Sinopsis Ashoka Samrat episode 405 bag 2

Sinopsis Ashoka Samrat episide 405 bag 2 by Kusuma Rasmana.  Di tempat ritual Haldi bagi Ashoka, Devi sudah selesai membalurkan lulur kunyit di badan dan lengan Ashoka, dia dibantu oleh pelayan, sementara Dharma duduk menyaksikan. Dharma tiba-tiba melihat lulur di seluruh tubuh Ashoka bukan lulur kunyit yang berwarna kuning pucat, tapi darah segar yang berwarna merah. Dharma terkejut dan berdiri dari duduknya. "Darah!", pekik Dharma lirih ketakutan. Ashoka, Devi, Witthasoka heran dan kaget melihat Dharma yang ketakutan.

Ashoka yang melihat ditubuhnya hanya lulur kunyit, heran melihat Dharma ketakutan dan menyebut darah. Dia menjadi risau dan mendekati Dharma. "Apa ibu baik-baik saja?", tanya Ashoka.
Dharma yang masih tegang mengamati tubuh putranya, ternyata hanya lulur kunyit, bukan darah. Dharma berkata, "Ya, tidak ada apapun yang terjadi". Dharma berusaha menutupi dengan tersenyum.
Ashoka yang yakin ada sesuatu yang mengganjal berkata,"Ibu pasti sedang menyembunyikan sesuatu dariku!".


Dharma tersenyum, "Tidak. Ibu tidak menyembunyikan apapun. Sekarang kau pergilah mandi, adikmu yang akan mengantar. Wit, temani kakakmu!".
Witthasoka segera menyeret lengan Ashoka yang terus melihat Dharma yang terus tersenyum.
Begitu Ashoka dan Witthasoka pergi, Dharma bertanya tentang Baba pertapa yang pernah dia temui Devi sebelumnya.
"Devi, Aku harus bertemu dengan pertapa itu secepat mungkin!", kata Dharma. Devi menatap Dharma heran.
Di koridor, Bindushara berkata, "Acharya, pastikan agar Ashoka tidak tahu tentang hal ini. Siapkan pasukan, Kau harus segera pergi ke Ujjain bersama pasukan!".
"Baik, Samrat", kata Acharya Radhagupta mengangguk dan pergi dari koridor itu.

Bindushara heran, "Pernikahan Ashoka sebentar lagi, tapi mengapa ada begitu banyak masalah yang datang?"
Di dalam hutan, Pertapa atau reshi yang dipanggi Baba itu bangkit dari duduknya. Dia berkata, "Dari pertanyaan Anda, tampaknya Anda sedang khawatir".
Dharma menjawab, "Benar atau tidak benar, pikiranku akan tenang. Katakan padaku apa yang Anda pikirkan".
Baba berkata, "Anda lupakan saja pernikahan ini. Ini hanya akan membawa kehancuran! Akan ada perang besar antara Pattaliputra dan Kalingga. Perang besar yang belum pernah terjadi sebelumnya. Itu hanya akan membawa kehancuran. Begitu banyak orang yang tak berdosa akan terbunuh! Langit akan berubah menjadi merah. Hanya satu orang akan berdiri sendiri di tengah-tengah semua kehancuran akibat perang itu!".

Dalam kilasan adegan masa depan, terjadi perang yang mengerikan dimana ribuan prajurit saling membunuh satu sama lain. Ashoka terlihat berdiri di tengah ribuan jasad yang bergelimpangan dan kehancuran dan kebakaran yang melanda akibat perang besar itu.
Dharma terkejut dengan ucapan Baba yang terlihat seperti ramalan masa depan itu. Dia berkata, "Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi".
Baba menanggapi, "Tidak peduli apa yang Anda pikirkan. Jika Tuhan berkehendak, apa yang harus terjadi akan terjadi! Gadis ini hanya akan membawa perdamaian dan ketenangan untuk Ashoka setelah perang besar itu. Dia akan membawanya ke jalan yang benar!".
Dharma bingung, "Mengapa Kaurwaki, Putri Kalingga akan melakukannya? Dia tidak akan pernah melakukannya. Aku tidak akan membiarkan dia melakukan hal seperti itu!".
Baba berkata, "Anda akan segera menemukan gadis yang tepat untuk Ashoka. Anda sendiri yang akan membatalkan pernikahan ini nanti".

Dharma ternganga heran dengan ucapan Baba, "Mengapa aku membatalkan pernikahan Kaurwaki dan Ashoka? Aku pikir Anda memiliki pengetahuan yang tinggi dan jiwa besar. Tapi ternyata Anda bukan orang yang cukup baik untuk memberikan pendapat. Aku tidak tahu mengapa aku mendengarkan Devi. Aku seharusnya tidak datang kemari sama sekali! Aku pastikan pernikahan akan terjadi. Putraku adalah seorang kesatria yang patuh dengan gurunya, dia seorang penyelamat, dia menyelamatkan orang lain. Dia tidak akan pernah menjadi penyebab kematian bagi banyak orang".
Dharma segera pergi meninggalkan pertapa yang diam memandang kepergiannya.
Baba berguman, "Dia tidak tahu jika dia adalah orang yang akan menghentikan pernikahan ini. Dia bahkan harus memberikan hidupnya untuk mengikuti keputusan ini!".
Di ruangan strategi, Acharya Radhagupta telah mengumpulkan beberapa prajuritnya yang berpakaian orang kebayakan.
Dia berbicara kepada mereka tentang perang yang akan datang di Ujjain, "Kedua pangeran akan segera melangsungkan pernikahan, Kita harus memastikan agar istana aman", kata Acharya.
Ashoka datang ke ruangan itu, dia melihat beberapa prajurit yang dikumpulkan di ruangan itu.
"Acharya, ada apa?", tanya Ashoka heran.

