Sinopsis Ashoka Samrat Episode 354 bag 2

Sinopsis Ashoka Samrat Episode 354 bag 2 by Kusuma Rasmana.  Witashoka mengangguk, "Adalah tanggung jawabku untuk mengurus ibu dan tanah air di saat Bhaiya tidak ada".
Ashoka lalu memeluk adiknya. Sejenak kemudian, dia bangkit dan melangkah pergi dari tempat itu.
Dharma menangis tidak sanggup melihat kepergian Ashoka. Bindushara hanya diam menatap kepergian Ashoka. Sushima, Charumitra, Mahamatya, Helena dan Siamak merasa sedikit lega, karena musuh yang mendekati mereka ke istana sudah pergi. Nayaka dan Radhagupta menyayangkan sikap Ashoka yang sekeras batu. Para warga yang menonton sibuk membicarakan kejadian yang barusan dilihat mereka di arena itu.

Acharya peramal berkata, "Rencana kita berhasil sebagian dan tidak lengkap, Acharya. Samrat siap untuk mengajak Ashoka bersamanya tapi Ashoka tidak mengubah pikirannya sama sekali".
Acharya Radhagupta menanggapi, "Dia bisa pergi ke mana pun yang dia inginkan tapi tujuannya adalah mimpi tentang India bersatu. Itu adalah kebenarannya! Ashoka tidak bisa bebas tanpa ibu atau ibu pertiwinya!"
Sementara itu Ashoka sedang berjalan menyusuri hutan kecil yang rindang. Dia berpikir, "Semua hubungan dengan anggota keluarga itu sudah berakhir sekarang! Aku adalah Chanda dan akan selalu demikian. Aku tidak akan pernah kembali ke Pattaliputra! Tidak akan pernah!".


Di sebuah tempat, Ashoka sedang duduk sendiri di tanah lapang sambil melihat reruntuhan rumah yang tampaknya sudah terbakar beberapa tahun yang lalu. Itu adalah rumah yang terbakar, dimana Acharya Chanakya saat itu terbaring dan terjebak didalamnya hingga menghembuskan nafas terakhir di halaman rumah itu setelah sempat di bawa keluar dari kebakaran itu. Kejadian itu sangat berbekas dalam ingatannya (dalam kilasan adegan) karena saksi kejadian itu adalah dia sendiri. Ashoka masih ingat saat-saat kematian Acharya Chanakya.
Acharya Radhagupta datang ke tempat itu, Ashoka tidak menoleh walaupun dia tahu siapa yang datang dengan nasihatnya.
Ashoka berkata, "Aku tahu, Anda pasti akan datang kemari".
Acharya Radhagupta berkata, "Sudah begitu lama kau ingin datang ke Pattaliputra. Kau menolak itu karena amarahmu. Sepertinya Acharya Chanakya dan janji yang kau ucapkan kepadanya tidak penting lagi. Semuanya telah menjadi masalah pribadi bagimu".

Ashoka menjawab, "Aku tidak melupakan apapun. Aku ingat semua yang terjadi dengan jelas. Aku tidak bisa melupakan kata-kata pahit ayahku. Aku adalah seorang anak berusia 15 tahun ketika ayahku memanggilku anak yatim dan memintaku untuk meninggalkan rumahnya. Dia sudah mati bagiku! Padahal dia adalah ayahku. Aku sangat menyayanginya dan percaya penuh kepadanya. Namun dia bahkan tidak membiarkanku menemui ibu. Impian Guruku adalah impianku juga, tapi aku dihukum. Hak untuk memenuhi impian itu direnggut dariku. Aku diusir dari rumahku sendiri. Anda bahkan tidak bisa membayangkan apa yang aku rasakan saat itu. Ini adalah hukuman terbesar dari seseorang yang merebut satu-satunya motto dalam hidupku!".
Ashoka melanjutkan dengan bibir tergetar, "Dan sekarang Bindushara menganggap itu semua sebagai hal yang sepele dan memintaku untuk pulang ke rumah. Tidak ada sakit hati, rasa sakit atau penyesalan di wajahnya. Dia meminta kepadaku untuk melupakan segalanya".
Radhagupta hanya diam menyimak. Ashoka bangkit dari duduknya, dia melangkah mendekati Radhagupta.

