Sinopsis Ashoka Samrat episode 352 bag 2 by Kusuma Rasmana.
Kaurwaki yang menyamar sebagai Bela sambil menutupi wajahnya, menjawab,
"Putri sangat marah kepada saya. Dia telah memecat saya dari tugas sebagai
pelayan. Dia tidak ingin melihat wajah saya lagi dan telah mengusir saya, jadi
saya akan pergi"
Jagannatha bertanya, "Kemana kau akan pergi malam-malam begini?"
Kaurwaki menjawab, "Kuil Shiwa Shambhu"
Jagannatha bertanya lagi "Mengapa kau menutupi wajahmu?".
Kaurwaki hanya diam. Jaganntha berteriak marah, "Ayo jawab pertanyaanku!".
"Buka kerudungmu sekarang!", pinta Jagannatha lagi.
Jagannatha bertanya, "Kemana kau akan pergi malam-malam begini?"
Kaurwaki menjawab, "Kuil Shiwa Shambhu"
Jagannatha bertanya lagi "Mengapa kau menutupi wajahmu?".
Kaurwaki hanya diam. Jaganntha berteriak marah, "Ayo jawab pertanyaanku!".
"Buka kerudungmu sekarang!", pinta Jagannatha lagi.
Kaurwaki yang merasa akan ketahuan akhirnya pasrah bermaksud membuka dupatta-nya. Namun dari dalam tenda, Bela melihat kejadian itu. Dia berpikir harus melakukan sesuatu untuk mengalihkan perhatian Jagannatha dari Kaurwaki yang menyamar dan bermaksud kabur dari tempat itu. Bela menjatuhkan guci hiasan dalam tenda Kaurwaki. Jagannatha yang mendengar bunyi gaduh dari dalam tenda bergegas pergi ke arah tenda. Jagannatha meminta prajuritnya untuk memperketat keamanan. Sementara Kaurwaki yang menyamar segera kabur dari tempat itu.
Di dalam tenda, ruangan Kaurwaki, Bela menuangkan minyak tanah di atas kepalanya hingga seluruh badan dan pakaiannya basah oleh minyak.
"Maafkan aku karena telah menyembunyikan kebenaran lain darimu,
Tuan Putri. Pangeran Ashoka dan Putri Kaurwaki telah dipisahkan di masa lalu
tapi keduanya akan bersatu lagi segera", kata Bela. Bela mencakupkan tangannya
dan berdoa,
"Wahai Mahadewa, Maafkan aku, mohon persatukan mereka dalam cinta! Jangan biarkan pengorbananku sia-sia".
Bela mengambil diya (lampu) yang menyala dan memegangnya didepan dadanya,
"Wahai Mahadewa, Maafkan aku, mohon persatukan mereka dalam cinta! Jangan biarkan pengorbananku sia-sia".
Bela mengambil diya (lampu) yang menyala dan memegangnya didepan dadanya,
Di luar tenda, Jagannatha berkata kepada prajuritnya, "Kita akan pergi segera setelah matahari terbit".
Saat itulah Jagannath mendengar teriakan menyayat dari dalam tenda kerajaan. Dia berlari menuju tenda itu, namun dia terkejut melihat jilatan api muncul dari arah kamar putrinya di tenda kerajaan. Dia bermaksud menerjang api itu untuk menyelamatkan Kaurwaki yang terus berteriak kesakitan, namun para prajurit memegang tangan Jagannatha. Api semakin membesar membakar tenda kerajaan, para prajurit terus memegangi rajanya yang berteriak histeris ingin menyelamatkan putrinya. Sang raja menangis sedih dan jatuh terkulai.
"Bagaimana bisa kau menghukum ayahmu dengan cara ini! Apa yang kau lakukan putriku!", Jagannatha menangis tersedu-sedu atas peristiwa yang menimpa putrinya. Prajurit terus menahan tangannya, sementara api semakin membesar membakar tenda kerajaan yang mewah itu.
Pagi hari, kereta yang dikusiri oleh Nayaka itu masih berlari
kencang. Di dalam kereta, Dharma meminta Nayaka untuk meningkatkan kecepatan
kereta. "Kita harus sampai di arena itu sebelum Ashoka bertarung", kata Dharma.