Acharya Radhagupta menjelaskan, "Kami sedang membuat persiapan keamanan untuk pernikahan. Aku akan menangani semuanya atas perintah dari samrat sendiri!". Acharya sengaja tidak memberitahu Ashoka tentang serangan di Ujjain atas perintah samrat Bindushara.
"Tapi...", kata Ashoka. Acharya segera menyela, "Cukup Pangeran, ini hanya menjadi tanggungjawabku, Anda pergilah", jawab Acharya. Ashoka lalu pergi ruangan itu, Acharya memandang kepergian Ashoka sambil bernafas lega.
Di koridor, seorang pelayan perempuan berlari terburu-buru. "Ada apa kau berlari", tanya prajurit yang sedang berjaga di depan pintu ruangan. "Aku ingin bertemu dengan suamiku sebelum ia berangkat perang", jawab pelayan itu, dia tampak khawatir. Prajurit penjaga berkata, "Jangan khawatir, suamimu akan sangat beruntung, dia bisa mati demi tanah airnya!"

Ashoka yang sedang melintas mendengar percakapan mereka, dia bermaksud mendekat, namun seorang prajurit lain mencegatnya dan menyampaikan pesan penting kepada Ashoka. "Rajkumar, ada yang penting diruang perbendaharaan, segera!", kata prajurit itu. Ashoka segera pergi diikuti prajurit pembawa pesan itu.
Di depan ruang perbendaharaan dan para prajurit penjaga, Siamak berkata, "Aku ingin masuk ke ruang perbendaharaan, cepat buka pintunya". Prajurit hanya diam membisu.
"Jangan ijinkan dia masuk dulu", berkata seseorang yang datang dari belakangnya. Siamak segera menoleh.
"Siamak, Aku memiliki tanggung jawab keamanan internal. Tidak ada yang boleh masuk ke dalam tanpa izin dariku atau ayahanda raja", jawab Ashoka yang baru tiba di tempat itu.

"Benar, sebagai penguasa keamanan internal, kau berhak melarangku masuk ke ruang perbendaharaan. Tapi aku memiliki ijin itu", kata Siamak memberikan sebuah gulungan kertas. "Ini ijin yang ditulis oleh Bindushara sendiri", kata Siamak lagi.
Ashoka menerima kertas itu dan membacanya, dia jadi bingung mengapa samrat mengizinka Siamak masuk ke ruang perbendaharaan.
"Kau puas sekarang?", tanya Siamak.
Ashoka menjawab, "Tapi ayahanda seharusnya tidak mengijinkanmu. Aku akan menanyakan kepada ayahanda raja lebih dulu", sambil memberikan kembali gulungan kertas itu kepada Siamak. Ashoka segera pergi dari tempat itu.
Witthasoka masuk ke ruangan Bindushara yang tampak sibuk menulis surat di mejanya.
Witthasoka berkata, "Ayahanda bilang akan membantuku dalam memilih hadiah. Upacara Haldi bagi sudah selesai, juga bagi Bhabhi Kaurwaki".

Bindushara sibuk mengecap stempel kerajaan pada beberapa surat yang telah ditulisnya. Dia berkata, "Maafkan aku, Putraku. Tapi Aku akan segera pergi".
Bindushara segera pergi meninggalkan ruangan itu sambil membawa beberapa kertas surat ditangannya. Dia tak menjawab panggilan Witthasoka. Witthasoka terlihat kecewa.
Ashoka datang ke ruangan itu untuk menemui ayahnya. "Ayahanda!", kata Ashoka memanggil.
"Wit, dimana ayahanda?", tanya Ashoka. Witthasoka memberitahu, "Ayah baru saja pergi".
"Dia bilang akan pergi kemana?", tanya Ashoka. "Tidak", jawab Witthasoka menggeleng.
Ashoka segera keluar dari ruangan itu.
Ashoka melihat ayahnya meninggalkan istana lewat pintu samping diiringi beberapa prajuritnya yang juga membawa bendera merah lambang kerajaan.
"Mengapa ayah meninggalkan istana dengan prajurit kepercayaannya? Pasti telah terjadi sesuatu!", guman Ashoka sambil berpikir keras.


CUPLIKAN : Ashoka marah pada ayahnya karena telah menyembunyikan kebenaran darinya. Bindushara beralasan, "Kau akan menikah dalam dua hari. Ritual tilakmu telah dilakukan". Ashoka menjawab, "Guruku juga melakukan tilak. Aku harus menyelamatkan ibu pertiwiku!". Bindushara berkata, "Kau tidak akan pergi dalam perang! Itu adalah keputusan akhirku!"

PREV   1  2   NEXT
Bagikan :
Back To Top