Sinopsis Ashoka Samrat episode 398 by Kusuma Rasmana

Sinopsis Ashoka Samrat episode 398 by Kusuma Rasmana. Di ruang sidang istana Magadha, Pattaliputra, sedang dilangsungkan ritual pertunangan antara para pangeran Magadha dan putri kerajaan tetangga. Di mulai dengan Pangeran Sushima karena dia pangeran tertua di Magadha. Sushima yang didampingi ayahnya, Bindushara dan ibunya, Charumitra telah berhadapan di panggung ritual dengan putri Chanda yang didampingi kedua orang tuanya. Sushima dan Chanda tak henti-hentinya saling mengumbar senyum. Demikian juga kedua orangtua mempelai dan anggota keluarga lainnya.
Seorang Raja Purohita (Pendeta istana) menjelaskan arti penting dari ritual itu.

"Kalian berdua akan menjadi suami istri dan memasuki masa Grehasta (berumah tangga) mulai saat ini. Dalam sebuah pernikahan yang akan dijalani, Kalian telah memutuskan untuk bersama dengan berkah dari kedua orang tua Kalian", kata Purohita.
Pasangan itu pun saling mendekat di panggung ritual, seorang asisten pendeta membawakan baki yang berisi dua anyaman benang atas perintah pendeta. Chanda lalu mengikat benang di tangan Sushima dan juga sebaliknya. Semua orang tersenyum dan menghujani bunga-bunga kepada pasangan itu. Sushima dan Chanda terus saling melempar senyum. Keduanya lalu turun dari panggung ritual dan Chanda tak hentinya tersenyum tersipu malu kepada semua orang.

Ritual pertunangan Sushima selesai, giliran Ashoka sekarang. Ashoka mengangguk kepada ayahnya. Devi yang berdiri didekatnya tersenyum kepada Kaurwaki. Keduanya lalu berjalan ke panggung bersama-sama. Sedangkan Ashoka melangkah ke panggung didamping Bindushara, Dharma dan Witthasoka. Ashoka dan Kaurwaki melihat satu sama lain. Namun dihadapan Ashoka dan kedua orang tuanya, Kaurwaki merasa sedih akan dirinya karena hanya didampingi Devi, sahabatnya. Sedangkan dia melihat semua anggota keluarga yang lain ada di sana. Kaurwaki sangat merindukan orang tuanya saat seperti itu.

Raja Purohita berkata mengulangi makna ritual itu di depan pasangan calon pengantin. Ashoka mengetahui kesedihan di mata Kaurwaki. Devi memegang nampan yang berisi dua anyaman benang, dia menyodorkan di depan pasangan Ashoka dan Kaurwaki.
Ashoka memandang nampan yang berisi benang itu dan berkata, "Tidak! Aku tidak bisa menerima ini terikat di tanganku".
Ucapan Ashoka menyebabkan semua orang terkejut, termasuk Kaurwaki, Devi, Samrat, Dharma, Charumitra, Sushima, Siamak, Radhagupta dan yang lainnya. Charumitra berguman, "Drama apa lagi ini?".
Ashoka melihat Kaurwaki yang hanya diam seakan bertanya.

Ashoka berkata, "Maafkan aku, Kaurwaki, tapi kebenarannya adalah ayahmu membenciku. Dia tidak akan pernah menerimaku sebagai suamimu. Dalam kondisi ini tidak berarti Aku tidak perlu meminta izin untuk menikah. Kanya-daana (amal anak perempuan) adalah hak setiap ayah. Ini adalah tanggung jawabnya. Aku tidak bisa merebut itu darinya. Sesuai tradisi, Aku hanya ingin memenuhi ritual ini di hadapan mereka".
Kaurwaki menunduk dan mulai menangis, Bindushara dan Dharma menatap Ashoka heran dan tampak kurang berkenan.
Sushima berpikir, "Mereka tidak akan menikah dalam kelahiran ini sama sekali akhirnya".

Seseorang melangkah masuk menuruni tangga menuju ruang sidang itu. "Kaurwaki!", teriak orang itu, semua orang berpaling melihat siapa yang datang ke ruang sidang saat ada ritual pertunangan. Kaurwaki juga ikut mendongak dan dia mendadak tegang saat melihat orang itu adalah ayahnya, Raja Jagannatha. Dharma terkejut, demikian juga Sushima dan Charumitra. Hanya Bindushara yang malah sumringah menyembunyikan senyumnya. Terlihat ekspresi kemarahan di wajah Jagannatha, raja Kalingga.

Kaurwaki berkata, "Ayah!", namun Jagannatha hanya diam dengan wajah dinginnya.
Bindushara berkata kepada Jagannatha, "Aku akhirnya berhasil, Raja Kalingga. Aku sudah mengatakan, Ashoka-ku tidak akan menikah tanpa persetujuan dan berkah Anda. Aku tahu dia dengan baik".
Jagannatha hanya menjawab dengan senyum yang sangat samar.
Dharma bingung, dia membatin, "Kapan Samrat sempat berbicara dengan Jagannatha dan sejak kapan dia datang kemari?".

