Sinopsis Ashoka Samrat episode 347 bag 3

Sinopsis Ashoka Samrat episode 347 bag 3 by Kusuma Rasmana.  Di Nalanda, dalam sebuah ruangan yang menyatu dengan bangunan arena pertarungan gulat, Mahamatya dan beberapa Acharya pejabat Magadha mengamati pengundian nama-nama petarung gulat yang akan tampil. Nama-nama yang telah diacak itu diambil dari sebuah guci dan dibacakan oleh seseorang pria anggota panitia pertarungan. Nama yang dibaca akan dipasangkan ke papan daftar dan juga lawan tarungnya oleh seorang pria lainnya. Seorang panitia kompetisi menjelaskan kepada Mahamatya tentang semua petarung yang akan tampil dan bagaimana penampilan petarung itu. Mahamatya yang mendengar penjelasan itu berpikir, "Tidak satupun dari mereka tampaknya seperti Ashoka. Kita membuat kompetisi ini untuk memancing dia muncul tapi sampai sekarang kita tidak tahu dimana dia".
Panitia kompetisi menyebut peserta terakhir tidak datang ke pertarungan. Seorang anggota panitia pertarungan berbicara tentang petarung bernama Mallu yang sangat kuat. "Dia mampu mengalahkan beberapa lawannya sekaligus".


Mahamatya bertanya, "Siapa yang akan bertarung melawan Mallu?"
Seorang anggota panitia berkata, "Peserta dari Rajagira mundur karena ketakutan. Kami akan menambahkan nama lain bila ada petarung baru yang muncul".
Seorang pria menimpali, "Aku rasa tidak ada orang dari Rajagira yang akan mencoba untuk datang sekarang setelah mengetahui nasib Bhupal yang mati di tangan Pangeran Sushima!".
Ashoka tiba di Nalanda, dia melewati pintu luar bangunan itu dan melangkah pelan menyusuri halaman bangunan besar itu yang di pagari banyak pilar berjejer.
"Ini adalah tempat dan tanah yang akan aku tumpahkan dengan darah Sushima!", guman Ashoka sambil berhenti, matanya menatap sekeliling tempat itu.

Di ruang panitia pertandingan, Mahamatya bermaksud akan permisi untuk melihat persiapan kamar Bindushara yang akan datang ke tempat itu. Mahamatya mendelik kaget saat melihat seorang pemuda berbadan gempal melangkah menuju ruangan itu. Pemuda itu yang adalah Ashoka juga kaget melihat Mahamatya ada di tempat itu bersama para Acharya pejabat lainnya. Ashoka mengingat masa lalu saat melihat Mahamatya, terbayang kembali kejadian di ruang sidang istana Pattaliputra. Dia tampak marah, tangannya mengepal, namun dia teringat kembali kata-kata Dharma saat melepas kepergiannya di Rajagira yang berpesan agar dia mengendalikan amarahnya.
"Aku harap aku tidak datang terlambat!", kata Ashoka sambil melangkah mendekati orang-orang yang ada di ruangan itu, sambil matanya terus menatap Mahamatya.
"Siapa kau?", seorang pria anggota panita pertandingan bertanya.
Ashoka menjawab, "Karma menunjukkan identitas seseorang. Aku dari Rajagira".
Mahamatya berkata sambil menatap pemuda itu, "Nama?".
Ashoka menjawab, "Namaku adalah Chakrawarti.... Chakrawarti.. A..Chanda!", sambil terus menatap Mahamatya dengan lekat.

Di Rajagira, Hari berbincang dengan beberapa orang di arena tarung. Dia sangat berharap besar kepada Chanda. "Semoga Chanda menang di setiap tingkat pertarungan yang harus dilalui sehingga dia bisa berhadapan dengan Sushima. Aku tidak ragu tentang kemenangannya sekarang setelah dia menarik Mugdar pusaka itu. Aku yakin Chanda akan membunuh Sushima seperti dia membunuh saudaraku!", kata Hari.
Seorang pria menanggapi, "Chanda bukan orang biasa. Bagaimana beberapa orang biasa bisa membunuh seorang pangeran? Samrat Bindushara akan ada di tempat itu. Ia tidak akan membiarkan bahaya apapun datang pada anaknya"
Namun Hari yakin itu tidak akan terjadi, "Dia tidak akan bertindak pilih kasih terhadap anaknya. Apa kau tidak melihat bagaimana ia memperlakukan anak tercintanya, Ashoka yang bahkan sampai diusir dari istana?"

