Sinopsis Ashoka Samrat episode 404 by Kusuma Rasmana

Sinopsis Ashoka Samrat episode 404 by Kusuma Rasmana. Di istana Magadha, Pattaliputra, di ruangan Kaurwaki, terjadi pembicaraan antara Bindushara dan Jagannatha. Di ruangan itu juga ada Kaurwaki, Devi dan Ibu dari Kaurwaki.
Jagannatha berkata, "Kau mungkin akan melakukannya tetapi Ashoka tidak akan mau saat aku tidak setuju dan merestuinya"
Bindushara beralasan "Harus ada sesuatu yang akan mengubah keputusannya, jadi dia tidak perlu izinmu!"
Jagannatha berkata "Aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Dan hal terbesar adalah aku sangat membenci anakmu, Ashoka!"
Bindushara berkata tegas, "Kau tidak akan mendapatkan kesempatan ini lagi dan lagi. Biar aku tahu ketika kau sudah memikirkannya. Aku siap membayar jumlah apapun untuk itu". Bindushara menatap Jagannatha dengan pandangan tajam.


Semua orang di ruangan itu tampak tegang, kecuali Kaurwaki yang tampak sendu.
Samrat Bindushara mendekati Kaurwaki yang menangis, dia memegang kepala Kaurwaki penuh kasih. "Aku akan menentukan tanggal pernikahan kalian", kata Bindushara. Devi tampak senang.
Bindushara mendekati Jagannatha dengan wajah dingin, dia memberikan pelukan dan memanggilnya besan.
Jagnnatha terlihat kesal namun menerima pelukan itu. Bindushara pergi dari ruangan itu.
Devi yang merasa senang mendekati Kaurwaki dan memeluknya erat. Disisi lain, Kaurwaki tampak sedih dan bingung namun merasa bahagia.
Devi memandang ke atas sambil bersyukur, "Ya Tuhan, Anda telah menerima doaku. Perkataan Baba tidak menjadi kenyataan!"

Di ruangan samrat, Ashoka bertanya kepada Bindushara, "Ayahanda, apakah Jagannatha telah mengijinkan pernikahan kami?"
Bindushara menjawab, "Tidak, tapi aku akan terus meyakinkannya".
Ashoka berkata, "Aku masih penuh keraguan kepada Jagannatha. Aku tidak berpikir jika kita harus mempercayai dia sepenuhnya".
Bindushara menjawab, "Kau jangan memikirkan itu, serahkan semua itu kepadaku".
Dharma berkata, "Aku akan pergi menemui Devi. Dia telah pergi untuk bertemu dengan beberapa Saadhu (Reshi atau pendeta). Dia akan memberitahu tanggalnya". Bindushara mengangguk dan Dharma pergi dari ruangan itu. Ashoka hanya diam sepeninggal ibunya. Hening menyergap di ruangan itu, samrat melihat putranya yang sedang memikirkan sesuatu.

Di ruangannya, Sushima berkata heran, "Apa yang dikatakan Dharma kepada Bindushara sehingga ia setuju untuk menikahkan Ashoka dengan Kaurwaki?"
Charumitra berkata, "Dia tahu dengan baik bagaimana membuat Samrat menari sesuai dengan lagunya!"
Sushima beralasan, "Dengan cara ini kita akan kehilangan segalanya. Ashoka akan mewarisi tahta dan Kita akan segera dikirim ke pengasingan. Ibu harus lakukan sesuatu atau aku akan mulai menganggap jika ibu telah tua dan tidak mampu berbuat apapun!"
"Apa kau tidak menghormati ibumu lagi, Sushima?", bertanya Bindushara yang datang ke ruangan itu. Charumitra yag terkejut memejamkan mata dan menoleh. Sushima yang terkejut akan kedatangan samrat yang tiba-tiba.

