Sinopsis Ashoka Samrat episode 399 bag 2

Sinopsis Ashoka Samrat episode 399 bag 2 by Kusuma Rasmana. Di ruangan belakang masih di kuil Devi Maa, Acharya Radhagupta dan dua prajuritnya memeriksa ruangan itu dan isinya yang berupa kotak atau peti yang ada di tempat itu yang mungkin bisa diapaki menyembunyikan harta. Tapi mereka tidak menemukan apa pun. Acharya dan prajuritnya terus mencari.

Di ruangan depan kuil, Bindushara mendamprat dua putranya yaitu Sushima dan Siamak atas kelakuan mereka.

"Aku tidak pernah memikirkan apa yang akan aku lihat hari ini. Para pewarisku, putraku, para penjaga dan kesatriaku bisa melakukan ini. Aku membuat suatu kesalahan besar dalam mengenali dan memahami anak-anakku sendiri", kata Bindushara marah sambil melotot. Sushima dan Siamak hanya diam menunduk.
Acharya Radhagupta dan dua prajuritnya datang. "Samrat, Kami tidak menemukan apa-apa didalam sana".

Bindushara terkejut dan menoleh kepada Ashoka. Sushima dan Siamak juga terkejut dengan alasan berbeda. Beberapa langkah dari mereka, Lasendra yang dalam penyamarannya juga terkejut.
Ashoka berkata heran, "Acharya, ini tidak mungkin. Bagaimana itu bisa terjadi? Harta itu harusnya ada disini?".
Ashoka memegang Sushima,"Katakan, dimana Kau sembunyikan harta itu"
"Harta? Harta apa, Ayahanda?", tanya Sushima bertingkah tidak tahu dan tidak bersalah.
"Harta perbendaharaan yang telah kalian curi dan kau menyembunyikan itu disini!", kata Bindushara lantang.
Sushima berbohong, "Tidak, Ayahanda! Aku tidak tahu tentang harta, Aku datang ke kuil untuk berdoa kepada Devi Maa (Dewi Ibu)"

Ashoka bertanya ketus,"Sejak kapan kau mulai mempercayai Dewi Ibu, Sushima?"
Siamak berkilah menutupi, "Calon istrinya mempercayai Tuhan jadi aku membawanya kesini atas saran Putri Chanda. Aku ingin dia memiliki kepercayaan dan mendapatkan berkat dari Tuhan karena dia akan menempuh hidup barunya. Semoga dengan doanya dia berbahagia dengan calon istrinya".
Bindushara bertanya pada Sushima "Tapi, haruskah kau mengubah penampilanmu?".
Sushima menjawab, "Aku tidak ingin menarik perhatian yang tidak penting, Ayahanda".
Ashoka tampak marah dengan alasan Sushima, demikian juga Radahgupta dan prajuritnya,
"Anda selalu tidak mempercayaiku, Ayahanda. Aku sekarang dikaitkan dengan pencurian harta. Apa yang dikatakan Rajmata benar. Anda mempercayai Ashoka dengan begitu mudah", kata Sushima mengeluh.

Bindushara yang jengkel segera pergi tanpa berkata apapun, Ashoka berusaha memanggilnya namun dia tak peduli. Langkahnya diikuti Sushima dan Siamak di belakangnya. Ashoka marah dengan kegagalan penangkapan itu.
Acharya Radhagupta menenangkannya lalu pergi bersama prajuritnya.
Ashoka yang marah mendekati perempuan yang merangkai untaian bunga yang segera berdiri, dia adalah Lasendra yang menyamar.
"Kau lihat apa hasilnya?", tanya Ashoka marah. Lasendra berkata, "Aku juga heran mengapa bisa begini. Aku tidak tahu bagaimana itu terjadi. Percayalah kepadaku, harta itu tadinya disini".
Ashoka bertanya-tanya, "Pasti ada orang lain yang memindahkan harta itu. Tapi siapa?".

Sementara itu, di sebuah ruangan yang penuh dengan peti harta, seseorang merogoh tumpukan koin dari dalam peti yang terbuka dan menghamburkan koin emas itu di lantai. Dia adalah Jagannatha yang telah mencuri perbendaharaan Magadha dari kuil Devi Maa.
"Aku tidak akan membiarkan Magadha dan Kalingga bersatu melalui perkawinan anak-anak mereka! Aku akan mengubahnya menjadi pertumpahan darah jika aku harus. Tapi aku tidak akan membiarkan persekutuan ini terjadi!", guman Jagannatha diakhiri dengan tawannya yang licik.
Di hutan tempat pertapa, Devi bangkit dari duduknya, "Tidak! Aku tidak percaya ini!"