Dia berkata marah, "Aku belum lupa dan tidak akan lupa! Apa yang dia lakukan kepada ibuku dan bayi yang baru lahir itu salah! Aku masih kecil saat itu tapi ia adalah Samrat. Aku tidak akan pernah memaafkannya untuk itu. Aku mungkin seorang Chanda tapi aku juga merasakan sakit. Ketika seseorang memberi luka lain di atas luka lama dan bukannya mengobati, maka luka itu akan berkembang melebar sekali lagi. Aku belum melupakan apapun, rasa sakit yang ditanggung anak berusia 15 tahun masih ada di dalam diriku saat ini."
Acharya Radhagupta berkata, "Aku khawatir jika impian akan akhanda Bharata (India bersatu) akan hancur dengan cara ini".
Ashoka berbalik memandang Acharya, dia berkata, "Air mataku tidak akan melemahkan tekadku! Aku tahu apa yang harus aku lakukan. Tidak penting bagiku untuk tinggal di istana bersama Samrat. Lihat bagaimana impian itu akan terpenuhi sekarang!".
Acharya Radhagupta bingung dengan ucapan Ashoka. "Bagaimana kau akan melakukannya tanpa Samrat?", tanyanya.

Ashoka mendekati Acharya dan menanggapi, "Guru (Chanakya) selalu berkata bahwa biarkan musuh menganggap kita lemah dan tak berdaya. Gunakan itu untuk melawan mereka. Kalian yang membuat rencana yang diketahui dengan mudah, namun bukan aku. Anda pikir aku tidak menyadari semua yang Anda rencanakan? Aku tahu semua yang terjadi sampai sekarang. Aku melihat kesedihan dan kekhawatiran di wajah Anda ketika aku menolak untuk pergi ke Pattaliputra. Aku juga ingin melihat itu di wajah para musuhku. Aku sudah katakan sebelumnya dan aku memberitahu Anda lagi sekarang, aku benci persekongkolan atau rencana konspirasi. Anda tidak akan mampu mengendalikanku. Jika Anda menganggap diri Anda mampu, maka aku akan membuat Anda kalah dalam permainan Anda sendiri!".
Radhagupta menelan kata-kata Ashoka dengan perasaan takjub, namun hanya diam tidak berkata apapun.

Ashoka melangkah mendekati kuda putihnya, Garuda yang tertambat dekat pepohonan. Dia menoleh kepada Acharya, "Aku berjanji kepada Anda bahwa janjiku akan terpenuhi segera. Salah satu pembunuh akan dihukum saat Purnima (hari saat bulan penuh, bulan purnama) ini! Ini adalah sumpah dari Dharma-putra dan peringatan dari Chakrawarti Chanda!".
Ashoka segera melompat ke atas kudanya, dan memacu Garuda berlari meninggalkan tempat itu.
Ditempatnya, Acharya Radhagupta masih berdiri termangu. "Ashoka berpikir seperti singa yang menunggu kelengahan mangsanya. Siapa yang akan mampu menjinakkannya sekarang?", guman Radhagupta.
Sementara Ashoka sedang memacu Garuda berderap membelah angin, diiringi lagu Ashoka Hai Ashoka Haa dalam adegan ini.


CUPLIKAN : Di pintu gerbang istana Magadha, Pattaliputra, Bindushara membawa Dharma dan Witashoka masuk ke istana Pattaliputra. Semua warga menyambut kedatangan mereka dengan meriah. Di suatu tempat, Kaurwaki melemparkan belati kepada seorang pembunuh yang mengejar Ashoka. Pembunuh yang bernama Yama itu dikirim oleh Sushima sejak 10 tahun yang lalu. Ashoka terkejut melihat Kaurwaki dan mengenalinya

PREV  1  2  NEXT
Bagikan :
Back To Top