"Apakah ini etikamu? Ini adalah perbedaannya antara kau dan Ashoka! Dia menghormati ibunya dan kau tidak. Aku datang untuk memberitahumu bahwa kau khawatir tanpa alasan. Apa yang kau pikirkan tidak akan terjadi. Aku telah mengambil setiap keputusan memikirkan keluargaku. Aku telah menyadari itu mungkin menempatkan Magadh dalam bahaya tetapi cukup! Aku tidak akan melakukannya lagi", kata Bindushara.
Sushima bertanya, "Lalu mengapa ayah setuju untuk menikahkan Ashoka dan Kaurwaki?"
Bindushara menjawab, "Aku akan memberikan kembali apa yang telah aku terima dari musuh-musuhku! Mereka telah menipuku. Sekarang giliran aku. Aku telah memastikan agar keraguan tidak muncul di benak para musuhku. Aku tidak akan hanya menghukum mereka tetapi akan menghancurkan mereka!".
Charumitra dan Sushima tersenyum mendengar ucapan Bindushara.

Charumitra mendekat dan berkata, "Samrat, aku merasa senang. Anda menunjukkan sayang anda kepada putra sulung Anda. Anda akhirnya menyadari bahwa anak sulung Anda adalah pewaris yang layak! Anda sekarang menyadari kebenaran".
Bindushara dalam hati heran dengan kegembiraan Charumitra dan Sushima, namun dia mengangguk, "Ya, kalian berkata benar. Aku telah memastikan ibu dan anak yang jahat itu tidak akan curiga. Kalian tidak akan melakukan apa-apa sampai pernikahan terjadi. Pernikahan kalian berdua harus berjalan dengan damai!".
Sushima menjawab, "Tentu saja, Ayahanda. Aku pastikan semuanya akan lancar".
Bindushara segera pergi dari ruangan itu.
Charumitra berkata kepada putranya, "Setelah kau menikah dengan Chanda, maka tidak ada yang akan dapat membuatmu jauh dari tahta!"

Di kebun milik istana, putri Chanda sedang memetik bunga, dari satu bunga ke bunga yang lain. Seseorang tampak mengawasinya dari bali pohon bunga. Chanda yang merasakan ada yang mengintip segera berbalik, tetapi dia tidak melihat siapa pun. Dia melanjutkan memetik bunga. Namun dia mulai mendengar suara langkah kaki. Chanda berbalik dan tersenyum melihat siapa yang datang. Tentu saja dia tersenyum karena yang datang adalah Sushima, pangeran pujaannya.
Jari Chanda terluka oleh duri dari pohon bunga. Sushima segera memegang jari itu dan menghisapnya. Sushima tampak menikmatinya sambil memejamkan mata, Chanda tertunduk malu melihatnya.
Sushima membuka matanya dan berkata, "Aku tidak suka kalau kau terluka. Jagalah dirimu sendiri"
Chanda mengangguk dan berkata, "Mengapa orang tidak bisa melihat sisi baik darimu ini?"
Sushima bingung, "Apa maksudmu?"

Chanda menjelaskan apa yang telah dikatakan Kaurwaki waktu itu bahwa Sushima bukan orang yang baik, orang jahat bahkan disebut Danawa (Iblis) yang seharusnya tidak dicintai bahkah didoakan.
Sushima berpikir, "Aku benar. Kaurwaki memang berusaha meracuni pikiran Chanda!".
Sushima yang kesal karena cerita Chanda segera berbalik untuk pergi. Namun Chanda menghentikannya, "Kau tidak perlu khawatir tentang apa yang orang lain katakan. Cintaku untukmu adalah murni. Biarkan orang lain berkata apa. Aku percaya pada apa yang aku rasakan benar. Sekarang aku hanya ingin menikah denganmu sesegera mungkin sehingga kita bisa bersatu!", kata Chanda. Sushima hanya tersenyum namun sambil memikirkan sesuatu.

