaan terkejut dan heran. Di kursinya, Bindushara berpikir, "Sushima memeluk pesaingnya bukannya membunuhnya".
Helena dan Siamak juga kaget dengan pemandangan itu, sedangkan Radhagupta heran dan mulai curiga akan sesuatu.
Sushima yang memeluk Ashoka dengan gerakan tanpa menarik perhatian, tangan kanannya menusukkan jarum kecil dipunggung Ashoka. Ashoka terhenyak kaget dan mulai merasakan pengaruh tusukan kecil itu. Entah kenapa seketika tubuh Ashoka terpental dan jatuh beberapa langkah di depan Sushima. Ashoka terkapar tidak sadarkan diri di lantai arena. Para penonton kaget, demikian juga orang yang duduk seketika berdiri dengan kaget. Dharma yang masih di tempat sebelumnya, seketika terkejut dan berteriak, "Ashoka!"

Bindushara, Siamak, Mahamatya, para Acharya dan para pejabat kerajaan bangkit dari duduknya, demikian juga Acharya Radhagupta, Acharya peramal dan Helena yang berdiri bersama penonton. Charumitra dan Sushima terkejut dengan alasan yang berbeda. Para penonton mulai ramai berbisik kasak-kusuk dengan heran dan curiga. Bindushara merasa marah dengan kejadian aneh tersebut.
Masih ditempat sebelumnya, Dharma merasakan sesuatu dan berkata, "Ashoka! Ashoka dalam bahaya. Aku tidak bisa menunggu lagi!". Dharma berlari bersama Witashoka, Nayaka yang masih berusaha menarik roda kereta terkejut melihat kepergian Dharma dan putranya.
Acharya Radhagupta dan Acharya Peramal segera turun ke arena pertarungan dan memeriksa Ashoka yang masih terbaring pingsan. Charumitra dan Sushima seolah merasakan hal yang sama, mereka menyembunyikan senyum mereka
Di kursi kehormatan, seorang Acharya merasa heran, "Bagaimana mungkin membunuh Chanda tanpa menyakitinya?"
Bindushara yang marah dan curiga bertanya kepada Sushima, "Apa yang kau lakukan kepada Chanda?".

Sushima kaget karena tidak menduga Samrat akan bertanya. Dia berkilah seakan tidak bersalah, "Aku hanya memberinya pelukan kasih sayang tapi dia tidak tahan. Aku tidak melakukan apapun, Ayah!"
Salah seorang Acharya berkata, "Kau pasti telah melakukan sesuatu kepada Chanda. Kalau tidak, mengapa dia bisa jatuh begitu saja?". Para penonton lainnya juga mencurigai pangeran Magadha itu, mereka masih sibuk berbisik-bisk. Sushima kaget mendengar ucapan Acharya itu yang mencurigainya, Charumitra merasa kaget dan tidak senang.
Bindushara berkata, "Tindakanmu yang bermain curang dan menipu sungguh mempermalukan Aku!"
Charumitra berkata membela Sushima, "Samrat, Anda menyalahkan putraku sekarang? Mengapa anakku selalu disalahkan atas semua hal yang berjalan salah? Dia tidak melakukan apa pun! Saat seorang ayah meragukan anaknya dan tidak percaya kepadanya lalu apa lagi yang akan orang-orang lakukan kepadanya?". Charumitra berlagak sedih dan terpukul.

Di kursinya, Siamak menggelengkan kepala dan berpikir, "Hmm, Orang-orang India ini memainkan lakon di manapun, di setiap tempat dan setiap waktu!". Helena yang berdiri bungkuk diantara penonton merasa sedih. "Penantianku selama 10 tahun, tidak boleh berakhir dengan semudah ini!", batin Helena.
Sementara itu Kaurwaki yang berpakaian pelayan dan kabur dari rombongannya sedang berlari menyusuri hutan. Dia merasa lelah, nafasnya tersengal namun dia tidak mau beristirahat. "Jika ayah tahu bahwa itu adalah Bela, maka dia pasti akan mencoba untuk mencariku. Aku tidak bisa membiarkan siapapun yang menghalangi pertemuanku dengan Ashoka!". Setelah itu dia berlari lagi, tak peduli lagi dengan dupattanya yang jatuh di rumput.

Di arena pertarungan gulat di Nalanda, Radhagupta dan Acharya peramal masih memeriksa Ashoka yang masih pingsan. Wajah Ashoka telah berubah menjadi biru seakan karena pengaruh racun tertentu.
Acharya Radhagupta mengangkat kepala Ashoka dan meminumkan sesuatu dari botol kecil yang dibawanya ke mulut Ashoka. "Aku sudah curiga sebelumnya, Charumitra dan Sushima akan merencanakan sesuatu. Jadi aku datang dan siap dengan solusi dari masalah yang mungkin akan terjadi!", bisik Radhagupta kepada Acharya peramal.
Charumitra menyeringai senang, demikian juga Sushima yang berdiri disisi lain arena. Mereka berdua senang melihat kondisi Ashoka yang masih tergolek tidak sadarkan diri.

Kilas balik ditampilkan, Charumitra memberikan sebatang jarum kecil kepada Sushima. “Ini kecil tetapi mengandung racun berbahaya. Dengan ini maka kemenanganmu akan dipastikan! Ashoka telah bangkit dari kematian berkali-kali sebelumnya, tapi tidak kali ini. Kali ini dia akan memohon kepadamu demi nyawanya!”, kata Charumitra, kilas balik berakhir.
Charumitra yang berdiri berpikir, "Ashoka sedang sekarat tapi sayangnya, Dharma tidak ada di sini. Dia akan kehilangan putranya tepat di depan matanya sendiri. Dia akan menyadari bagaimana sakitnya kehilangan anak!".
Sementara itu, Dharma dan Witashoka yang sedang berlari terjatuh karena tersandung sesuatu. Dharma segera membangunkan Witashoka yang mengerang kesakitan karena ikut jatuh namun Witashoka mengatakan baik-baik saja.

Dharma yang terduduk segera menengadah dan berdoa demi Ashoka. "Ya, Bholenatha, Aku telah mencoba untuk menghentikan dia dari pembalasan dendamnya selama bertahun-tahun. Aku tahu amarah dan sikap agresifnya bisa menghancurkan segalanya! Dia akan berada di arena gulat hari ini untuk memperjuangkan kebenaran dan keadilan. Lindungilah dia! Jika Sushima sampai mengalahkannya dan sesuatu terjadi padanya hari ini maka itu akan menjadi kekalahan dharma, Magadha dan persatuan India", kata Dharma. Witashoka hanya memandang ibunya yang berdoa. Dharma dan Witashoka lalu bangkit dari duduknya. Sambil menahan kakinya yang sakit mereka kembali melangkah bergegas. Sementara agak jauh dibelakang mereka, Nayaka juga berlari kearah yang sama.

PREV  1  2
Bagikan :
Back To Top