Sinopsis Ashoka Samrat episode 356 bag 2 by Kusuma
Rasmana. Kaurwaki kembali menyerangnya dengan sambaran pedang. Ashoka
hanya menepis sekadarnya atau mengelak karena terpesona melihat gaya pertarungan
pedang Kaurwaki.
Sabetan pedang Kaurwaki tertahan oleh pedang di tangan Ashoka. Dia merasa kesulitan untuk mengatasi pertahanan itu. Dengan sekali sentakan lengan, Ashoka membuat Kaurwaki terdorong berputar dan jatuh terbating di tanah. Melihat Kaurwaki jatuh terguling, spontan Ashoka berkata, "Jay Janani!"
Kaurwaki agak kaget seperti mendapat isyarat, "Siapa kau?". Ashoka tersadar baru mengucapkan kata-kata itu.
Ashoka menjawab, "Aku seorang pemberi selamat!". Ashoka mulai melangkah pergi.
Kaurwaki bangun karena seperti mendapat petunjuk. "Siapa dia? Apakah dia memang benar Ashoka? Jika dia Ashoka maka dia akan mengenakan kalung itu", guman Kaurwaki.
Sabetan pedang Kaurwaki tertahan oleh pedang di tangan Ashoka. Dia merasa kesulitan untuk mengatasi pertahanan itu. Dengan sekali sentakan lengan, Ashoka membuat Kaurwaki terdorong berputar dan jatuh terbating di tanah. Melihat Kaurwaki jatuh terguling, spontan Ashoka berkata, "Jay Janani!"
Kaurwaki agak kaget seperti mendapat isyarat, "Siapa kau?". Ashoka tersadar baru mengucapkan kata-kata itu.
Ashoka menjawab, "Aku seorang pemberi selamat!". Ashoka mulai melangkah pergi.
Kaurwaki bangun karena seperti mendapat petunjuk. "Siapa dia? Apakah dia memang benar Ashoka? Jika dia Ashoka maka dia akan mengenakan kalung itu", guman Kaurwaki.
Kaurwaki berlari mengejar Ashoka yang melangkah. "Berhenti!", kata Kaurwaki mencoba melihat kalung itu tapi Ashoka menepis tangannya. Kaurwaki makin ngotot ingin menarik kalungnya. Ashoka memegang tangannya. Kaki Kaurwaki yang tersandung malah membuat pedangnya terlepas dan tubuhnya jatuh. Ashoka ikut jatuh bergulingan bersama-sama dengan Kaurwaki. Musik romantis mengiringi adegan ini, Ashoka dan Kaurwaki saling bertatapan saat bergulingan diatas tanah yang penuh dedaunan kering itu, sementara kedua tangan Ashoka memegang bahu Kaurwaki. Sedangkan Kaurwaki menahan untuk menghindari berpegangan kepada Ashoka.
Tatapan keduanya masih lekat dan tangan Ashoka masih berpegangan saat tubuh mereka berhenti. Keduanya lalu bangun dengan merasa canggung. Kaurwaki membersihkan badan dan rambutnya dari daun-daun keing yang melekat, demikian juga Ashoka membersihkan kotoran debu di pakaiannya.
Di koridor istana Magadha, Pattaliputtra, Charumitra
menghalangi jalan Dharma yang sedang melangkah bersama Witashoka.
"Apa bukti yang kau miliki untuk melawan kami? Bagaimana Samrat akan percaya padamu tanpa bukti?", tanya Charumitra.
"Apa bukti yang kau miliki untuk melawan kami? Bagaimana Samrat akan percaya padamu tanpa bukti?", tanya Charumitra.
Dharma mendekat memandang mata Charumitra dengan tajam, dia berkata, "Aku adalah istri-dharmanya. Aku istri yang melengkapinya. Aku adalah Wamanggi Uma, istri, yang berada di sisi kiri suaminya. Aku senantiasa ada dan tinggal di dalam hatinya. Orang tidak perlu bukti tapi perasaan untuk menyampaikan sesuatu kepada seseorang. Suamiku mengerti perasaanku dengan baik. Aku tahu bagaimana membuatnya mengerti akan sesuatu. Istri yang ideal memiliki kekuatan untuk membuat suaminya percaya padanya. Seperti Dewi Parwati yang dipercaya oleh Mahadewa. Aku memiliki kualitas istri yang demikian. Sedangkan Kau... Kau tidak pernah bisa menjadi seperti itu!".
Dharma berkata sambil menuding Charumitra. Mata Charumitra merah dan berair menahan marah dan sakit hati memandang Dharma.
