Sinopsis Ashoka Samrat episode 347 bag 2

Sinopsis Ashoka Samrat episode 347 bag 2 by Kusuma Rasmana.  Witashoka meminta kedua gadis itu menunggu makanan yang dimasak oleh ibunya. "Tidak ada yang bisa mengalahkan enaknya masakan ibu", kata Witashoka dengan bangga. Kaurwaki dan Bela hanya tersenyum menanggapi.
Dharma datang ke kamar dalam dan meminta maaf kepada Kaurwaki karena membuat mereka menunggu.

Kaurwaki tidak keberatan. "Aku harus mempersiapkan ritual Aarti bagi Chanda", kata Dharma yang segera menyiapkam nampan beserta bahan-bahan yang dibutuhkan dalam ritual itu.
Dharma meletakkan nampan aarti yang berisi diya yang menyala, karena masih mengambil beberapa barang.
Kaurwaki bangkit dari duduknya dan menghalangi nyala diya dari tiupan angin dengan kedua tangannya. Dharma terkesan melihat putri cantik itu melindungi nyala diya di nampan aarti.
Kembali terdengar Ashoka memanggil ibunya dari kamar depan. "Bu, Aku tidak bisa menunggu lagi. Aku akan terlambat!", kata Ashoka.

"Tunggu sebentar, ibu kesana", kata Dharma sambil bergegas keluar. Witashoka menyusul ibunya keluar. Bela bermaksud menyusul keluar, namun dia berhenti karena Kaurwaki malah tetap di tempatnya dengan pikiran berkecamuk.
Bela bertanya pada Kaurwaki, "Apa yang terjadi pada Anda? Ayolah".
Kaurwaki menjawab, "Aku tidak bisa mengerti apa-apa setelah berada begitu dekat dengan tujuanku. Aku tidak memahami dan bingung apa yang harus kulakukan". Kaurwaki berkata dengan mata berkaca-kaca seakan ingin menangis.
Bela menyuruhnya untuk menyeka air matanya.
Di halaman luar depan rumah, Ashoka berdiri dan di kelilingi orang-orang yang akan melepas kepergiannya ke Nalanda. Hari dan Bibi Shanti juga ikut disana. Dharma melakukan ritual aarti untuk Ashoka dan memasang tilak di dahi putranya itu. Dharma mengikatkan benang raksha sutra di pergelangan Ashoka dan berkata,

"Ingat bahwa kesabaran dan ketenangan adalah kebajikanmu. Tetap kendalikan amarah dan hasrat agresifmu. Selalu ingat kata-kata ibumu dan jadilah pemenang!".
Ashoka berkata, "Berkat dari ibu, benang Raksha Kawacha (perisai penjaga) dan tilak Wijaya (kemenangan) akan selalu bersamaku"
Ashoka membungkuk untuk menyentuh kaki ibunya, Dharma memberkatinya, "Semoga Kau menang".
Ashoka berkata, "Aku hanya tidak sabar untuk menghadapinya sekarang!"
Ashoka juga membungkuk dan minta berkat kepada Bibi Shanti, ibu dari Bhupal. "Sempga Kau menang!", kata Bibi Shanti.
Hari berkata kepada Ashoka yang memegang pundaknya. "Jangan ampuni Sushima!", katanya,
Dharma panik mendengar nama Sushima disebut oleh Hari. "Sushima?", tanya Dharma,"Ada apa dengan Sushima?". Ashoka kaget menyadari kekagetan ibunya, dia segera berbalik dan menatap ibunya.

Ashoka berkata, "Ya, Bu! Sushima, dia telah menjadi simbol kejahatan bagi semua orang seperti Rahwana. Setiap orang jahat telah menjadi seperti Sushima sekarang!"
Witashoka mendukung ucapan kakaknya, "Benar Bu, Kakak akan pergi mengalahkan iblis Sushima itu saat ini".
Ashoka mengangguk, dia segera melangkah pergi sambil menuntun Garuda, kuda putihnya. Witashoka berlari menyusul kakaknya untuk melihat dia pergi. Dharma yang menatap kepergian Ashoka bersama para warga Rajagira terlihat tegang, dia merasa ada yang disembunyikan oleh Ashoka dalam ucapannya barusan tentang Sushima.
Di kamar dalam rumah Dharma, Bela memberitahu Kaurwaki setelah menyadari sesuatu. "Ashoka mau pergi ke suatu tempat, itulah mengapa tadi Rani Dharma telah menyiapkan nampan aarti" kata Bela.

