Sinopsis Ashoka Samrat episode 345 by Kusuma
Rasmana. Di sebuah kuil di Rajagira, Kaurwaki bermaksud akan melakukan
Krishna-paksi Pancami Puja Karani (puja untuk wanita yang telah menikah).
Purohita memberikan sekuntum bunga dan berkata tentang rincian yang yang harus
dia sebutkan agar bisa melakukan puja itu.
Kaurwaki terkejut, namun segera menyebutkan rincian suaminya, yang bernama Ashoka, Gotra (klan, marga) Maurya dan Nakhsatra (perbintangan) Rohini.
Purohita tersenyum dan berkata, "Hari ini para wanita tidak hanya melakukan demi suamianya, tapi juga melakukan puja untuk keluarga kerajaan saat ini. Seorang wanita bahkan hanya melakukan puja khusus untuk Samrat Bindushara".
Kaurwaki terkejut, namun segera menyebutkan rincian suaminya, yang bernama Ashoka, Gotra (klan, marga) Maurya dan Nakhsatra (perbintangan) Rohini.
Purohita tersenyum dan berkata, "Hari ini para wanita tidak hanya melakukan demi suamianya, tapi juga melakukan puja untuk keluarga kerajaan saat ini. Seorang wanita bahkan hanya melakukan puja khusus untuk Samrat Bindushara".
Kaurwaki berpikir pasti Rani Dharma yang melakukan itu.
Kaurwaki bertanya, "Dimana wanita itu?"
Purohita berkata sambil menunjuk ke ruang dalam kuil, "Dia ada di...", namun wanita yang dimaksud tidak ada lagi disana, hanya ada beberapa perempuan lain yang masih melakukan parikrama. Kaurwaki segera berdiri dan ikut melihat keliling, namun tidak menemukan Rani Dharma. Kaurwaki merasa sedih.
Saat itu Dharma sebenarnya berdiri tepat di belakangnya. Dharma yang sudah menyelesaikan puja segera pergi. Kaurwaki mendengar suara gelang kakinya, dia segera berbalik dan melihat Dharma melangkah keluar kuil.
"Berhenti!", kata Kaurwaki meminta agar wanita itu berhenti.
Dharma segera berbalik dan dia melihat Kaurvaki yang tersenyum lebar. Kaurwaki
yang memandang Dharma teringat saat masih remaja di istana Magadha, dimana
Dharma mengetahui hubungan dia dengan Ashoka.
"Aku menghentikannya, tapi apa yang akan aku katakan kepadanya?", batin Kaurwaki resah, namun dia tetap melangkah mendekati Dharma.
"Aku menghentikannya, tapi apa yang akan aku katakan kepadanya?", batin Kaurwaki resah, namun dia tetap melangkah mendekati Dharma.
Dharma melihat gadis cantik itu dan dia jadi teringat sesuatu, "Anda adalah putri yang bertemu denganku di hutan dan memberi makanan untuk anakku malam itu, bukan?".
Kaurwaki mengangguk membenarkan.
Dharma senang bertemu dengannya lagi, "Rupanya rasa terima kasihku malam itu belum cukup. Aku senang dipertemukan dengan Anda lagi".
Kaurwaki menanggapi, "Aku juga beruntung telah bertemu Anda. Adalah kebahagiaan bisa memberikan makanan kepada mereka yang lapar. Berkat mereka itu selalu memenuhi keinginan kita. Keinginanku tidak dapat dipenuhi tanpa restu Anda".
Dharma mendoakan dan memberkati Kaurwaki dan berkata, "Apa yang bisa saya lakukan untuk Anda?"
Kaurwaki menjawab, "Makanan! Eh, maksudku bisakan Anda menyediakan makanan untukku?"
Dharma heran dan menjawab ragu, "Tuan putri meminta makanan dari rakyat biasa?"
Kaurwaki beralasan, "Aku berada di tempat yang jauh dari rumah dan ibuku. Orang mungkin bisa makan apapun dan sebanyak yang mereka inginkan, tetapi Aku akan selalu merindukan makanan yang dimasak oleh seorang ibu".
Bela yang datang membenarkan pendapat Kaurwaki.
Dharma dengan gembira setuju dengan keinginan putri itu, "Namun saya tidak akan bisa menyediakan makanan mewah".