Pertapa berkata meyakinkan Devi, "Percayalah, Putri! Aku melihat pertumpahan darah dan seluruh masalah. Seseorang akan menciptakan perbedaan diantara mereka berdua. Itu bukan orang luar tapi seseorang yang dekat dengan mereka yang hanya akan menjauhkan mereka". Devi semakin terkejut dengan ucapan pertapa atau reshi itu.
Sementara itu, istana Kalingga, Jagannatha menyalakan api dan membakar lukisan yang menampilkan Kaurwaki dan Ashoka didinding ruangan itu.
Di hutan depan pertapa atau reshi, Devi berkata sedih, "Aku masih tidak mempercayai itu semua. Mereka berdua saling mencintai, bagaimana akan terjadi sesuatu?"
Reshi menegaskan, "Bukan cinta melainkan takdir! Proses ke arah itu sudah dimulai, keduanya akan berpisah"

Nada bicara Devi berubah dari sedih menjadi marah, "Aku menolak untuk pasrah akan takdir yang Anda sebutkan. Aku akan mendukung mereka dalam cara apapun. Aku akan lihat siapa yang menang. Takdir atau cinta mereka!"
Devi berlalu meninggalkan reshi pertapa itu dan pergi dari sana.
Di ruangan kuil Devi Maa, tempat harta perbendaharaan terakhir disimpan, Ashoka yang marah dan kecewa masih sibuk mencari keberadaan harta itu. Ia ditemani Acharya Radhagupta yang hanya melihatnya.

Ashoka merasa kesal, "Sepertinya kedua saudaraku juga terkejut. Mereka juga tidak tahu dimana harta perbendaharaan sekarang. Pasti ada orang ketiga yang terlibat di dalamnya. Itu bukanlah orang luar. Tapi siapa dia?", kata Ashoka.
Ashoka terus mengobrak-abrik tempat itu untuk mencari harta itu namun belum berhasil menemukan apa pun. Ashoka yang marah menendang sebuah jambangan besar hingga jatuh terbalik. Saat itulah dia menemukan sebuah perhiasan tergeletak di lantai. Ashoka mengambil perhiasan itu dan mengamatinya. "Perhiasan ini hanya dimiliki oleh seorang Rajawamshi (bangsawan)". Ashoka berpikir keras tentang siapa kira-kira pemilik perhiasan yang demikian itu.

Di istana Kalingga, Jagannatha sedang berbincang dengan adiknyanya yang bernama Kewalnatha.
"Kewalnatha, Aku hanya ingin satu kesempatan untuk membalaskan dendamku kepada Bindushara. Aku tidak tahu bahwa aku akan mendapatkan kesempatan ini segera. Putriku telah membukakan jalan bagiku. Aku tidak pernah berpikir jika putriku akan menjadi media untuk membalaskan dendamku pada Bindushara. Ucapan Chanakya tidak salah! Dia selalu mengatakan bahwa kau hanya perlu membakar satu pohon untuk membakar satu hutan. Dengan cara yang sama kita akan menghancurkan dinasti Maurya. Bindushara memiliki dua putra yang serakah dan pendosa besar! Dia adalah Sushima dan Siamak. Mungkin Tuhan hanya menginginkan ini. Aku beruntung menguping pembicaraan mereka saat menyebut harta mereka disembunyikan di kuil".

Dalam kilas balik adegan, Sushima sedang berbicara dengan Siamak tentang harta perbendaharaan, sementara Jagannatha menguping dibalik tirai.
"Ashoka telah mencurigai saudara-saudaranya sejak masih kecil. Aku yakin Sushima dan Siamak akan saling mencurigai satu sama lain karena harta perbendaharaan kali ini yang benar-benar hilang. Mereka akhirnya akan mati. Kemudian, kita akan menciptakan malapetaka di Magadha. Kita akan menghancurkannya! Tidak ada yang akan mengetahui jika kita berada di balik semua ini!", kata Jagannatha tertawa licik, sementara Kewalnatha hanya manggut-manggut menyetujui.
Di sebuah ruangan di istana Pattaliputra, Lasendra berbicara dengan Sushima.

