Sinopsis Ashoka Samrat episode 347 by Kusuma Rasmana

Sinopsis Ashoka Samrat episode 347 by Kusuma Rasmana. Di Rajagira, di dalam rumahnya, Ashoka yang sudah membersihkan diri, sedang memasang kalung di lehernya. Melihat kalung itu, dia jadi memikirkan Kaurwaki, saat-saat bermain dengannya, masa bahagianya di istana Kalingga. Lalu Ashoka lalu mulai mengemasi barang-barangnya yang diambil dari peti pakaiannya. Barang-barang itu dibungkus dengan secarik kain. Ia menemukan kain yang Dharma kenakan saat meninggalkan Patliputra dimana ada bekas tapak kaki. Dia teringat cerita ibunya bagaimana Sushima menendang ibunya keluar istana. Ashoka jadi teringat juga, bagaimana Bindushara mengusirnya dari Magadha dalam sidang istana. Dia memegang kain itu dan berguman dengan marah, "Aku pasti akan membawa ini bersamaku hari ini. Ini akan selalu mengingatkanku tentang penghinaan ibuku dan tanah airku! Ini akan tetap bersamaku bahkan saat aku akan berhadapan dengan Sushima. Jika disela waktu itu terbersit rasa kasihan pada kakakku, maka ini akan mengingatkanku tentang kebiadabannya!".


Kaurwaki sedang dalam perjalanannya ke rumah Dharma, dia menumpang pedati yang ditarik sapi bersama pelayan dan pengawalnya. Di dalam rumah, Ashoka meminta kepada ibunya agar mempersiapkan keberangkatannya. "Aku sudah terlambat, Bu", kata Ashoka.
Dharma yang sedang memasak di depan tungku dapur, berkata, "Ibu telah menyiapkan semua keperluan perjalananmu di kamar". Ashoka masih meminta ibunya agar menyusul untuk membantu persiapannya. "Mengapa aku bilang begitu, jika semua kebutuhanku sudah tersedia?", tanyanya.
Kaurwaki dan Bela tiba di depan rumah Dharma, mereka berdua segera mendekat dan mengintip ke dalam rumah melalui celah pintu. Witashoka yang sedang bermain di halaman samping, heran melihat dua orang gadis yang sedang di teras rumahnya. "Siapa kalian?", tanya Witashoka mendekati mereka. Ucapan itu mengagetkan Kaurwaki dan Bela, lalu menoleh kepada bocah yang didepannya.
Witashoka sekarang yang terkejut saat melihat Kaurwaki. "Anda yang memberi kami makanan malam itu, bukan?", tanya Witashoka sambil tersenyum senang, "Kalian mampir kemari?"
Bela berkata, "Kami datang untuk menemui kakakmu, Chanda"
Kaurwaki meralat ucapan Bela, "Maksudnya, kami datang untuk menemui ibu Chanda".
Witashoka bertanya, "Lalu apa yang harus aku katakan kepada ibuku?"
Kaurwaki berkata, "Beritahu ibu bahwa wanita yang sudah memberimu makanan telah datang untuk bertemu".

Witashoka menyanggupi, "Baik, aku akan memberitahu ibu", dia segera berlari ke dalam melalui pintu itu. Pintu depan yang terbuka membuat Kaurwaki dan Bela leluasa melangkah masuk. Kaurwaki melihat-lihat ruangan depan yang asri dan rapi itu.
Dharma datang bersama Witashoka menyongsong Kaurwaki dan Bela yang menyambut dengan salam. Dharma mencakupkan tangannya dan berkata, "Aku lupa setelah mengundang Anda. Ada sesuatu datang tiba-tiba, jadi aku sedikit ada kesibukan".
Kaurwaki meminta Dharma untuk tidak meminta maaf, "Aku bisa datang nanti jika Anda sedang sibuk sekarang".
Dharma menjawab, "Tidak putri, Anda diterima disini". Dharma segera mempersilakan mereka ke ruang dalam.

