Sinopsis Ashoka Samrat episode 393 by Kusuma
Rasmana. Di ruang sidang istana Magadha, Pattaliputra. Semua orang
sudah berkumpul di tempat itu termasuk Samrat Bindushara yang telah duduk di
tahtanya.
Delapan pelayan pria masuk kedalam ruang sidang dengan membawa banyak hadiah untuk keluarga kerajaan. Mereka lalu berhenti tepat di depan tangga menuju tahta raja.
Bindushara yang heran dengan banyaknya hadiah itu bertanya, "Siapa yang telah mengirim semua ini?".
Delapan pelayan pria masuk kedalam ruang sidang dengan membawa banyak hadiah untuk keluarga kerajaan. Mereka lalu berhenti tepat di depan tangga menuju tahta raja.
Bindushara yang heran dengan banyaknya hadiah itu bertanya, "Siapa yang telah mengirim semua ini?".
Sebelum ada jawaban, seorang wanita bersama kedua pelayannya melangkah masuk ke ruang sidang. Wanita itu berperawakan langsing memakai gaun ungu dengan perhiasan di kepala, leher dan dadanya. Kulitnya putih dengan wajah yang tirus dan bercirikan bukan dari kalangan bangsa India asli melainkan orang asing. Kedua pelayan perempuan di belakangnya juga membawa sesuatu. Bindushara menatap tajam wanita dengan hiasan yang berjalan anggun tersebut. Dia berhenti tepat di tengah ruang sidang dan sejenak wanita asing itu menjadi perhatian para hadirin di ruangan itu.
Wanita asing itu memperkenalkan dirinya, "Aku adalah utusan dari Anthiokosh, penguasa Yunani. Aku bernama Lasendra", katanya mengangguk.
"Cenderamata dari Anthiokosh", kata Lasendra lagi. Seorang pelayan maju membawa baki yang berisi beberapa daun Zaitun yang ditata.
"Daun Zaitun?", tanya Bindushara.
Lasendra menjawab, "Ini semua untuk perdamaian. Raja kami, Anthiokosh berharap Anda dan Magadha agar melupakan masa lalu setelah apa yang dilakukan oleh Nikator. Dan kerajaan kami akan menjalin persahabatan dengan kalian lagi".
Ashoka berkata, "Mudah bagi kaum Yunani untuk melupakan itu tapi tidak bagi kami! Dari pengalaman kami, kami tahu bahwa sifat warisan yaitu berkhianat tidak akan pernah hilang dari hati Yunani walau mereka berkata bahwa mereka sudah berubah. Kau ingin kami agar mempercayaimu? Kau ingin Samrat Magadha akan mudah menerima begitu saja?".
Lasendra berkata, "Aku dengar, dalam tradisi dan budaya India, seorang anak tidak boleh ikut campur urusan orang dewasa. Aku rasa Samrat Bindushara cukup dewasa untuk mengambil keputusan ini".
Siamak menahan tawanya karena seorang wanita Yunani yang masih muda dan cantik telah membuat Ashoka terdiam. Ashoka baru akan menjawab, namun keburu didahului oleh Samrat.
Bindushara berkata, "Setiap orang berhak untuk mengungkapkan pikirannya disini. Walaupun yang mengambil keputusan akhir adalah aku".
Lasendra menjelaskan "Raja Yunani telah memahami untuk menyerah dengan pemikiran berusaha untuk memenangkan Magadha karena tidak ada prajurit gagah seperti Alexander Agung dan Seleukos Nikator yang bisa melakukannya di masa lalu. Bharat (India) dan Yunani adalah dinasti yang besar. Kemenangan mereka terletak pada kebersamaan. Tujuan utama kami adalah untuk bersahabat dengan kalian, tidak ada yang lain".
Siamak manggut-manggut, dia teringat tentang surat yang Helena kirim ke Yunani.
Ashoka yang tidak percaya dengan wanita utusan penguasa Yunani itu melangkah mendekati Lasendra dan berteriak, "Prajurit! Tangkap utusan ini!".
Namun terdengar teriakan balasan, "Berhenti!", teriak Siamak. Dua prajurit yang mendekat segera berhenti.
"Apa yang salah dengan tindakan mereka ini?", tanya Siamak kepada Ashoka.
Ashoka menjawab, "Siamak, aku yakinkan, mereka akan menemui nasib yang sama saat ini juga. Coba kau pikirkan masa lalu, siapa yang menjalin persahabatan yang lalu tiba-tiba menyerang! Kaum Yunani ini datang untuk menusuk kita dari belakang!"
Siamak bertanya "Mengapa? Aku tanya mengapa? Kau melihat dan mengamati semua orang dengan penuh kecurigaan? Kau sendiri bisa mencintai gadis seorang putri raja dari kerajaan yang menjadi musuh kita, lalu mengapa tawaran perdamaian dari raja Yunani ini menjadi salah?".
Ashoka akan mengatakan sesuatu, namun Lasendra mendahului, "Kedamaian harus ada di setiap keluarga".
Ashoka dan Siamak menjadi terdiam, demikian juga yang lainnya semuanya diam. Suasana ruang sidang menjadi hening sejenak.