Kaurwaki berkata, "Makanan yang dimasak oleh seorang ibu pasti selalu enak dan membuat bahagia".
Dharma dengan gembira setuju dengan keinginan putri itu, "Namun saya tidak akan bisa menyediakan makanan mewah".
Kaurwaki berkata, "Makanan yang dimasak oleh seorang ibu pasti selalu enak dan membuat bahagia".
"Tentu saja, Putri, datanglah ke rumahku", kata Dharma sambil menyebut alamat rumahnya.
"Anak saya pasti senang bertemu Anda. Silahkan Anda datang besok", kata Dharma lagi. Kaurwaki mengangguk dan tersenyum lebar dan Dharma pun pergi meninggalkan kuil itu.Kaurwaki dan Bela saling berbagi senyuman bahagia
"Penantianku selama 10 tahun akan berakhir. Tidak ada yang bisa menghentikanku untuk bertemu Ashoka sekarang!", guman Kaurwaki.
Di arena gulat, di Rajagira, Ashoka dan Bhupal menantang satu
sama lain untuk bertarung gulat. Keduanya sepakat bahwa siapa pun yang
memenangkan pertarungan itu, dapat ikut ambil bagian di kompetisi gulat tingkat
nasional di Nalanda.
Mereka memulai pertandingan gulat, Ashoka dan Bhupal mulai saling berpegangan tangan dan saling mendorong. Dengan satu gerakan, Bhupal yang ingin menjatuhkan Ashoka malah berhasil mengunci tangannya dan berbalik menjatuhkan Bhupal. Bhupal bangkit menyerang namun lagi-lagi Ashoka berhasil menjatuhkannya ke pasir. Para penonton heran dan kagum, demikian juga Hari, tak menyangka kakaknya bisa dijatuhkan secepat itu. Bhupal bangun dan menyerang lagi, Ashoka berhasil menahan tangannya, sehingga Bhupal terpaksa melepaskan diri. Mereka saling mendorong lagi, Ashoka berhasil menjangkau kaki lawannya dan melakukan bantingan. Ashoka segera menyusul dengan kuncian tangan di dada Bhupal yang jatuh telentang. Bhupal berusaha membebaskan diri, namun Ashoka menahan dengan tangannya.
"Kau adalah seorang petarung besar! Adalah keinginanku melihat kau menang, tapi apa yang kau pikirkan hanya sebagai kompetisi adalah media yang memberikan makna bagi hidupku. Ini adalah masalah hidup dan mati-ku!", Ashoka berkata tersengal seakan menahan beban dan kemarahan akan sesuatu.
"Chanda!", teriakan Dharma terdengar, Ashoka menjadi terkejut,
demikian pula Witashoka. "Lepaskan dia segera!", teriak Dharma lagi. Ashoka
segera melepaskan tangannya dari dada Bhupal. Ashoka segera melangkah mundur ke
sisi arena, demikian juga Bhupal segera bangun dan juga menepi.
Dharma melangkah mendekati Ashoka yang tertunduk, dia mempertanyakan Ashok tentang tindakannya, "Apa yang ingin kau buktikan di arena ini?"
Hari segera maju memberitahu Dharma bagaimana Ashoka berniat untuk berpartisipasi dalam kompetisi yang akan diselenggarakan di Nalanda. "Dia ingin menjadi Mahayudha (Ksatria terhebat) dari Magadha, Bibi", kata Hari.
Dharma terkejut dengan ucapan Hari, namun Ashoka hanya diam tertunduk.
Dharma dengan marah menampar Ashoka dua kali. Hari dan Witashoka terkejut, demikian juga orang-orang yang ada disitu terkejut dan heran dengan tindakan Dharma.
Dharma berdiri mencakupkan tangan kepada Bhupal, Hari dan orang-orang yang ada di situ. Dia meminta maaf atas nama anaknya,"Maafkan putraku, dia terlalu naif! Dia tidak tahu bahwa dia tidak memenuhi syarat untuk kompetisi ini. Dia telah menciptakan hambatan dalam latihan Kalian. Sekali lagi, Aku minta maaf atas nama putraku"
Dharma segera menyeret tangan Ashoka dan Witashoka pergi menuju ke rumahnya.