"Selamat datang!", kata Bindushara menyambut Jagannatha. Jagannatha hanya tersenyum, namun wajahnya kembali dingin saat melihat ke arah Kaurwaki.
Jagannatha berkata, "Jangan terkejut, putriku. Ini bukan mimpi tapi kenyataan. Ayahmu, seorang pelaku yang jahat bagimu, berdiri tepat didepanmu".
Jagannatha melangkah pelan, Kaurwaki bergegas mendekati ayahnya dan memeluknya, "Ayah", katanya sambil menangis terharu. Jagannatha juga terharu namun ekspresinya tetap dingin seperti menahan beban atau menyembunyikan sesuatu.

Dharma, Ashoka, Witthasoka dan Devi senang melihat pertemuan mereka. Kaurwaki lalu melepaskan pelukan dan menatap ayahnya.
Jagannatha berkata, "Ayah menyadari pentingnya kamu setelah kehilangan dirimu. Keputusan Ashoka telah membuat ayah menyadari bahwa Akulah yang berpikiran sempit. Aku yang salah, bukan dia. Dia telah membuktikannya hari ini. Cinta seorang ibu adalah untuk setiap anak tetapi kepercayaan ayah selalu hanya untuk anak yang layak untuk itu. Seorang anak, yang untuknya seorang ayah bisa melakukan banyak hal, tidak pernah salah. Kami percaya kau telah mati dan kami telah kehilangan setiap harapan. Namun hal baik datang dalam bentuk yang kita tidak pernah harapkan".

Jagannatha lalu menoleh ke arah Bindushara yang hanya tersenyum kecil.
Kilas balik menampilkan, Bindushara bertemu Jagannatha di istananya, namun Jagannatha yang marah meminta dia pergi.
"Apa lagi yang kau inginkan? Karena anakmu Ashoka, putriku harus mati. Aku tidak tahu anakku akan bunuh diri karena aku telah menentangnya", kata Jagannatha sedih dan marah.
Bindushara bertanya kepadanya, "Mengapa kau menyalahkan dirimu sendiri. Bagaimana jika Kaurwaki masih hidup?".

Jagannatha berkata, "Apa yang mau kaukatakan? Mengapa aku harus menjawab pertanyaan yang sia-sia".
Bindushara bertanya tegas, "Sekali lagi aku minta jawaban darimu, apakah kau percaya jika Kaurwaki masih hidup?".
"Apa maksudmu? Aku harus percaya putriku masih hidup?", tanya Jagannatha tetap tidak percaya. Bindushara menjelaskan, "Ya, Kau harus percaya, Kaurwaki masih hidup dan ada di Pattaliputra saat ini".
Jagannatha hanya diam dan merasa takjub seakan tidak percaya dengan berita itu.

Bindushara melanjutkan sambil merentangkan tangannya, "Seorang ayah membuka tangannya didepan Anda untuk kebahagiaan anaknya. Aku melakukan itu semua demi anak-anak kita. Aku, Samrat Magadha, Bindushara, meminta tangan putri Anda, Kaurwaki untuk anakku Ashoka. Kaurwaki sendiri telah menyatakan dirinya telah mati bagi dunia untuk menikah dengan Ashoka. Dia meninggalkannya segalanya di belakangnya. Aku meminta kepada Anda mengantarkan cinta mereka menuju puncaknya".
Bindushara mengakhiri kalimatnya dengan mencakupkan kedua tangannya memohon. Jagannatha terharu, dia mendekati Bindushara dan menurunkan tangan calon besannya itu.

Jagannatha bertanya, "Apakah Anda tidak berbohong, Samrat?. Apakah anakku masih hidup?".
Bindushara mengangguk, "Benar, Maharaja Jagannatha, putrimu masih hidup".
Jagannatha terharu, namun sejenak roman mukanya berubah seperti mengingat sesuatu. Dia berkata, "Tapi samrat, kehidupan Ashoka penuh onak dan duri, akankah putriku bisa berjalan bersamanya?".
Bindushara menjawab, "Anda tanyakan sendiri kepada Kaurwaki saja. Ashoka tidak akan membiarkan ada yang menyakiti dirinya. Dia akan menghadapi semuanya sendiri. Kami tahu itu dengan baik".

Jagannatha berkata, "Maafkan Aku, Samrat. Dari yang aku dengar, ada ganjalan yang lain juga. Ashoka masih dianggap Daasi-putra (putra pelayan) dan dianggap rendah di istana".
Bindushara berkata, "Manusia dianggap besar bukan karena kelahiran, tapi karma dan pikiran seseorang yang membuat mereka besar. Anakku telah mendapatkan begitu banyak cinta dari semua orang karena tindakan dan pikiran yang baik saja. Tapi dia tidak akan menikahi Kaurwaki tanpa izin dan berkah Anda".
Jagannatha berkata, "Tapi aku masih meragukannya".

PREV  1  2
Bagikan :
Back To Top