Sinopsis Ashoka Samrat episode 351 by Kusuma
Rasmana. Di arena kompetisi gulat di Nalanda, Mahamatya mengumumkan
Sushima sebagai pemenang setelah dia membunuh lawannya dengan brutal. Para
penonton bersorak menyerukan, "Hidup, Pangeran Sushima"!, berulang-ulang
sementara Sushima merentangkan kedua tangannya seperti juara sejati. Charumitra
yang duduk di tempat para bangsawan yang menonton pertarungan itu, merasa senang
atas kemenangan putranya. Bindushara di kursinya masih terhenyak, atas
kebrutalan yang baru ditampilkan anaknya. Sushima meninggalkan arena pertarungan
sambil mengusap bekas cipratan darah lawan disudut pipinya.
Mahamatya kembali mengumumkan, "Pertarungan berikutnya adalah Bawandar si lengan perkasa!". Seorang petarung muda melompat ke dalam arena dan beraksi dengan gaya tarungnya yang mematikan.
Mahamatya kembali mengumumkan, "Pertarungan berikutnya adalah Bawandar si lengan perkasa!". Seorang petarung muda melompat ke dalam arena dan beraksi dengan gaya tarungnya yang mematikan.
Mahamatya melanjutkan, "Dan inilah petarung lawan yang akan melawannya, Chakrawarti Chanda!". Sushima yang sedang melangkah kaget mendengar nama Chakrawarti Chanda disebut, demikian juga Charumitra tercuri perhatiannya.
"Chanda telah mengalahkan Mallu yang sebelumnya tak
terkalahkan. Dia telah menolak untuk menundukkan kepalanya di hadapan Samrat
namun orang seperti dia....."
Belum selesai kalimat yang diucapkan Mahamatya, para penonton mulai bersorak menyerukan nama Chanda berulang-ulang. Saat itu Ashoka dengan pakaian petarung melangkah lebar masuk ke arena. Sushima berbalik dan menatapnya dengan marah.
Charumitra dan Bindushara yang duduk terpisah memperhatikan petarung yang bernama Chakrawarti Chanda itu.
Belum selesai kalimat yang diucapkan Mahamatya, para penonton mulai bersorak menyerukan nama Chanda berulang-ulang. Saat itu Ashoka dengan pakaian petarung melangkah lebar masuk ke arena. Sushima berbalik dan menatapnya dengan marah.
Charumitra dan Bindushara yang duduk terpisah memperhatikan petarung yang bernama Chakrawarti Chanda itu.
Ashoka berhenti di tempatnya, dia menatap Sushima yang berdiri memandangnya. Sushima ingat dia adalah pemuda yang sama yang mencemoohnya saat berkuda di jalan pasar festival Kumbha Mela di tepi sungai Gangga beberapa waktu yang lalu. Kedua orang yang sebenarnya bersaudara itu saling menatap marah. Sushima berlari akan menerjang Ashoka. Ashoka juga berlari menyongsong lawannya. Mereka lalu melompat dan saling menerjang dengan tekad dan saling membenturkan dada. Ashoka jatuh terdorong jauh ke belakang karena tubrukan itu. Sedangkan Sushima hanya terdorong sejengkal. Ternyata itu hanyalah imajinasi Sushima yang menatapnya marah. Dia dan Ashoka masih berdiri di tempatnya masing-masing.
Charumitra tertegun dan bangkit dari duduknya memandang
petarung yang bernama Chanda itu. "Aku yakin nama petarung Chakrawarti Chanda
bukan nama sebenarnya, dia adalah anak Dharma, Ashoka. Mataku masih mengenalnya
dengan baik. Dia memiliki tekad, kemauan dan kepercayaan diri yang sama!", batin
Charumitra.
Ashoka yang masih berdiri di arena juga melihat Charumitra. Dia ingat kejadian di istana 10 tahun yang lalu, bagaimana dia membeberkan kejahatan Charumitra didepan sidang istana yang menggunakan ilmu hitam untuk mencelakai ibunya. Ashoka lalu melihat ke arah Sushima yang baru duduk di kursinya, melihat Charumitra lagi dan Binduhara berganti-ganti.
Pertarungan antara Bhawandar melawan Chakrawarti Chanda berlangsung seru. Bhawandar yang menyarangkan pukulan beruntun bisa diatasi oleh Ashoka. Ashoka bahkan melakukan serangan balik dengan pukulan bertubi-tubi, hingga Bhawandar jatuh terkapar di arena.
Bindushara tersenyum puas menonton pertarungan itu, dia memuji cara pertarungan Chanda. "Chanda sangat cepat dalam aksinya. Sungguh luar biasa! Tidak ada yang berhenti bersorak untuk Chanda", puji Bindushara.
Sushima dan Charumitra kurang senang mendengar pujian samrat
kepada petarung Chanda, sementara para penonton terus bersorak menyerukan nama
Chanda. Di arena, Bhawandar kembali bangkit dan melakukan serangan. Namun
pukulannya dipatahkan oleh Ashoka dengan tangkisan, disusul pukulan beruntun dan
tendangan hingga Bhawandar jatuh di arena lagi. Ashoka segera melompat menerjang
lawannya dengan tendangan, namun Bhawandar segera mengangkat tangannya tercakup
ke atas. Ashoka segera mengurungkan serangannya karena Bhawandar sudah menyerah.