Nayaka hanya mengangguk mendengar perintah itu. Di suatu tempat di tepi sebuah
telaga di Nalanda, Ashoka sedang berdoa menghadap ke arah Sang Surya yang
bersinar sejuk dengan sikap berdiri disatu kaki dan tangan dicakupkan diatas
kepala. Lagu Ashoka Haa Ashoka Hai mengiringi adegan ini.
Di pesanggrahan keluarga kerajaan di Nalanda, Charumitra sedang
bersama Sushima yang tengah berdiri merentangkan tangan memegang kapas yang
menyala di tangannya. Charumitra berkata, "Semuanya telah terjadi masih sesuai
dengan rencana kita sampai sekarang. Ashoka sedang berjalan menuju mautnya
sendiri. Sekarang aku ingin melihatmu membunuh Ashoka dengan tanganmu. Setelah
itu, tahta Magadha akan menjadi milikmu!".
Sushima menggenggam kapas yang menyala itu dan meremasnya menjadi abu kehitaman di tangannya. Charumitra memegang tangannya, mengoleskan sedikit sisa abu itu dan melakukan tilak dengan abu hitam itu ke dahi Sushima.
"Semoga Kau menang!", kata Charumitra
Sushima menggenggam kapas yang menyala itu dan meremasnya menjadi abu kehitaman di tangannya. Charumitra memegang tangannya, mengoleskan sedikit sisa abu itu dan melakukan tilak dengan abu hitam itu ke dahi Sushima.
"Semoga Kau menang!", kata Charumitra
Di tempat lain, di tepi sebuah telaga, Acharya Radhagupta
melakukan tilak di dahi Ashoka. Ashoka membungkuk menyentuh kaki Acharya untuk
meminta berkat dari Acharya Radhagupta. Acharya Radhagupta berkata, "Aku yakin
kau akan mendengarkan hatimu. Kebenaran akan menang!". Ashoka tersenyum kepada
Radhagupta dan Acharya peramal yang juga ada disitu.
Dalam bangunan arena pertarungan, semua orang telah berkumpul
untuk menonton pertarungan gulat babak terakhir antara Sushima melawan
Chakrawarti Chanda. Para Acharya lain, baik pejabat maupun bukan pejabat
kerajaan semua berdatangan menyaksikan pertarungan itu. Para penonton bersorak
menyerukan nama Sushima, walaupun arena pertarungan masih kosong, karena
pertarungan belum dimulai.
Salah seorang Acharya berkata, "Orang-orang begitu bersemangat. Hal ini mengingatkanku pada pertarungan antara Rajkumar Sushima dan Rajkumar Ashoka di masa lalu".
Beberapa Acharya lainnya setuju dengan pendapat acharya itu.
Acharya itu kembali berkata, "Tidak ada yang bisa menentukan siapa yang akan muncul sebagai pemenang di antara Rajkumar Sushima dan Chanda yang dari kalangan biasa. Tapi ini pasti akan sangat mengesankan!".
Dalam perjalanannya, Nayaka terus memacu keretanya dengan
kencang. Namun sial, kereta yang membawa Dharma dan Witashoka itu terjebak dalam
lubang berlumpur. Nayaka turun untuk menarik keluar dengan aman roda yang
terperosok ke dalam lubang berlumpur itu. Nayaka berusaha mendorong roda kereta
ke depan, namun roda tetap terjebak.
Dalam bangunan arena pertarungan, Bindushara dan Charumitra
sedang melangkah melewati pintu utama panggung penonton di sisi arena. Di pintu
itu tak sengaja dia hampir menabrak wanita tua yang sedang melangkah bersama
para penonton lainnya. Bindushara memegang seorang wanita tua yang menutupi
tubuh dan wajahnya dengan kain yang hampir jatuh itu.
"Hati-hati, Bu!", kata Bindushara. Wanita hanya mengangguk pelan tanpa menjawab. Bindushara dan Charumitra masuk menuju kursi kehormatan yang diperuntukkan untuk mereka.