Dharma melanjutkan, "Kau tidak memahaminya karena cinta tidak berarti apa-apa bagimu. Kau akan mengerti hubungan cinta jika kau mencintai seseorang. Kau akan mengerti bagaimana cinta tetap ditempatkan bahkan setelah tinggal bersama. Aku pernah jauh darinya selama 14 tahun dan sekarang terpisah lagi selama 10 tahun tapi tidak ada yang berubah. Perpisahan hanya membuat cinta kami bertambah. Kau akan melihat bagaimana kemarahannya bisa berubah menjadi air mata saat melihat sekilas bayanganku. Lengannya terbuka lebar memelukku. Ini membuktikan bahwa kau tidak pernah bisa mengisi kekosongan di dalam hidupnya. Kau tidak pernah mengerti betapa pentingnya seorang istri dalam kehidupan suami. Istri adalah lambang pengorbanan dan tidak mementingkan diri sendiri, tetapi kau benar-benar berkebalikan dengan itu. Lupakan tentang menjadi seorang istri yang ideal! Kau juga tidak bisa menjadi seorang wanita yang sepantasnya. Kau hanya seorang wanita berhati keras seperti patung kaca yang tidak memiliki jiwa didalamnya!".
Dharma melangkah pergi dengan bersama Witashoka, meninggalkan
Charumitra yang masih berdiri ditempat itu dengan perasaan marah.
Sushima yang datang dengan Siamak dan Mahamatya, mempertanyakan ibunya. "Mengapa ibu diam saja? Aku akan melakukan sesuatu jika ibu tidak bisa melakukan apa-apa".
Sushima bermaksud mengejar Dharma, namun langkahnya terhenti. Karena Dharma tiba-tiba berbalik dan mendelik ke arahnya.
"Sushima!", teriak Dharma, "Kau harus meminta izin kepada ibumu, sebelum mengambil langkah lebih jauh!".
Sushima tersenyum sinis, "Aku bukan Ashoka! Aku tidak perlu meminta izin dari ibuku sebelum melakukan sesuatu. Ibuku tidak pernah menghentikanku. Dia selalu mendukungku".
Dharma tetap diam memandang Sushima yang hendak mendekatinya. "Sushima! Kau pergilah dari tempat ini", kata Charumitra. Sushima hanya diam menahan marah, demikian juga Siamak dan Mahamatya.
Dharma berkata, "Sepertinya Anda telah memahami hal itu. Aku tidak ingin menyakiti Samrat dengan berkata kepadanya tentang kebenaran Anda dan kalian semua. Anda telah memaksaku untuk melakukan hal ini. Jika terjadi sesuatu pada anakku atau Anda berani memikirkan hal itu, maka aku tidak akan ragu memberitahu segalanya kepada Samrat. Anda memiliki dua pilihan, mengikuti kemauanku atau biarkan aku membeberkan semuanya!".
Sushima, Siamak dan Mahamatya marah dan khawatir mendengar ucapan Dharma.
Charumitra berkata, "Dharma, Kau dan anakmu boleh pergi sini".
Sushima, Siamak dan Mahamatya kaget mendengar kata-kata Charumitra, ketiganya menatap Charumitra, namun tidak bisa berbuat apapun. Dharma dan Witashoka tersenyum sinis ke arah mereka dan segera melangkah pergi. Sushima marah, tangannya mengepal. "Kemana Ashoka pergi dan meninggalkan ibunya di sini?", gumannya bertanya.
Di tengah hutan, Ashoka yang masih diliputi rasa canggung,
bertanya kepada Kaurwaki, "Kemana kamu akan pergi?"
Kaurwaki menjawab, "Pattaliputra".
Ashoka menanggapi, "Jadi kau akan ke Pattaliputra dari sini?. Aku bisa mengantarmu hingga ke Pattaliputra dengan perahu. Ini adalah cara termudah untuk mencapai tempat itu dari sini".
Ashoka segera melangkah pergi, Kaurwaki mamandang kepergiannya. Dia merasa itu pemuda itu pasti Ashoka. "Aku akan berusaha mencari tahu hari ini!", batinnya berharap banyak.
Kaurwaki menjawab, "Pattaliputra".
Ashoka menanggapi, "Jadi kau akan ke Pattaliputra dari sini?. Aku bisa mengantarmu hingga ke Pattaliputra dengan perahu. Ini adalah cara termudah untuk mencapai tempat itu dari sini".
Ashoka segera melangkah pergi, Kaurwaki mamandang kepergiannya. Dia merasa itu pemuda itu pasti Ashoka. "Aku akan berusaha mencari tahu hari ini!", batinnya berharap banyak.
CUPLIKAN : Ashoka dan Kaurwaki sedang berada di atas perahu di
atas danau atau sungai yang tenang. Kaurwaki melihat sekilas kalung di leher
Ashoka dan kemudian kalung terlihat jelas karena angin. Cahaya matahari memantul
di liontin kalung tersebut membuatnya bersinar cemerlang. Kaurwaki tersenyum dan
berguman, "Ashoka". Ashoka tersadar mendengar gumanan dari bibir Kaurwaki.