Sinopsis Ashoka Samrat episode 351 bag 2

Sinopsis Ashoka Samrat episode 351 bag 2 by Kusuma Rasmana.  Malam itu, di bagian lain bangunan tempat kompetisi di Nalanda, Acharya Radhagupta, Acharya peramal dan Panglima Nayaka sedang berbicara. Acharya peramal berkata, "Akan sulit mengetahui apa yang akan terjadi besok. Kekuatan Sushima adalah kekuatan Mayawi yang gaib atau ilusi. Dengan kesaktian gaib ini, dia menjadi lebih kuat daripada manusia biasa".
Nayaka menanggapi dengan penuh keyakinan, "Keburukan mungkin bisa menang atas kebaikan. Namun Ashoka memiliki dharma (kebajikan) dan kebenaran di pihaknya. Dia pernah dan selalu menang bersama hal itu. Api kemarahan dalam dirinya akan memberinya kekuatan yang cukup untuk melawan Sushima. Dia akhirnya mendapat kesempatan untuk membalaskan dendamnya atas kematian Guru dan penghinaan terhadap ibunya".

Acharya Radhagupta berkata, "Pertarungan ini harus dihentikan!".
Acharya Peramal dan Nayaka terkejut dengan ucapan Radhagupta, keduanya menoleh.
"Hanya Dewi Dharma yang bisa menghentikan pertarungan ini. Sekarang pergi temui Dewi Dharma dan bawa dia kesini segera!", kata Radhagupta lagi.
Nayaka mendekati Radhagupta dan berkata dengan nada protes, "Tapi Acharya, Kita memang hanya ingin Ashoka dan Sushima berhadapan satu sama lain, ini adalah kesempatannya..."
Acharya Radhagupta menjawab, "Saat ini waktunya tidak tepat. Kita harus memikirkan hal yang lebih besar, mimpi kita akan persatuan India. Kita harus menghentikan Maha Sangram (pertempuran besar) ini melalui Dewi Dharma"
Nayaka mengangguk, "Baik, Acharya", dia lalu pergi dari ruangan itu.


Di tenda kemah tempat istirahat rombongan Jagannatha, raja Kalingga, yang tengah dalam perjalanan dari Rajagira. Jagannatha keluar dari tendanya dan bertanya tentang berita dari pertarungan gulat di Nalanda. Seorang prajurit melaporkan bahwa petarung Chanda benar-benar kuat dan belum terkalahkan. "Chanda belum terkalahkan sampai sekarang. Banyak yang meyakini dia sebenarnya adalah putra Samrat Bindushara, Ashoka. Chanda masih mengikuti aturan moral pertarungan yang baik dan tidak membunuh lawannya sekalipun. Tidak ada yang dapat membuktikan sejauh ini, tapi semua orang percaya bahwa itu hanyalah Pangeran Ashoka", kata Prajurit itu.
Jagannatha berkata, "Berarti keyakinan putriku, Kaurwaki, benar. Ashoka selama ini belum mati".
Kaurwaki yang baru sadar dari pingsannya terbangun, mendadak mulutnya memanggil nama Ashoka. Kaurwaki mengingat-ingat dimana dia berada, dia segera bangun dan duduk pembaringannya.
Di Nalanda, masih di tempat yang sama, Acharya Peramal bertanya kepada Acharya Radhagupta, "Sebenarnya apa yang mendorong Anda ingin menghentikan pertarungan ini?".

Acharya Radhagupta menjawab, "Aku tidak ingin Ashoka dan Sushima bertarung sekarang. Dewi Dharma tidak ingin Ashoka kembali ke Pattaliputra sampai kemarahannya reda. Dan Dharma belum menyadari itu dan menganggap itu tidak akan terjadi sampai dia ada di tempat ini. Dharma harus datang sekarang karena ia dibutuhkan di tempat ini. Aku mengijinkan Ashoka berada disini karena sangat penting untuk memenuhi takdirnya. Kita tahu, Dewi Dharma tidak akan membiarkan dia melakukan itu. Sehingga melalui kompetisi ini bisa membantu Ashoka bertemu saudaranya".
Acharya peramal masih menyimak dan berusaha memahami.
Radhgupta melanjutkan, "Kita harus waspada sampai Dewi Dharma tiba disini. Ashoka mungkin telah memutuskan untuk menunggu sampai besok untuk berhadapan dengan Sushima tapi aku yakin Sushima tidak akan menunggu. Dia akan mencoba dengan segala cara untuk menyakiti Ashoka secepatnya!".

