Sinopsis Ashoka Samrat episode 356 by Kusuma Rasmana

Sinopsis Ashoka Samrat episode 356 by Kusuma Rasmana. Di koridor istana Magadha, Pattaliputra, Witashoka sedang berjalan bersama dua orang pelayan. Dia mengambil ladu yang dibawa oleh salah seorang pelayan dan memberikannya kepada pelayan lain.
"Ibu bilang berbagi sesuatu dengan orang lain itu baik. Ini akan membuatmu lebih bahagia", kata Witashoka.
Pelayan memujinya, "Anda persis seperti Rajkumar Ashoka. Dia juga tidak pernah membedakan antara orang biasa dan orang kaya atau bangsawan"
Witashoka berhenti saat melihat pintu mewah sebuah ruangan yang tertutup rapat di samping koridor yang dilalui. "Kamar siapa ini?", tanya Witashoka. Salah satu pelayan menjawab, "Ini ruangan Rajkumar Ashoka".
Pelayan melanjutkan, "Tidak ada yang diperbolehkan masuk ke dalam sana kecuali Samrat. Hanya dia yang datang ke sini setiap kali".
"Ini kamar Kakak Ashoka? Aku jadi ingin melihatnya!", kata Witashoka jadi bersemangat dan bermaksud akan membuka pintu itu. Dua pelayan menjadi tegang dan takut, "Rajkumar...!", kata salah satu pelayan memberi isyarat melarang.


Tapi Witashoka meyakinkan mereka, "Kakakku bilang, apa pun miliknya adalah milikku juga. Aku ingin beristirahat di kamar kakak untuk beberapa waktu".
"Baik, Pangeran!", kedua pelayan mengangguk dan pergi di tempat itu.
Di dalam ruangan Ashoka, Witashoka melihat sekeliling kamar itu dengan heran dan takjub. Dia melihat lilin yang ditata apik di lantai dan meja. Dia melihat sebuah kitab (mungkin kitab Arthasastra karya Chanakya...) diatas meja lainnya. Namun belum sempat melihat kitab itu, Witashoka heran dan takjub melihat sebuah pedang indah berkilauan yang tersimpan pada tempatnya di ruangan itu.
Witashoka meraba gagang dan pangkal pedang yang berukir indah. Pedang itu tidak lain pedang Chandragupta Maurya.
"Kakak, Aku yakin kau pasti merindukan semuanya ini. Ini dulu milikmu yang lalu dirampas darimu. Kau akan mendapatkannya kembali sekarang. Kembali kemari segera, Kak. Tidak ada yang terlihat lebih baik atau membuatku bahagia tanpa dirimu", guman Witashoka.

Witashoka tiba-tiba melihat bayangan Sushima di bilah pedang yang mengkilat. Dia berbalik dan melihat ke arah pintu. Witashoka melihat Sushima yang sedang tersenyum nyengir ke arahnya.
Kaurwaki sedang berjalan di diantara pepohonan hutan yang rindang. Dia melihat bunga-bunga yang berguguran dari pohon. Dengan tersenyum dia berdiri di bawahnya. Dia merentangkan kedua tangannya dan memutar-mutarkan badanya sambil memejamkan matanya seakan menikmati rasa bahagia dan gembiranya. Agak jauh dari tempat itu, Ashoka mengintipnya dari balik pohon. Kaurwaki yang berputar-putar dibawah guguran bunga, memegang beberapa bunga di tangannya. Ashoka tersenyum melihat adegan itu. Kaurwaki lalu berjalan lagi sedangkan Ashoka masih mengikuti dia dari kejauhan. Sejenak kemudian, Ashoka merasa bingung karena kehilangan jejak Kaurwaki. Ashoka menoleh ke segala arah, namun Kauwaki tidak ada. Ashoka kaget saat akan berbalik, tiba-tiba ujung sebilah pedang menempel dilehernya dari arah belakang yang membuatnya terkejut.

Di koridor istana Magadha, Pattaliputra, Witashoka melangkah pelan dengan tatapan kosong. Mungkin dia dipengaruhi oleh kekuatan mayawi Sushima yang menemui saat di ruangan Ashoka. Witashoka terus menyusuri koridor itu seakan melangkah tidak sadar dan bukan atas kemauannya sendiri. Dari arah lain Sushima, Mahamatya, Siamak dan Charumitra melihat dengan penuh minat dan tegang kearah Witashoka yang sedang berjalan di koridor atas itu dan apa yang dilakukan oleh putra bungsu Dharma itu. Witashoka mendekati balkon lantai atas dan melangkah menuju bibir balkon.

Dari jauh, Sushima mengisyaratkan, "Ayo! maju perlahan-lahan. Sedikit lagi, itu bukan akhir dari risiko saat kau berhenti ketakutan. Ini akan lebih meningkatkan risiko, Ayo! Satu langkah lagi!", kata Sushima. Mahamatya tegang sambil mengusap kepalanya yang botak. Sementara kaki Witashoka sudah diujung railing balkon atas dan akan melangkah lagi. Charumitra dan Siamak juga semakin tegang melihatnya.
"Wit!", teriakan Dharma mengejutkan Witashoka, dia tersadar dan badannya berbalik. Namun kekagetan itu malah membuat tubuh Witashoka limbung, dia kehilangan keseimbangan dan hampir jatuh ke belakang. Dharma segera memegang tangan Witashoka dan memeluknya dengan selamat.
Di arah lain Siamak, Sushima dan Charumitra terlihat kesal melihat Witashoka berhasil selamat. Mungkin karena itu memang rencana mereka namun sekarang malah gagal total. Sementara Mahamatya masih terlihat tegang di tempatnya.

