Sinopsis Ashoka Samrat episode 404 bag 2 by Kusuma Rasmana.
Di ruang pertemuan, Mahamatya menyambut para Purohita dan acharya yang
tiba di ruang pertemuan dalam istana yang akan dijadikan tempat ritual puja
Satya Narayana (pemujaan kepada Krishna atau Wishnu) yang sudah ditata dengan
indah dan rapi sesuai dengan keperluan.
Sementara itu, di ruangan Bindushara, Dharma membantu Bindushara yang sedang bersiap-siap di depan cermin.
Sementara itu, di ruangan Bindushara, Dharma membantu Bindushara yang sedang bersiap-siap di depan cermin.
Bindushara memuji Dharma yang memilih Kaurwaki bagi Ashoka.
Dharma berkata, "Aku tidak pernah berpikir jika Ashoka akan menikahi seorang putri dan Anda sebagai ayah akan berada disana untuk memberkatinya. Aku hanya berharap semuanya berjalan dengan lancar!".
Bindushara berkata, "Jangan khawatir, semuanya akan berjalan baik", sambil memegang pipi Dharma.
Keduanya, samrat dan Rani Magadha itu pun berpelukan.
Di ruangan Sushima, Charumitra membantu Sushima yang
bersiap-siap dengan pakaian yang paling indah lengkap dengan
perhiasannya.
Sushima berkata, "Aku kesal kepada ayah Kaurwaki, Jagannatha. Karena dialah rencana kita berantakan dan kita kehilangan harta yang sudah kita sembunyikan. Dan Kaurwaki juga berbicara menghasut Chanda. Sekarang apa yang harus kita lakukan, Bu?".
Charumitra menjawab, "Kau tidak usah memikirkan hal itu dulu, Sushima. Samrat telah meyakinkan kita bahwa dia akan mengurus Dharma dan Ashoka setelah pernikahan. Dia akan menangani semua orang".
Sushima menjawab marah, "Tidak Bu! Aku tidak bisa melihat Ashoka dan Kaurwaki bersatu bahkan dalam sekejap pun. Aku ingin membunuh Kaurwaki tepat di depan mata Ashoka sehingga ia dipaksa untuk mati!".
Charumitra berkata, "Aku setuju untuk memenuhi keinginanmu. Kau jangan khawatir. Konsentrasi saja pada pernikahanmu. Aku akan melakukan apa yang benar-benar akan membuat pernikahan ini mengesankan dan bersejarah!".
Kaurwaki yang sudah siap melangkah di koridor diiringi beberapa
pelayan perempuan. Dia berhenti saat di depan kamar Ashoka. Ashoka muncul dari
dalam kamarnya dan melangkah hingga berhadapan dengan Kaurwaki. Keduanya lalu
saling melempar senyum.
Ashoka bertanya, "Apa ayahmu akan setuju untuk pernikahan kita?"
Kaurwaki menjawab, "Kau percayalah kepada Tuhan. Dia yang membawa kita sampai disini, maka Dia juga yang akan membawa kita ke depan melalui pernikahan kita. Kita harus percaya cinta kita".
Ashoka mengangguk dan mengulurkan tangan memegang tangan Kaurwaki mesra. Keduanya pun melangkah bergandengan tangan seakan tak peduli dengan para pelayan yang mengikuti langkah mereka. Sesekali keduanya saling menatap namun terus melangkah.
Lagu O Priyatam mengiringi adegan ini.
Ashoka bertanya, "Apa ayahmu akan setuju untuk pernikahan kita?"
Kaurwaki menjawab, "Kau percayalah kepada Tuhan. Dia yang membawa kita sampai disini, maka Dia juga yang akan membawa kita ke depan melalui pernikahan kita. Kita harus percaya cinta kita".
Ashoka mengangguk dan mengulurkan tangan memegang tangan Kaurwaki mesra. Keduanya pun melangkah bergandengan tangan seakan tak peduli dengan para pelayan yang mengikuti langkah mereka. Sesekali keduanya saling menatap namun terus melangkah.
Lagu O Priyatam mengiringi adegan ini.
Sementara di dapur istana, Witthasoka memeriksa persiapan hidangan makanan dalam acara yang akan diadakan. Ia mencicipi beberapa masakan yang ada disana. "Bagaimana dengan Khir? Kakak Ashoka sangat menyukai itu", kata Witthasoka kepada seorang pelayan dapur. Pelayan itu hanya mengangguk. Saat dia akan mencoba masakan yang lain, Devi datang dan menjewernya, "Ini untuk ritual Satya Narayana Puja, tidak boleh dicoba", kata Devi.
Witthasoka berjkata, "Aku menjadi bersemangat saat melihat pernikahan kerajaan, makanannya pasti sedap!"
Devi berkata, "Aku juga menunggu hal yang sama. Biarkan puja dilakukan dahulu".
Devi dan Witthasoka mendongat saat mendengar nyanyian puja mantra dari ruang ritual.
Di ruangan ritual, semua orang telah berkumpul untuk Satya
Narayana puja (pemujaan yang dipersembahkan untuk Dewa Wishnu). Seorang pendeta
tinggi mengucapkan mantra puja dan pujian kepada Krishna yang merupakan prabhawa
Wishnu sebagai Jagad Guru (Guru semesta). Puja dipimpin oleh pendeta dan
beberapa acharya. Beberapa saat kemudian ritual Satya Naraya Puja
selesai.