Bindushara berkata, "Atas tawaran persahabatan dari raja Yunani, aku meminta waktu untuk berpikir dan menentukan keputusan atas masalah ini. Kami selalu menghormati tamu kami sesuai tradisi yang berlaku disini. Karena itu, di istana ini kau akan diperlakukan secara pantas sebagai tamu kami".
Lasendra mengangguk hormat, sedangkan Ashoka menampakkan raut wajah kecewa atas tanggapan samrat.
"Mahamatya, pastikan istana mengurus seorang tamu ini dengan baik", kata Samrat Bindushara. Mahamatya mengangguk mematuhi perintah itu. Ashoka yang merasa kecewa berjalan keluar dari ruang sidang walaupun sidang itu belum dibubarkan. Sushima menyeringai melihat kelakuan Ashoka.
Di koridor istana, Lasendra sedang berjalan menuju ruangannya
diiringi dua pelayan perempuan. Melihat Siamak datang dari arah depan yang akan
melewati koridor itu, Lasendra sengaja melepaskan hiasan pengikat rambutnya yang
digelung dan membuatnya jatuh berurai panjang di depan dadanya. Siamak yang
melangkah melewatinya terpesona oleh kecantikan Lasendra yang seakan tak peduli
kepadanya dan terus melangkah. Siamak bahkan berhenti sejenak dan mengikuti
langkah Lasendra dengan pandangan matanya.
Lasendra sampai di ruangannya, dengan isyarat gelengan kepala,
dia meminta kedua pelayannya untuk pergi. Lasendra melihat-lihat isi ruangan
itu, kemudian duduk di depan cermin dan melepaskan perhiasannya, terutama gelang
dan perhiasan didadanya dan juga kain selendangnya.
Siamak masuk ke kamar itu dengan bersembunyi dibalik hiasan yang dipajang tinggi dekat pintu masuk ruangan sambil mengintip Lasendra yang masih di depan cermin. Lasendra menyadari salah seorang pangeran Magadha tengah mengintipnya. Dia pun segera pergi dari depan cermin dan memilih duduk santai di kursi sambil menikmati buah-buahan dari meja di dekatnya. Posisi Lasendra yang entah sengaja membelakanginya membuat Siamak tidak dapat menghentikan dirinya dari mengerling ke arah wanita itu. Menikmati pemandangan punggungnya yang terbuka dan rambut coklatnya yang berurai.
Lasendra berkata dengan tetap membelakanginya. "Kau tidak bisa melihat apapun dengan bersembunyi. Keluarlah dari tempat persembunyianmu", katanya. Lasendra berbalik, membuat Siamak salah tingkah. Dia segera melangkah keluar dari balik hiasan yang berdiri tinggi tersebut. Siamak mendekati Lasendra dengan sedikit kikuk.
Lasendra bertanya, "Apakah kau hanya bisa melihat dari jauh atau berani melakukan sesuatu?"
Siamak menjadi salah tingkah, ucapannya terbata-bata. "Kau kemari.. eh..Kau...pasti...".
Lasendra menaruh jari di bibir Siamak, mendekati tubuhnya kepada Siamak dan membisikkan sesuatu di telinganya. "Kau telah menebak dengan benar! Aku telah di kirim oleh Antiokhos", katanya setelah menjaga jarak kembali.
Siamak terbatuk karena kikuk, "Mengapa?", tanyanya.
Lasendra menjawab, "Dia mengirim aku kepadamu karena Helena sudah tua sekarang. Dia tidak akan bisa melakukan sesuatu. Dia hanya menyusahkan! Semuanya bisa berisiko jika kau terus menjaga hubungan dengannya. Kemudian mimpimu akan tahta tidak akan bisa berakhir".
Siamak tidak tertarik dengan ucapan Lasendra, dia bermaksud akan pergi, namun Lasendra menahan tangannya, sehingga Siamak menoleh.
"Jika dia (Helena) sampai tertangkap maka akan menjadi hari terakhirmu. Apakah kau ingin itu terjadi?", tanya Lasendra lagi.
Siamak menolak, "Tidak, dia memang sudah tua dan menyusahkan. Walaupun begitu, dia adalah nenek dan Rajmataku yang juga seorang Yunani. Sesama kaum yang sama kita harus saling melindungi".
Lasendra terus menghasutnya, "Orang yang akan tenggelam mencoba untuk menyelamatkan orang lain. Mengapa tidak menyelamatkan dirimu sendiri dahulu?. Ingatlah bahwa dia adalah Helena yang sama, yang telah membunuh anaknya dengan tangannya sendiri demi menyelamatkan dirinya sendiri. Dia mungkin saja bisa mengorbankanmu saat ini".
Siamak bertanya, "Apa yang kau inginkan dariku?"
Lasendra menjawab, "Aku ingin mengeluarkan Helena dari sini. Kita harus mengirimnya kepada Yunani. Apa kau mau membantuku? Karena ini pasti hanya akan menguntungkanmu".
Siamak hanya mengangguk dan pergi tanpa berkata apapun lagi. Lasendra menatap kepergian Siamak dengan sumringah. Sejenak dia menyadari seseorang tengah menguping pembicaraan sejak tadi. Lasendra melirik ke arah orang itu, dia adalah Sushima yang tengah memandang Lasendra dan sudah mendengar semua percakapannya dengan Siamak.
Lasendra tersenyum kepada pangeran itu, namun Sushima pergi tanpa sepatah kata pun.