Ashoka meredakan kemarahan dan menenangkan tenaganya. Sushima memandang heran
dengan aksi Ashoka yang tidak menyakiti atau membunuh lawan yang menyerah. Dia
bahkan menarik lengan lawannya yang bangun dan meninggalkan arena.
Siamak tiba di tempat pertarungan itu, dia juga melihat petarung bernama Chanda yang dia yakini adalah Ashoka. Dia melihat dan mendengar para penonton terus menyerukan nama Chanda berkali-kali.
Siamak tiba di tempat pertarungan itu, dia juga melihat petarung bernama Chanda yang dia yakini adalah Ashoka. Dia melihat dan mendengar para penonton terus menyerukan nama Chanda berkali-kali.
Siamak berpikir, "Hanya Ashoka yang dapat membawa senyum di wajah Bindushara".
Di arena, Ashoka terlihat lebih bersemangat dari sebelumnya. Ashoka memenangkan kompetisi dan segera meninggalkan arena. Sementara para penonton masih terus menyerukan nama Chanda.
Sushima berguman, "Ia masih saja belum berhenti dari kebiasaannya menjadi favorit masyarakat. Hanya orang yang tak berguna seperti dia, yang bisa membuat tempat untuk dirinya di hati orang-orang yang tidak berguna itu!"
Di suatu tempat di jalan besar, Jagannatha menghentikan
rombongannya yang terdiri dari pelayan, pengawal dan prajurit yang memikul tandu
untuk beristirahat sementara waktu. Jagannatha menyuruh Bela memeriksa Kaurwaki
dalam tandunya.
Bela melihat Kaurwaki yang masih terbaring dan berkata, "Dia masih pingsan". Jagannatha ikut memastikan dengan membuka tirai tandu untuk melihat putrinya.
Jagannath berkata, "Dia akan berada jauh dari Ashoka untuk selama-lamanya mulai besok!"
Di dalam ruangan rahasianya, Helena sedang memainkan
pertarungan gulat dalam bentuk kecil, dimana ada arena berpasir dan boneka
petarung dalam ukuran kecil juga. Helena berkata, "Apa yang akan kau lakukan
Helena? Mulai sekarang, bumi akan berwarna merah oleh darah! Dua gunung akan
berbenturan satu sama lain. Apa lagi yang akan terjadi sekarang ketika Ashoka
dan Sushima berhadapan?"
Di arena pertarungan sebenarnya di Nalanda, Sushima bertarung
melawan peserta yang berkulit gelap dan kepala botak. Sushima menyerang lawannya
beruntun, mulai melakukan puntiran lengan, menghantam dada, menghajar wajah
lawannya dengan hantaman lututnya dan menghempaskan lawan ke pasir arena.
Sushima menerjang lawan yang jatuh telungkup, menjepit leher lawan dengan kedua
kakinya, dan melakukan guntingan, hingga leher itu patah dan lawannya tewas di
arena. Para penonton bersorak menyerukan Hidup Pangeran Sushima! Charumitra
gembira dengan kemenangan putranya, sedangkan Bindushara hanya diam, tidak ada
komentar pujian apapun yang kekuar dari mulutnya. Sushima dinyatakan menang
dalam pertarungan itu.
Di ruangannya, Helena menempatkan dua boneka di arena gulat
berukuran kecil. Dua boneka petarung itu melambangkan Sushima dan Ashoka. "Apa
yang akan dihasilkan dari kedua pejuang hebat yang berhadapan saling melawan
satu sama lain?", gumannya.
Di arena pertarungan Nalanda, Mahamatya mengumumkan, "Sushima
akan bertemu dengan Chakrawarti Chanda dalam pertarungan besok! Sushima tidak
pernah mengampuni setiap lawannya sedangkan Chanda telah membiarkan semua
lawannya tetap hidup. Siapa yang akan berhak memenangkan gelar Mahayudha dari
Magadha akan ditentukan melalui hasil pertarungan besok!"
Masih di tempat yang sama, Helena berkata, "Keputusan tidak
akan terjadi besok. Hal itu telah dilakukan sejak lama. Anak-anak Maurya akan
berperang satu sama lain. Perang akan sangat menakutkan. Bagaimana dia akan
mengampuni pembunuh Gurunya? Siamak akan memenangkan pertarungan antara dua
singa yang berkelahi!"
Dia memukul boneka petarung Sushima dan petarung Ashoka dengan boneka petarung lain. Lalu menempatkan boneka petarung itu sebagai Siamak yang berhasil duduk di tahta Magadha.
Dia memukul boneka petarung Sushima dan petarung Ashoka dengan boneka petarung lain. Lalu menempatkan boneka petarung itu sebagai Siamak yang berhasil duduk di tahta Magadha.