Dharma memeluk dan menciumi WitAshoka. "Apa kamu baik-baik saja?", tanya Dharma.
Witashoka bingung, "Bagaimana aku bisa ada ditempat ini? Aku tadi sedang berada di kamar kakak Ashoka".
Sushima datang ke tempat itu dan berkata, "Kematianmu membawamu kesini, Adikku".
Charumitra pun datang dan menambahkan, "Dharma menyelamatkanmu saat ini. Dia harus melakukan apa yang kami katakan jika dia ingin melihatmu hidup".
Mahamatya dan Siamak pun ikut berdiri mengelilingi Dharma. Keempat orang itu seakan ingin mengulangi tindakan mereka 10 tahun yang lalu.
Dharma berbalik dan memandang keempat orang itu dengan tajam. "Cukup!", Dharma berkata lantang dan tegas membuat keempat orang didepannya agak kaget.

"Akhir dari rasa takut lebih menakutkan daripada rasa takut. Inilah yang telah terjadi kepadaku. Jika kalian pikir aku adalah Dharma yang sama yang ada di sini 10 tahun yang lalu, yang tak berdaya dan lemah, maka kalian keliru! Ini akan menjadi kesalahan kedua kalian. Kalian semua telah menerima kejahatan kalian terhadap Magadha dan membunuh Acharya Chanakya di hadapanku itu merupakan satu kesalahan kalian. Aku adalah wanita yang anaknya diusir dari Magadha sampai kemarin. Tapi hari ini aku adalah wanita yang telah dibawa kembali ke Pattaliputra oleh suaminya dengan cinta dan kebahagiaan. Hal ini karena kalian tidak menjaganya seperti aku menjaganya 10 tahun yang lalu. Aku bukan hanya Dharma hari ini, tapi seorang Rani Dharma! Ashoka dan Witashoka adalah anak-anakku, Mereka adalah para pangeran Magadha. Jika terjadi sesuatu pada anakku maka Samrat tidak akan ragu bahkan sedikit pun, bahwa apapun yang akan kukatakan kepadanya akan menjadi kenyataan. Aku diam bertahun-tahun. Anakku menanggung hukuman dari kejahatan yang tidak dia lakukan karena aku memilih untuk tetap diam. Tapi sekarang tidak lagi! Aku bukanlah Dharma yang sama lagi. Ingat itu dengan baik! Demi kebaikan kalian semua!", Dharma berkata lantang yang membuat keempat orang didepannya marah, tegang dan khawatir. Dharma segera pergi dari balkon itu bersama Witashoka.

Sushima yang marah berkata, "Ayo cepat hentikan dia! atau lakukan sesuatu, cepat!".
Charumitra segera pergi ke arah lain bermaksud menghadang langkah Dharma.
Di hutan kecil yang rindang, leher Ashoka masih ditempelkan dengan ujung pedang. Kaurwaki yang menempelkan pedang itu bertanya kepada Ashoka, "Siapa kau? Mengapa kau mengikutiku?"
Ashoka berbalik dengan cepat, walaupun masih ditodong pedang, dia berkata, "Kau keliru! hanya bertanya tentang pernikahan karena aku khawatir denganmu". Kaurwaki menyabetkan pedang mengarah ke kepalanya, namun Ashoka merendahkan tubuhnya untuk mengelak.

Kaurwaki bertanya, "Apa hakmu bertanya tentang itu?", sambil menusukkan pedang itu. Ashoka hanya mengelak ke samping. Sekali lagi Kaurwaki menyabetkan pedangnya. Ashoka melompat ke samping dan memegang tangan Kaurwaki dan menguncinya dari belakang tubuhnya. Sehingga Ashoka malah memeluk gadis itu yang membuat Kaurwaki tidak bisa bergerak. Ashoka melepaskan pegangannya, Kaurwaki segera melompat ke depan menjaga jarak dengan pedang masih mengarah kepada Ashoka. Ashoka memegang ujung pedang itu dan mengarahkan ke dadanya sendiri. "Kau boleh membunuhku jika kau tidak percaya ucapanku!", kata Ashoka.
"Aku tidak menyerang seseorang yang tidak memegang senjata apapun. Hadapi aku jika kau cukup berani!", kata Kaurwaki melemparkan pedangnya kepada Ashoka. Kaurwaki mendekati Garuda dan mengambil sebilah pedang yang tergantung di pelana kuda itu.

Melihat Kaurwaki menantangnya bertarung, Ashoka berkata, "Ini tidak diperlukan, Aku tidak ingin menyakitimu". Namun Kaurwaki tidak menghiraukan ucapan Ashoka. Dia segera menyerang dengan pedangnya, namun serangan itu di tepis oleh Ashoka. Kedua orang itu, Kaurwaki dan Ashoka terlibat dalam pertarungan pedang.
Sekali waktu serangan Kaurwaki berhasil ditepis oleh Ashoka yang membuat Kaurwaki terhuyung hampir jatuh, Ashoka segera menangkap tubuhnya dengan mesra. Kaurwaki bertanya, "Kau tidak ingin menyakitiku atau kau tidak ingin memberitahuku?".

PREV  1  2
Bagikan :
Back To Top