Kaurwaki kaget menyadari kemungkinan itu, dia segera berlari keluar kamar dan diikuti oleh Bela. Mereka berdua segera keluar rumah itu melintasi halaman yang masih ada beberapa orang,
Dharma yang masuk ke ruang dalam heran karena kamar itu sudah kosong. "Sepertinya mereka pergi. Aku bahkan tidak sempat menjamu tamu-tamuku. Ya, Tuhan, ampunilah aku", guman Dharma.
Kaurwaki dan Bela sedang menyusuri jalan melewati banyak orang yang melintas, namun tidak menemukan Ashoka.
Mereka melihat Witashoka yang baru kembali dan menghentikannya. "Dimana kakakmu?", tanya Kaurwaki.
Witashoka menjawab, "Kakak baru saja pergi". Kaurwaki dan Bela berlari ke arah yang ditunjuk melihat Ashoka. Witashoka menatap kepergian dua gadis itu dengan pandangan tak mengerti.
Di suatu tempat, namun masih di Rajagira, Nayaka menemui Acharya Radhagupta dan seorang Acharya yang meramalkan Ashoka. Nayaka berkata, "Itu benar, Acharya! Ashoka telah pergi ke Nalanda saat ini"

Acharya itu menimpali, "Aku memang seorang peramal. Tapi yang terjadi saat ini berada diluar penjelasan. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi sekarang. Sushima telah berubah menjadi iblis yang kejam, sementara Ashoka telah menjadi lebih kuat dari sebelumnya. Kesabaran telah mengubahnya menjadi tak terkalahkan".
Acharya Radhagupta berkata, "Tidak ada yang mengetahui apa yang akan terjadi ketika dua kekuatan besar berbenturan. Tapi itu merupakan hal menarik untuk ditonton. Maha Sangha (persatuan/perserikatan penuh) akan terjadi setelah Maha Sangram (pertempuran besar) ini. Keluarga yang terpisah akan disatukan. Maha Sangram (perang besar) ini sangat penting untuk Magadha dan seluruh tanah India!".


Kaurwaki dan Bela kembali ke tempat sebelumnya setelah tidak melihat tanda keberadaan Ashoka lagi. Mereka segera mengejar Witashoka yang masih melangkah. Mereka mencoba untuk menggali informasi tentang Ashoka dari mulut bocah itu. Witashoka bertanya, "Mengapa kalian tidak berbicara dengannya di rumah tadi? Sekarang bagaimana Kalian mau bertemu Bhaiya?"
Kaurwaki dengan sopan meminta Witashoka memberitahu tentang kepergian kakaknya.
Witashoka berkata, "Ibu telah menyarankan aku agar tidak berkata apa-apa kepada siapa pun tentang keberadaan Bhaiya. Bila aku sampai membocorkannya, maka Aku harus minum Kaadha (jamu) yang pahit sebagai hukuman".

Kaurwaki keceplosan bergumam, "Anak ini keras kepala seperti Ashoka".
Witashoka bertanya, "Apakah Anda mengatakan sesuatu?"
Kaurwaki berbicara memuji dan menyanjung tentang kakaknya yang merupakan orang baik, pemberani dan membela semua orang. Witashoka meralat pujian dan sanjungan Kaurwaki tentang kakaknya, dan menyebut kakaknya hanya orang biasa. "Dan sekarang Bhaiya telah pergi ke Nalanda", Witashoka keceplosan juga menyebut kemana kakaknya pergi.
"Apa? Kakakmu ke Nalanda?", tanya Kaurwaki. Witashoka berusaha menyangkal, namun Kaurwaki terus mendesaknya. Witashoka bermaksud pergi namun Kaurwaki menahan tangannya dengan kuat. Kaurwaki berusaha merayu bocah itu agar tidak pergi dari hadapannya.
Kaurwaki bertanya lebih lanjut sambil menangis. "Aku telah mencarinya selama bertahun-tahun. Aku sengaja tidak ingin memberitahukannya", kata Kaurwaki.
Witashoka yang tidak sanggup melihat gadis itu menangis akhirnya luluh juga. "Aku akan memberitahu Anda, tapi jangan bilang-bilang bahwa aku yang mengatakan tentang hal itu kepada Anda", kata Witashoka.

Kaurwaki berjanji kepada Witashoka akan menjaga rahasia itu.
Witashoka berkata, "Bhaiya telah pergi ke Nalanda untuk berpartisipasi di dalam kejuaraan gulat dan ingin mendapat gelar Mahayudha dari Magadha".
Kaurwaki senang dengan informasi itu, dia segera memeluk Witashoka dan mengucapkan terima kasih kepadanya. Kaurwaki dan Bela segera berlari meninggalkan tempat itu.
"Kalian tidak makan dulu?!", teriak Witashoka saat teringat sesuatu, namun kedua gadis itu tidak mendengarnya dan terus berlalu.
Witashoka berguman, "Bhaiya benar! Wanita memang aneh"
Diam-diam seorang pria tua berpenampilan sederhana melihat dan mendengar percakapan Kaurwaki dengan bocah itu dari jauh. Pria tua itu adalah Jagannatha, raja Kalingga, yang merupakan ayah Kaurwaki dalam pakaian penyamaran.
"Kaurwaki, kau tidak akan pergi ke Nalanda! Tidak akan!", guman Jagannatha dibalik sebuah pilar.

PREV  1  2  3
Bagikan :
Back To Top