Sinopsis Ashoka Samrat episode 350 bag 2 by Kusuma
Rasmana. Di Nalanda, Ashoka melangkah bergegas menyusuri koridor yang
diapit pilar-pilar berjejer. Dalam langkahnya dia membatin, "Pembalasan dendam
dari Ibu, tanah air dan Guru akan aku lakukan hari ini!".
Di kamar pesanggrahannya, Sushima mengambil belati dari nampan buah-buahan di meja.
"Setiap rintangan yang menghalangiku menuju ke tahta akan berakhir malam ini!", guman Sushima mengamati belati itu. Dia segera pergi dari kamarnya dengan belati itu.
Sementara itu, di kamar peristirahatannya, Bindushara duduk di pembaringan, dia mengeluarkan cincin dari jari tangannya, terbersit ingatannya kepada Dharma yang memilih pergi meninggalkan dirinya dan menyusul putranya. Bindushara lalu meletakkan cincin diatas meja didekatnya dan dia membaringkan diri untuk tidur setelah berdoa.
Di kamar pesanggrahannya, Sushima mengambil belati dari nampan buah-buahan di meja.
"Setiap rintangan yang menghalangiku menuju ke tahta akan berakhir malam ini!", guman Sushima mengamati belati itu. Dia segera pergi dari kamarnya dengan belati itu.
Sementara itu, di kamar peristirahatannya, Bindushara duduk di pembaringan, dia mengeluarkan cincin dari jari tangannya, terbersit ingatannya kepada Dharma yang memilih pergi meninggalkan dirinya dan menyusul putranya. Bindushara lalu meletakkan cincin diatas meja didekatnya dan dia membaringkan diri untuk tidur setelah berdoa.
Ashoka masih melangkah menyusuri koridor, dia membatin, "Kematian Sushima ditentukan hari ini".
Ashoka terkejut karena mendengar suara auman yang bergemuruh dari arah belokan didepannya. Ashoka menghentikan langkahnya karena melihat seekor singa besar berjalan mendekatinya. Singa berwajah sangar dengan rambut surai yang melingkupi kepalanya mengingatkan Ashoka akan singa Ashoka Stambha (tugu Ashoka) yang menemuinya saat di Takhsashila pada 10 tahun yang lalu.
Ashoka diam sambil waspada melihat singa itu terus mendekat, tangannya mengepal, wajahnya menegang. Kembali singa itu mengeluarkan aumannya yang menggelegar dan memperlihatkan gigi dan taringnya yang tajam.
Ashoka mengangkat tangannya ke arah singa itu dan berkata, "Tidak hari ini. Tidak ada yang akan menghentikanku hari ini. Aku harus membalas dendam atas kematian Guruku dan untuk ketidakadilan yang dilakukan kepada ibu dan adikku. Aku telah menunggu saat ini sejak bertahun-tahun. Tidak ada yang boleh mencoba untuk mengalihkan perhatianku malam ini dari tugasku, karena aku sangat dekat tujuanku, bahkan Kau sekalipun!". Ashoka menuding singa itu dengan marah. Sang singa kembali mengaum kencang. Singa itu melompat menerjang Ashoka, Ashoka menghindar dengan melompat ke samping menabrak guci hiasan koridor. Dia jatuh teletang, sementara singa besar kembali mengaum. Ashoka terus melihat ke arah singa.
Sushima melangkah pelan memasuki kamar istirahat Samrat pada
malan itu. Sushima mendekati Bindushara yang sedang tidur di pembaringannya.
Sementara Ashoka sedang melangkah di serambi dekat kamar itu, dia seperti
memikirkan sesuatu. Di dalam kamar itu, Sushima naik ke pembaringan ayahnya
dengan belati terhunus, sambil menatap wajah ayahnya. Dia teringat lagi
bagaimana ayahnya menampar dirinya dan berkata menghinanya. Sushima yang marah
segera mengangkat belatinya yang akan diarahkan ke sasaran. Ashoka yang
melangkah diluar kamar itu merasa gelisah dan marah akan sesuatu. Dia memukul
tangannya ke dinding yang sebenarnya adalah pintu kamar yang sedikit terbuka.
Saat itulah benang Raksha Sutra (benang pelindung) di lengan kanannya terlepas
dan terlempar ke dalam kamar. Benang raksha sutra yang berisi lempengan logam
itu mengenai tangan Sushima tepat sebelum belatinya mengenai sasaran yaitu dada
Bindushara. Entah karena lemparan benang yang keras atau karena kaget, Sushima
terdorong ke belakang dan menabrak guci dan barang-barang di ruangan itu.