Di ruangannya, Devi sedang mencari-cari sesuatu, dia membongkar kotak pakaiannya dan juga memeriksa lemarinya. Yang dicari adalah kertas Mahurat yang berisi hasil perhitungan dan pencocokan horoskop pasangan pengantin termasuk tanggal pernikahan yang diberikan pertapa di hutan. Namun setelah berapa lama mencari yang dicari belum ditemukan juga. Dharma heran karena Devi bisa ceroboh meninggalkan kertas mahurat di suatu tempat dan melupakan hal penting itu.
"Kau telah menjadi begitu gembira dan kau melupakan itu? Apakah kau ingat tanggalnya?", tanya Dharma.

Devi tampak sedih dan tertunduk sambil menutup pintu lemari.
"Ada apa, Devi? Kau menyembunyikan sesuatu dariku?", tanya Dharma. Devi hanya diam tidak berani memandang Dharma. Akhirnya Dharma meraih tangan Devi dan meletakkan di kepalanya, dia berkata, "Ayo, katakan dengan jujur!", kata Dharma.
Devi akhirnya menceritakan dengan terus terang apa yang dikatakan pertapa di hutan, tentang masa depan Ashoka dan Kaurwaki, seperti sebuah ramalan.
Dharma terhenyak kaget mendengarnya, dia beringsut mundur, "Aku tidak percaya itu!", katanya tegang, jantungnya berdebar.
Devi menjawab, "Ya, Bibi jangan percaya. Tuhan berada di atas nasib. Dia telah mendengar doaku. Samrat telah setuju untuk pernikahan bahkan setelah semua yang terjadi. Tidak ada yang bisa berjalan salah sekarang". Devi tersenyum memberi semangat.

Dharma mengangguk, meredakan keteganganya, "Benar, tidak ada masalah akan datang saat ini. Tuhanku tidak bisa merebut kebahagiaan Ashokaku seperti ini. Aku akan berbicara dengan Acharya Radhagupta. Kami akan mencari tahu segala kemungkinan"
Dharma segera pergi ruangan itu. Sedangkan Devi mulai terlihat semangat sekarang, "Bibi berkata benar, tidak ada yang menghalangi rencana keluarga ini sekarang", guman Devi.
Di ruang keluarga, dilakukan pertemuan yang dihadiri para rani, para pangeran, Mahamatya, Acharya dan para pendeta istana yang mencari tanggal yang cocok untuk pernikahan dua pangeran sesuai dengan perbintangan masing-masing pasangan. Purohita ji (Pendeta istana) berkata, "Tanggal baik untuk pernikahan ada dalam waktu satu minggu ini".

Bindushara menanyakan tanggal tepatnya, Purohit ji pun memberitahu Samrat Magadha. Entah mengapa, Ashoka tampak terkejut dengan tanggal pernikahan itu.
Bindushara mengumumkan, "Dengan ini, aku sebagai samrat Magadha mengumumkan tanggal pernikahan kedua pangeran. Persiapan untuk acara itu harus dilakukan dengan baik. Aku tidak akan suka jika ada yang tidak beres dalam acara pernikahan ini".
Sushima berpikir, "Ashoka hidupnya penuh dengan masalah. Tidak hanya aku, tetapi ada orang lain juga yang tidak ingin pernikahan ini terjadi!".

Di suatu tempat diantara dua bukit yang menjulang, ribuan orang prajurit dalam barisan sedang bergerak pelan. Mereka bersiaga dengan persenjataan mereka dalam berbagai bentuk menuju wilayah Magadha. Seseorang yang mungkin pimpinan atau panglima dari ribuan prajurit itu yang bersenjata trisula melihat istana Magadha dari jauh dari atas punggung kudanya.
"Istana Magadha akan sibuk pada persiapan untuk pernikahan. Ini adalah waktu yang tepat untuk memenuhi koridor istana dengan darah, untuk menjatuhkannya!", kata seorang panglima pasukan itu, sambil tertawa.

PREV   1   2
Bagikan :
Back To Top