Witashoka yang datang ke tempat itu mendengar obrolan para pemuda itu. Witashoka ingat saat Sushima datang ke rumah mereka di Ujjaini pada hari itu yang menanyakan tentang Pangeran Ashoka, orang yang sama yang disebut oleh Hari dan teman-temannya.
"Ibu rupanya berbohong kepadaku hari itu! Aku harus mendapatkan jawaban hari ini!", guman Witashoka.

Di ruangan panitia pertarungan di Nalanda. Mendengar pemuda itu memperkenalkan diri sebagai Chakrawarti Chanda, Mahamatya tertawa terbahak, "Namamu Chakrawarti Chanda.... ", tawanya meledak lagi, diikuti semua orang yang ada disitu. Mahamatya mendekati pemuda itu, "Nama yang benar-benar aneh!"
Ashoka ikut tersenyum sinis, "Akan kutunjukkan kebesaran nama itu nanti!". Ashoka secepat kilat mencengkeram leher Mahamatya. Mahamatya kaget dan tidak bisa menghindar, semua orang yang ada disitu kaget tanpa bisa berbuat apapun. Ashoka dengan marah menghempaskan Mahamatya, hingga jatuh tidak sadarkan diri. Namun semua itu hanya khayalan Ashoka, dia kaget menyadari itu dan segera melepaskan cengkeramannya.

Mahamatya mengusap-usap lehernya, wajahnya tegang, "Siapa kau? Katakan dengan jujur namamu dan darimana kau berasal!". Ashoka yang masih larut dalam pikirannya tidak menjawab.
Salah seorang panitia berkata, "Namamu telah dimasukkan ke dalam daftar, Kau akan melawan Mallu. Kau harus tepat waktu, tidak boleh terlambat".
Pria memberikan kertas undian yang ada cap resmi Magadha kepada Ashoka.
Ashoka berkata, "Aku berjanji. Aku telah menunggu saat ini terlalu lama. Aku akan datang lebih awal bila diperlukan. Aku akan merasa beruntung".
Seorang anggota panitia lainnya menempatkan namanya, "Chakrawarti Chanda" di dalam daftar pertarungan tingkat bawah itu. Ashoka melihat di bagian daftar lainnya yang merupakan daftar pertarungan tingkat atas. Nama Rajakumara Sushima tertulis dalam daftar itu. Ashoka segera melangkah keluar dari ruangan itu.

Mahamatya merasa dia adalah orang yang dicari. Dia maju selangkah dan berguman, "Tapi aku tidak punya bukti. Aku tidak bisa mengambil risiko jika aku salah. Aku harus diam tidak memberitahu Sushima sampai aku memiliki bukti!". Mahamatya gelisah teringat cekikan yang dilakukan pemuda itu, dia meraba lehernya.
Ashoka melangkah menuju koridor yang penuhi jejeran pilar yang menuju pintu tempat arena pertarungan. Dua prajurit menjaga pintu yang tertutup itu dan seorang pria duduk menghadap meja penerimaan peserta yang akan bertarung.
Ashoka berdiri termangu menunggu pintu terbuka, "Aku telah menunggu 10 tahun untuk ini. Aku tidak sabar untuk pintu ini terbuka sekarang!".

Ashoka memperlihatkan kertas undian kepada pria dibelakang meja itu. Pria itu berkata, "Kau harus menunggu selama satu jam".
Ashoka merasa kesal dengan informasi itu, dia harus menunggu dengan sabar. Dia menggerutu lalu duduk di bangku yang tersedia di tempat itu.
Di balik pilar yang tidak jauh dari pintu arena itu, Mahamatya mengawasi pemuda itu. "Hanya pemuda itu yang bersemangat untuk mati! Chanda itu adalah Ashoka dan Ashoka itu pasti Chanda!", guman Mahamatya.
Sementara Ashoka duduk sambil menatap pintu arena yang tertutup dengan gelisah.


CUPLIKAN : Witashoka menuntut untuk mengetahui kebenaran dari ibunya. "Ini adalah saat yang tepat, aku harus mengetahui kebenaran. Siapa Bindushara dan Sushima? Apa hubungan mereka dengan Bhaiya?", tanya Witashoka. Dharma kaget mendengar pertanyaan itu. Mahamatya berkata kepada Sushima, "Pangeran, dia ada di sini!". Ashoka melangkah di sisi arena pertarungan. Dia melihat Sushima dengan penuh amarah.

PREV  1  2  3  NEXT
Bagikan :
Back To Top