Setekah itu, Sushima melakukan ritual berupa pemberkatan bagi beberapa persembahan yang dibawa oleh pelayan bergiliran. Setelah itu giliran Ashoka dan Kaurwaki yang melakukan ritual itu. Bindushara dan Jagannatha mendekati tempat Ashoka mungkin sebagai orang tua mempelai.
Dharma tegang memikirkan kata-kata Baba yang disampaikan Devi dan juga yang didengarnya sendiri.
Bindushara bertanya kepada Jagannatha, "Apa kau sudah mengambil keputusan atas masalah ini?".
Jagannatha menjawab, "Tidak, tidak akan".
Setekah itu, Sushima melakukan ritual berupa pemberkatan bagi beberapa persembahan yang dibawa oleh pelayan bergiliran. Setelah itu giliran Ashoka dan Kaurwaki yang melakukan ritual itu. Bindushara dan Jagannatha mendekati tempat Ashoka mungkin sebagai orang tua mempelai.
Dharma tegang memikirkan kata-kata Baba yang disampaikan Devi dan juga yang didengarnya sendiri.
Bindushara bertanya kepada Jagannatha, "Apa kau sudah mengambil keputusan atas masalah ini?".
Jagannatha menjawab, "Tidak, tidak akan".
Bindushara berkata, "Itu berarti Aku memberimu waktu sampai tanggal pernikahan. Aku berjanji kepadamu demi Ashoka. Aku akan memberikan apa pun yang akan kau minta untuk hari ini". Jagannatha lalu bergeser mendekat ke tempat Kaurwaki.
Istri Jagannatha berjalan ke arah Ashoka dengan nampan yang berisi lipatan kain yang dipenuhi bubuk berwarna merah.
Ashoka akan menyentuh bubuk itu, namum tiba-tiba Dharma berteriak, "Darah!".
Semua orang yang ada di ruangan itu kaget karena teriakan Dharma yang tampak tegang ketakutan.
Bindushara bertanya, "Dimana darah?"
Dharma menunjuk pada pewarna merah di atas kain, semua orang heran karena diatas nampan itu tidak ada darah melainkan hanya bubuk merah diatas kain putih.
Jagannatha berkata, "Ini pertanda buruk bagi masa depan Ashoka".
Devi melangkah mengambil lipatan kain putih diatas nampan itu dan memperlihatkan kepada Dharma, "Bibi, ini hanya Kumkum. Ini adalah pertanda baik dengan berkat Devi Mata (Dewi Ibu) agar kehidupan pernikahan yang bahagia. Saat Devi Mata memberkati seseorang maka tidak ada yang bisa berjalan salah", kata Devi sambil melirik ke arah Jagannatha. Bindushara manggut-manggut mendengar penjelasan Devi.
Dharma yang diam membatin, "Ya Tuhan, Aku berharap tidak ada masalah yang akan dihadapi sekarang".
Kumkum adalah bubuk kunyit berwarna merah yang digunakan untuk membuat tanda berbeda pada dahi seseorang di India.
Di suatu tempat diluar Pattaliputra, tampak bergelimpangan
banyak mayat manusia, baik orang-orang biasa maupun beberapa prajurit.
Mayat-mayat yang berserakan tumpang tindih itu adalah hasil pembantaian yang
dilakukan oleh ratusan prajurit yang sebelumnya diam-diam mengawasi dan masuk
Magadha dan segera melakukan kekejaman itu tanpa ada yang bisa menghadang
mereka. Pimpinan atau panglima para prajurit pembantai itu dan para anakbuahnya
merasa gembira diantara mayat-mayat yang bergelimpangan.
Pimpinan prajurit itu berkata dari kursi kayunya yang telah disiapkan oleh anak buahnya, "Aku, Wikatakura, akan segera merebut Pattaliputra, lalu Magadha dan kemudian seluruh India! Tidak ada yang bisa menghentikanku untuk melakukannya. Semuanya tidak akan bisa, bahkan Ashoka yang ditakdirkan untuk memenuhi impian persatuan India. Aku akan membunuhnya bersama mimpinya!". Wikatakura mengakhiri ucapannya dengan tawanya yang menggelegar menakutkan.
Pimpinan prajurit itu berkata dari kursi kayunya yang telah disiapkan oleh anak buahnya, "Aku, Wikatakura, akan segera merebut Pattaliputra, lalu Magadha dan kemudian seluruh India! Tidak ada yang bisa menghentikanku untuk melakukannya. Semuanya tidak akan bisa, bahkan Ashoka yang ditakdirkan untuk memenuhi impian persatuan India. Aku akan membunuhnya bersama mimpinya!". Wikatakura mengakhiri ucapannya dengan tawanya yang menggelegar menakutkan.
CUPLIKAN : Dharma sedang menumbuk kunyit bersama Devi di dapur
dan dia kaget saat melihat darah merah di dalam lesungnya.
Semua orang datang setelah mendengar teriakannya. Jagannatha menyarankan Bindushara untuk membatalkan pernikahan, "Ini semua adalah pertanda buruk!". Namun Bindushara tetap bersikeras pada keputusannya.
Semua orang datang setelah mendengar teriakannya. Jagannatha menyarankan Bindushara untuk membatalkan pernikahan, "Ini semua adalah pertanda buruk!". Namun Bindushara tetap bersikeras pada keputusannya.