"Hanya kita yang tahu dimana harta perbendaharaan itu disimpan", kata Lasendra bingung, "Aku tidak akan ada disini jika aku melakukan sesuatu. Ibumu dan Mahamatya juga bisa melakukan ini".
"Ada ada orang lain juga, tapi siapa?", pancing Lasendra lagi. Sushima tampak berpikir keras.
"Siamak!", guman Sushima, "tapi bagaimana bisa kau berpikir seperti itu?"
Laasendra berkata menghasutnya, "Dia adalah orang yang bisa membunuh orang yang dia sayangi demi untuk menyelamatkan dirinya sendri. Dia ingin memindahkan semua itu ke Takshashila tetapi kau menentang keputusannya. Dia pasti berpikir jika kau tidak akan membiarkan dia membawa itu sehingga dia mungkin telah mencuri harta itu".

Sushima segera pergi dari ruangan itu dengan marah sementara Lasendra tersenyum licik melihat kepergian Sushima.
Di atap benteng istana yang berupa balkon, Siamak sedang bersedih karena dia mengecewakan orang tuanya lagi.
Sushima datang dan tanpa basa-basi langsung menyerangnya ayunan tinjunya. Siamak segera mengelak. Sushima segera memegang lehernya. "Dimana kau mneyembunyikan harta itu? Kau berani bermain dengan Sushima!", tanya Sushima marah. Dia bermaksud menghempaskan Siamak, namun Siamak berhasil melepaskan dirinya.
Siamak berusaha menjelaskan, "Apa maksudmu? Aku tidak mengambil harta itu! Aku hanya bersamamu!".

"Ahh!", teriak Sushima akan menyerang dengan pedang, namun Siamak berhasil mengelak.
"Kau harus mati, Siamak!", kata Sushima kembali mengayunkan pedang, namun Siamak menepis dengan pedang juga.
Keduanya pun bertarung dengan pedang mereka. "Mengapa aku akan mengkhianatimu? Aku mendukungmu!", tanya Siamak sambil menahan pedang Sushima.
Sushima berkata, "Pengkhianat ada dalam darahmu! Apa kau lupa apa yang ibu dan kakekmu lakukan?"
Siamak marah dengan hinaan Sushima terhadap ibu dan kakeknya. Siamak pun menyerang dengan pedang dan berhasil melayangkan tinjunya di pelipis Sushima. Kembali keduanya bertarung pedang, saat yang tepat giliran Siamak kena hantaman tinju Sushima, hingga terhuyung,

Sushima menahan leher Siamak, "Kesempatan terakhir! Beritahu dimana kau simpan harta itu? Jawab!".
Siamak menjawab, "Walaupun aku tahu, Aku tidak akan memberitahumu!"
Dia pun menyentakkan tangan Sushima dan kembali menyerang dengan pedang. Sushima memutar pedangnya membuat serangan Siamak mentah. Dia melayangkan pukulan ke dada Siamak yang membuatnya terhuyung dan pedangnyya terlepas. Sushima mengayunkan pedangnya menyerang lawannya hingga Siamak menahan serangan pedang dengan tangan kosong.
Charumitra datang ke tempat itu, "Sushima!, teriak Charumitra. Namun Sushima malah mengayunkan pedangnya berputar membuat tiga jari Siamak putus dan berjatuhan ke lantai.

"Aduh!!", teriak Siamak kesakitan. Charumiitra terkejut ngeri. Siamak jatuh terduduk sambil memegangi tangan kanannya yang tiga jarinya putus berdarah, menyisakan jari telunjuk dan kelingking saja. Sushima melihat kondisi adiknya tetap marah.
Charumitra marah kepada keduanya, "Apa yang kalian lakukan? Kalian memiliki kesempatan emas untuk menjebak Ashoka tapi kalian malah bertarung sendiri!".
Sushima melihat Siamak yang kesakitan karena lukanya, namun dia tetap marah. Siamak juga menatapnya dengan marah.


CUPLIKAN : Di depan Acharya Radhagupta, Ashoka berkata, "Pasti orang berpengalaman yang telah melakukan ini. Dia tidak meninggalkan jejak apapun". Kaurwaki yakin bahkan orang yang berpengalaman sekalipun pasti meninggalkan petunjuk. Ashoka menunjukkan perhiasan yang dia temukan di lantai ruang kuil. "Kau mungkin mengenal perhiasan ini?", tanya Ashoka. Kaurwaki ingat jika itu milik ayahnya, dia tampak terkejut.

PREV  1  2  NEXT
Bagikan :
Back To Top