Barang-barang itu berantakan dan membuat bunyi gaduh. Bindushara terbangun
dengan kaget karena suara gaduh, Sushima segera menyembunyikan belatinya ke
belakang punggungnya.
"Apa yang kamu lakukan disini, malam-malam begini?", tanya Bindushara heran melihat Sushima disitu.
Sushima berbohong, "Aku datang untuk meminta maaf kepadamu, Ayah"
"Apa yang kamu lakukan disini, malam-malam begini?", tanya Bindushara heran melihat Sushima disitu.
Sushima berbohong, "Aku datang untuk meminta maaf kepadamu, Ayah"
Bindushara menjawab kesal,"Maaf? Sering kau ucapkan kata itu berulang kali, namun tak berguna".
"Pergi ke kamarmu sekarang!", kata Bindushara. Sushima mengangguk dan segera berlalu dari kamar istirahat ayahnya. Bindushara melihat benang suci raksha sutra yang tergeletak di pembaringannya. Dia segera menyimpannya di samping cincinnya diatas meja.
Di dekat pintu, Sushima melirik ke arah benang yang diatas meja itu. "Benang itu menyelamatkanmu malam ini tapi aku akan segera kembali untuk membunuhmu! Namun, pertama-tama aku akan membunuh anak kesayanganmu di depan matamu!", guman Sushima segera keluar kamar.
Pagi hari, di sebuah ruangan bawah tanah, di suatu tempat di
Magadha, seorang perempuan tua kerabat sepuh Magadha sedang duduk berhadapan
dengan arena permainan gulat dalam bentuk kecil. Dimana ada arena yang berpasir
dan beberapa bidak atau boneka berbentuk manusia berukuran kecil sebagai
petarung. Perempuan tua yang bernama Helena itu berkata, "Ashoka akhirnya sampai
di sini dengan melewati semua rintangan. Mari kita lihat apa yang akan terjadi
sekarang. Orang yang menyamakan diri dengan dharma dan keadilan telah menjadi
Chanda (kejam) hari ini. Mari kita lihat apa yang terjadi ketika ia akan
berhadapan dengan musuh terbesarnya, seorang Mayawi Sakhti Mahakala (Pembunuh
kejam dengan kemampuan ilusi, Sushima)!"
Dia berbicara kepada dua boneka petarung dan menempatkan boneka-boneka itu dalam permainan di ring gulat kecil di hadapannya.
Dia berbicara kepada dua boneka petarung dan menempatkan boneka-boneka itu dalam permainan di ring gulat kecil di hadapannya.
Di arena gulat sebenarnya, dalam bangunan arena di Nalanda,
Sushima bertarung gulat melawan peserta lainnya. Peserta maju menyerang Sushima
dengan tendangan, pukulan, hantaman lengan dan siku berkali-kali. Namun Sushima
yang berdiri kukuh tidak terpengaruh dengan serangan lawannya. Giliran Sushima
menyerang dengan memuntir kedua lengan lawannya, disusul hantaman ke dadanya.
Peserta itu pun terjengkang dan jatuh ke pasir arena. Bindushara menikmati
tontonan itu dengan tenang, sedangkan Mahamatya penuh kegembiraan dengan tawanya
yang berderai. Sushima menyerang lawannya yang baru bangkit. Dia melakukan
puntiran patah kepada lengan itu dan membanting lawannya hingga berguling di
pasir arena. Sushima menerjang lawan dan menghantam dada lawan dengan kedua
tangannya. Peserta lawan muntah darah yang bercipratan hingga membasahi wajah
Sushima. Bindushara terhenyak melihat kebrutalan yang ditampilkan anaknya.
Sementara Rani Charumitra tiba di sisi arena bersama para pelayan. Senyumnya
sumringah melihat putranya mengalahkan lawan tarungnya. Mahamatya mengumumkan
Sushima sebagai pemenang setelah dia membunuh lawannya dengan brutal.
Para penonton bersorak menyerukan, "Hidup, Pangeran Sushima"!, berulang-ulang.
Charumitra lalu bergabung di tempat para bangsawan yang menonton pertarungan itu, sementara Bindushara masih terhenyak, larut dalam pikirannya.
CUPLIKAN : Di sisi arena pertarungan, Charumitra melihat
seorang petarung muda yang berlari menyongsong lawannya. Dia yakin petarung muda
yang bernama Chakrawarti Chanda bukan petarung biasa, melainkan anak Dharma,
Ashoka. Sushima yang juga berlari menyambut lawannya, berbenturan badan dengan
Ashoka yang membuat Ashoka terjatuh dan terdorong ke belakang. Acharya
Radhagupta berkata Nayaka dan Acharya peramal, "Pertarungan ini harus dihentikan
segera. Hanya Dewi Dharma yang bisa menghentikannya!".