Di dalam tenda besar rombongan raja Kalingga, Bela mendekati Kaurwaki yang duduk di pembaringannya, dia menawarkan air kepada Kaurwaki. Kaurwaki menahan kemarahannya sambil menatap Bela, Bela menjadi merasa bersalah. Kaurwaki berkata, "Aku mengerti, ini pasti memang rencanamu dan Ayahku".
Kaurwaki dengan marah melemparkan jauh-jauh gelas air dari tangan Bela. Bela beringsut mundur dengan wajah tertunduk. Kaurwaki turun dari pembaringannya, dia berdiri membelakangi Bela, dia merasa marah karena apa yang dialami. Bela mendekati Kaurwaki dan berkata sambil menangis, "Maafkan aku, Putri. Aku hanya takut kepada ayahmu".

Kaurwaki berkata, "Kau bisa memberiku racun sebagai gantinya. Kau telah sangat menyakitiku dengan melakukan hal ini. Aku tidak bisa membayangkan kau akan melakukan ini kepadaku. Kau tahu lebih daripada ibuku, bagaimana rasa sakit dan kerinduanku. Kau tahu tentang tapasya-ku yang akan menjadi kenyataan namun kau malah menipuku! Aku sudah menganggapmu seperti kakakku. Mengapa kau melakukan ini kepadaku? Untuk apa? Apa yang kurang dalam kasih sayangku sehingga kau bertindak seperti musuhku?!".

Kaurwaki ikut menangis dalam kemarahannya. Bela hanya bisa tersedu-sedu mendengar ucapan Kaurwaki yang pedas.
"Aku kehilangan kesempatan untuk bertemu Ashoka dan juga kehilangan teman tercinta untuk hidup. Kepercayaan yang diperoleh selama bertahun-tahun tetapi hanya membutuhkan waktu sekejap, hanya suatu tindakan untuk menghancurkannya. Aku bisa memaafkanmu untuk apa yang kau lakukan tapi aku tidak akan mempercayaimu lagi!".

Kaurwaki mencopot kalung di lehernya, dia meletakkan kalung itu di tangan Bela yang dipegangnya. Kaurwaki berkata, "Menjauh dariku sekarang dan jangan datang di depan mataku!".
Kaurwaki dengan marah mengusir pelayan kesayangannya itu. Bela berjongkok memegang kaki Kaurwaki ketika dilihatnya akan pergi.
Bela berkata, "Baik, Saya akan pergi dari kehidupan Anda, tetapi beri saya kesempatan untuk memperbaiki kesalahan ini". Kaurwaki berbalik dan menatapnya.
Dalam sebuah gubuk sederhana, Ashoka sedang makan dengan duduk bersila diatas bangku atau dipan.

Acharya peramal dan pemberi-selamatnya berdiri di sampingnya. Dia tersenyum raut wajahnya sejuk.
Sambil tetap makan, Ashoka berkata, "Makanan ini hanya mengingatkanku bagaimana hidup sederhana namun berpikir tinggi adalah baik bagi kehidupan".
"Makanan ini agak hambar", kata Ashoka bermaksud ingin garam. Acharya mendekatkan mangkuk garam ke piringnya. Ashoka berterima kasih dan tersenyum, dia menambahkan sedikit garam ke piring makanannya.

Ashoka meminta sesuatu sekali lagi kepada Acharya, tapi karena yang diminta Ashoka tidak ada di gubuk itu, maka Acharya pergi keluar gubuk untuk mendapatkannya.
Ashoka berguman, "Kerinduan akan makanan yang dimasak oleh ibu hanya bisa dimengerti saat kau jauh dari rumah".
Sambil menunggu kedatangan Acharya, Ashoka meneguk air minum di dalam gelas. Terdengar ketukan di pintu.
Ashoka segera berdiri dan membuka pintu. Dia kaget melihat Sushima berdiri di depan pintu bersama beberapa pelayan pria. Sushima dan Ashoka saling menatap satu sama lain.


CUPLIKAN : Di arena pertarungan, Sushima bertarung melawan Ashoka, mereka saling menghantam satu sama lain, sampai berdarah-darah. Mahamatya berkata, "Salah satu dari mereka akan kalah. Hanya satu yang akan menang. Kita akan melihat siapa yang kalah!". Dharma dan Witashoka datang ke ruang arena pertarungan. "Ashoka!", teriak Dharma, Ashoka dan Sushima yang akan saling serang berhenti karena panggilan itu. Sementara Bindushara, Charumitra dan Siamak terkejut melihat siapa yang datang. Semua orang memandang mereka dengan heran.

PREV  1  2  NEXT
Bagikan :
Back To Top