Sinopsis Ashoka Samrat episode 333 bag 2 by Kusuma
Rasmana. Di istana Magadha, Pattaliputra, diruangan Charumitra,
Sushima sedang berdiri didampingi Mahamatya Khalatak. Charumitra masuk ke
ruangan itu dengan sebuah nampan pemujaan yang berisi diya, kelapa dan sarana
lainnya. Entah kenapa Sushima terganggu diya yang menyala. Matanya tajam menatap
nampan itu. Dia lalu memukul nampan hingga jatuh dan isinya berantakan di
lantai. Dengan marah dia meremas buah kelapa dengan tangan kosong hingga
remuk
Mahamatya kaget melihat tindakannya itu, Charumitra pun menatapnya heran dan tidak mengerti.
Mahamatya kaget melihat tindakannya itu, Charumitra pun menatapnya heran dan tidak mengerti.
Ashoka dan Nayaka masih di atas perahu dalam danau yang tenang,
sementara hari masih malam dengan sinar bulannya yang temaram.
"Apakah Anda takut?", tanya Nayaka kepada Ashoka tentang kemampuan Sushima yang melesat tinggi.
Ashoka berkata, "Setiap orang mempunyai sisi jahat atau iblis didalam dirinya. Aku lebih takut pada iblis yang ada di dalam diriku sendiri". Nayaka hanya diam mendengarnya.
"Siamak! Bagaimana dia sekarang?", tanya Ashoka lagi.
"Apakah Anda takut?", tanya Nayaka kepada Ashoka tentang kemampuan Sushima yang melesat tinggi.
Ashoka berkata, "Setiap orang mempunyai sisi jahat atau iblis didalam dirinya. Aku lebih takut pada iblis yang ada di dalam diriku sendiri". Nayaka hanya diam mendengarnya.
"Siamak! Bagaimana dia sekarang?", tanya Ashoka lagi.
Adegan menampilkan di sebuah lapangan luas sekelompok orang berkuda berpacu dalam sebuah permainan berhadapan dengan kelompok penunggang kuda lainnya. Kedua tim penunggang kuda berusaha merebut sasaran berupa anak kambing atau domba mati untuk dibawa menuju tempat yang telah ditentukan. Penunggang kuda yang berhasil merebut sasaran itu adalah seorang pangeran tampan dengan perhiasan dan pakaian mewahnya. Dialah salah satu pangeran Magadha yang bernama Siamak yang gagah perkasa.
Nayaka menerangkan, "Samrat sangat menyayangi Siamak. Dia tidak banyak berbicara tapi itu bukan berarti dia tenang. Api pemberontakan terlihat dengan jelas dimatanya. Dia sedang menunggu kesempatan untuk berkuasa di Magadha. Dia sangat tahan dengan Sushima, namun tidak mengekornya seperti saudara lainnya setiap saat".
Ashoka terus menyimak penjelasan Nayaka.
"Ada 4 pangeran lagi yang jadi pendukung Sushima. Tiga pangeran dari 3 orang permaisuri dan seorang pangeran dari perempuan biasa", kata Nayaka.
Keempat istri lain Samrat Bindushara ini tidak pernah ditampilkan atau disebut dalam kisah ini sebelumnya.
Kilasan adegan menampilkan, Sushima yang diikuti 4 pangeran gagah yang jadi pendukungnya di belakang. Mereka berlima sedang melangkah di koridor istana.
Nayaka menambahkan, "Keempatnya mendukung Sushima secara membabibuta dan mencoba membuat kedudukan Sushima semakin kokoh. Sushima sudah memiliki semuanya tapi tidak memiliki Anda, Pangeran".
Ashoka membenarkan bahwa Sushima tidak bisa dengan mudah mencapai tujuannya walaupun punya pendukung. Sushima harus menghadapi dia dulu. Ashoka merasa tidak sabar menunggu saat itu. "Aku merasa harinya tidak akan jauh saat aku akan berhadapan langsung dengannya. Hari-hari terakhir Sushima akan dimulai!", kata Ashoka. Nayaka tersenyum melihat semangat Ashoka.
Pagi harinya di sebuah rumah besar, di Awantipuram, Ujjaini.
Dharma sedang melakukan ritual menyiramkan air suci sambil mengelilingi tumbuhan
Tulasi (Selasih) di halaman dan berdoa didepan Tulasi. Dia memandang pintu luar
yang tertutup dan berjalan ke arahnya. Ashoka yang baru sampai di luar pintu
merasakan kehadiran Dharma dari arah dalam. Ketika Dharma akan membuka pintu,
Ashoka segera melompati pagar samping. Dharma kaget menyadari ada orang
melompati pagar halaman. Saat menoleh, dilihatnya Ashoka tengah terduduk sambil
meringis kesakitan, Dharma lalu bertanya karena khawatir, namun melihat wajah
Ashoka dia tahu Ashoka hanya berpura-pura. Kekhawatiran Dharma pun berubah
menjadi kesal dan tidak suka. Melihat ibunya pergi dengan kesal, Ashoka hanya
bisa memanggilnya.
Dharma meminta kepada Witashoka yang muncul dihalaman agar
menyuruh kakaknya pergi dan kembali lagi ke tempat dia berada semalam. "Mengapa
dia datang kesini lagi?", tanya Dharma.
Ashoka menjawab,"Wit, beritahu ibu, orang pulang ke rumah hanya ketika dia kelaparan dan lelah".