Wanita tua itu menoleh ke arah Samrat, dan dibalik kerudung jingganya yang terbuka menampilkan wajah seorang ibu suri Magadha yaitu Helena yang tersenyum penuh misteri.
Sushima dan Siamak segera bangkit dari kursinya saat Bindushara menuju kursi kehormatan yang mirip dengan singgasana di istana Magadha. Siamak memberikan sembah hormatnya, Bindushara agak kaget melihat Siamak hadir disana. "Siamak? Kapan Kau datang kemari? Kau datang terlambat, tapi baguslah kau datang", kata Bindushara. Siamak menjelaskan alasan keterlambatannya.
"Aku baru melihat kedua anak-anakku bersama setelah begitu lama", kata Bindushara. Sushima hanya tersenyum sinis tanpa diketahui oleh Bindushara.
Di tempatnya, Mahamatya mengumumkan dimulainya pertarungan
antara Sushima melawan Chakrawarti Chanda.
"Inilah dia petarung hebat, seorang wirayudha (pemberani), yang belum terkalahkan, yang membiarkan lawan-lawannya tetap hidup, yang hanya mau menundukkan kepala kepada ibu, guru dan tanah airnya, yang dicintai oleh para warga, Chakrawarti Chanda!", kata Mahamatya.
"Inilah dia petarung hebat, seorang wirayudha (pemberani), yang belum terkalahkan, yang membiarkan lawan-lawannya tetap hidup, yang hanya mau menundukkan kepala kepada ibu, guru dan tanah airnya, yang dicintai oleh para warga, Chakrawarti Chanda!", kata Mahamatya.
Penonton bersorak menyerukan nama Chanda. Diantara para penonton, Helena yang membungkus tubuhnya yang tua dengan kain jingga ikut menyaksikan, juga Acharya Radhagupta dan Acharya Peramal ikut berbaur bersama penonton biasa. Ashoka yang memakai nama Chakrawarti Chanda melangkah dengan pelan memasuki arena. Helena dari sisi penonton melihat sosok Chanda dan tersenyum culas. Demikian juga Bindushara, Charumitra, Siamak dan Sushima melihat Chanda yang terus dielu-elukan namanya oleh para penonton. Acharya Radhagupta dan Acharya peramal menatap Ashoka yang berhenti di tepi arena pertarungan.
"Dan ini dia kesatria tangguh Magadha, putra sulung Samrat Bindushara yang perkasa, Pangeran Sushima!", kata Mahamatya lagi. Para penonton menyerukan nama Sushima berkali-kali. Sushima bangkit dari kursinya di tempat para bangswan dan pejabat, dia segera melangkah masuk ke dalam arena. Ashoka menatap lawannya dengan lekat sambil melangkah menuju tengah arena. Sushima dan Ashoka sekarang berdiri saling berhadapan, keduanya saling menatap ke arah mata lawannya. Bindushara menatap kedua petarung itu. Demikian juga Charumitra, Helena dan Siamak dengan pergolakan hati yang berbeda-beda.
Ashoka menekuk lututnya sambil membetulkan kain balas dendam milik ibunya yang diikatkan dipinggangnya. Dia mengambil sedikit debu di lantai arena dengan tangan dan mengusapkan debu itu di dahinya sebelum memulai pertarungan ."Jai Janani!", kata Ashoka lalu bangkit berdiri.
Ashoka dan Sushima sekarang saling berhadapan siap bertarung saling mengalahkan. Dari tempatnya, Helena tersenyum puas menyaksikan kedua putra keturunan Maurya berhadapan di arena pertarungan yang berdarah.
CUPLIKAN : Di arena pertarungan, Sushima bertarung melawan
Ashoka, mereka berusaha saling mengalahkan satu sama lain sampai berdarah-darah.
Mahamatya berkata, "Salah satu dari mereka akan kalah. Hanya satu yang akan
menang. Kita akan melihat siapa yang kalah!". Dharma dan Witashoka datang ke
ruang arena pertarungan. "Ashoka!", teriak Dharma, Ashoka dan Sushima yang akan
saling serang berhenti karena panggilan itu. Sementara Bindushara, Charumitra
dan Siamak terkejut melihat siapa yang datang. Semua orang memandang mereka
dengan heran.