Kaurwaki sambil melangkah melihat-lihat suasana rumah itu. "Keluarga bangsawan tinggal di sini dengan kehidupan biasa!", gumannya.
Ashoka yang keluar dari kamar lain, berhenti melihat dua tamu yang melangkah membelakanginya masuk ke kamar yang ditunjukkan ibunya.
Witashoka bertanya, "Apakah Kakak tidak terlambat sekarang?"
Ashoka berkata, "Aku tidak tahu, Wit. Tapi siapa mereka itu?"
Witashoka menjawab "Mereka adalah tamu ibu"
Ashoka tersenyum menanggapi, "Kita berjuang demi kebutuhan kita sendiri tapi ibu tidak melewatkan kesempatan mengurus kebutuhan siapa pun yang datang". Ashoka lalu melangkah keluar rumah.

Di ruang dalam, Kaurwaki sedang duduk di sebuah kursi sedang Bela berdiri disampingnya. Dharma datang dengan nampan yang berisi buah mangga dan pisang. Dia berkata, "Maafkan aku, Putri, kami belum selesai memasak. Makanlah buah-buahan ini dulu sambil menunggu makanan yang akan disajikan siap". Dharma meletakkan nampan buah-buahan itu di meja samping Kaurwaki.
Kaurwaki senang menatap nampan itu. "Ashoka mungkin makan di nampan ini juga", guman Kaurwaki.
"Bu!", suara Ashoka terdengar memanggil ibunya. "Aku akan segera kembali", kata Dharma segera pergi keluar dari kamar itu. Sepeninggal Dharma, Bela meminta Kaurwaki agar segera menyusul keluar untuk melihat Ashoka sekarang.
"Ayolah, Putri, temui dia sekarang!", kata Bela, namun Kaurwaki malah tetap duduk dengan perasaan malu.
Bela berkata, "Anda telah menunggunya selama 10 tahun, Putri. Anda akan kehilangan kesempatan itu hari ini jika Anda tidak menemuinya sekarang". Kaurwaki tetap duduk menunduk dengan perasan tidak karuan karena bercampur aduk antara degdegan, takut dan malu.
Witashoka datang dan bergabung dengan mereka. "Ibu memintaku untuk menemani kalian. Kalian dapat memberitahuku tanpa ragu-ragu jika membutuhkan apapun".

Melihat buah-buahan di nampan masih utuh, Witashoka menyarankan kedua gadis untuk mencobanya. Kaurwaki menggoda Witashoka dengan mengatakan bingung mulai dari buah yang mana. Witashoka menyarankan Kaurwaki bisa mulai mencoba buah mangga.
Bela bertanya, "Buah mana yang lebih disukai kakakmu?"
Witashoka menjawab, "Dia suka pisang. Itu sehat dan memberikanmu kekuatan".
Kaurwaki melihat buah-buahan sambil memikirkan kata-kata Witashoka.

Dharma datang membawa bungkusan makanan untuk Ashoka. Melihat ibunya, Ashoka cepat-cepat membungkus barang bawaannya dalam kain lebar, seakan ada sesuatu yang disembunyikan dari ibunya. Ashoka menerima bungkusan makanan dan memasukan ke dalam bungkusan barangnya juga.
"Baik, Aku akan menyimpan makanan ini dulu. Ibu buatlah persiapan untuk ritual aarti. Aku harus pergi secepatnya", kata Ashoka. Dharma menatap putranya dengan lekat, dia berkata, "Entah karena apa, Aku merasa gelisah sekarang".

Ashoka mendekati ibunya dan berkata, "Ibu melepasku pergi jauh dari ibu setelah 10 tahun dan itu adalah untuk sebuah pertarungan. Ibu manapun pasti akan mengkhawatirkan anaknya bila menghadapi hal yang sama. Kumohon, ibu buat persiapan ritual sekarang atau aku akan terlambat". Dharma seakan berat hati lalu pergi dari ruangan itu.

PREV  1  2  3
Bagikan :
Back To Top