Dharma memberitahunya melalui Witashoka, "Dia tidak akan mendapatkan makanan disini". Witashoka hanya diam, sementara Dharma malah masuk ke dalam rumah.
Ashoka masih terduduk, lalu tersenyum memandang jendela lantai atas rumah besar itu. Dia melemparkan batu pada ke arah jendela. Di dalam ruangannya di lantai atas, Devi yang sedang tidur terbangun karena kegaduhan di jendela, demikian juga ayahnya. Dhaniram mencoba melarang Devi pergi keluar tapi Devi tetap pergi. "Mengapa dia tidak pernah menuruti ayahnya", guman Dhaniram mengeluh dari pembaringannya melihat putrinya keluar.
Di halaman, di teras dan di ujung tangga, Ashoka mondar-mandir dengan gelisah.
Ashoka lalu duduk di bangku dan berguman, "Ini terlalu lama, Devi menghabiskan banyak waktu, Aku tidak sabar lagi."
Ashoka menjawab,"Wit, beritahu ibu, orang pulang ke rumah hanya ketika dia kelaparan dan lelah".
Dharma memberitahunya melalui Witashoka, "Dia tidak akan mendapatkan makanan disini". Witashoka hanya diam, sementara Dharma malah masuk ke dalam rumah.
Ashoka masih terduduk, lalu tersenyum memandang jendela lantai atas rumah besar itu. Dia melemparkan batu pada ke arah jendela. Di dalam ruangannya di lantai atas, Devi yang sedang tidur terbangun karena kegaduhan di jendela, demikian juga ayahnya. Dhaniram mencoba melarang Devi pergi keluar tapi Devi tetap pergi. "Mengapa dia tidak pernah menuruti ayahnya", guman Dhaniram mengeluh dari pembaringannya melihat putrinya keluar.
Di halaman, di teras dan di ujung tangga, Ashoka mondar-mandir dengan gelisah.
Ashoka lalu duduk di bangku dan berguman, "Ini terlalu lama, Devi menghabiskan banyak waktu, Aku tidak sabar lagi."
Devi menuruni tangga dengan melangkah pelan sambil membawa makanan di nampan. Dia berguman, "Dia terlihat persis seperti seorang Chanda (kejam). Aku tidak pernah melihat pengaruh yang demikian dari orang dengan nama itu".
Ashoka yang tidak sabar bermaksud melemparkan batu lain ke atas, namun dia kaget melihat Devi sudah berdiri di hadapannya dengan nampan makanan sedang ketakutan.
"Mengapa kau terlambat?", tanya Ashoka.
"Aku perlu banyak waktu untuk menyiapkan makanan dan menuruni tangga", jawab Devi.
Dharma keluar dari dalam rumah dan langsung mendekati mereka berdua. "Kau seharusnya tidak perlu takut atau kasihan kepadanya", kata Dharma kepada Devi dan mencoba mengambil nampan makanan dari tangan Devi.
Tapi Ashoka merebutnya dari tangan Devi dan ia mulai duduk di teras menyantap makanan itu.
Dharma kesal melihat prilaku Ashoka dan pergi dari sana. Melihat Ashoka yang makan terburu-buru, Devi menyuruhnya agar makan dengan pelan. "Makananmu tidak akan lari jauh", katanya.
Ashoka menjawab, "Kalau manusia makan dengan pelan, tapi aku adalah hewan"
Devi menanggapi dengan berguman, "Kau bukan hewan tapi Chanda".
Ashoka yang mendengar gumanan itu bengong melihat ke arah Devi. Devi menjadi salah tingkah. Hening sejenak, Devi bertanya, "Mengapa kau tidak memberitahu ibumu bahwa kau mengambil uang dari pekerja tapi memberikannya lagi kepada wanita itu?". Ashoka tidak suka dengan pertanyaan Devi, dan dia balik bertanya, "Apakah kau memata-mataiku?"
Devi menyangkal, "Tidak! Sawitri yang memberitahuku saat dia datang untuk membeli barang di toko. Bibi harus tahu kebenaran itu". Ashoka masih meneruskan makannya.
"Bibi harus tahu yang sebenarnya", kata Devi lagi.
Ashoka bertanya, "Siapa yang akan memberitahunya? Kamu?". Devi mengangguk, membuat Ashoka marah dan meletakkan nampan makanannya.
Ashoka berdiri mendekati Devi, dia melarang Devi memberitahukan kejadian itu kepada ibunya. Devi yang ketakutan terpaksa menuruti kemauan Ashoka.
Ashoka melihat kalung di leher Devi. "Kalungmu terlihat mahal, siapa yang memberikannya padamu?", tanya Ashoka.
Devi menjawab, "Ayahku". Ashoka tersenyum meremehkan, lalu pergi.
Devi berpikir, "Aku tidak mungkin mengerti apa yang dia katakan!" SInopsis Ashoka Samrat episode 334 by Kusuma Rasmana
CUPLIKAN : Di ruang sidang istana Magadha, Pattaliputra,
Bindushara bertanya, "Siapa yang mengenakan pajak pada bahan makanan?".
Mahamatya menyebut nama Sushima. Bindushara meminta untuk bertemu Sushima saat
itu juga. Bindu bertanya pada Sushima mengenai keputusannya. "Siapa kau yang
berani mengambil keputusan semacam itu?", tanya Bindushara marah menuding
putranya. Di Ujjain, Nanda memberitahu sesuatu kepada Ashoka. Ashoka segera
bangkit menyambar palu besarnya dan pergi ke suatu tempat, Dharma kaget
melihatnya.