Sinopsis Ashoka Samrat episode 390 by Kusuma
Rasmana. Di dalam ruangan rahasia, di istana Magadha, Pattaliputra,
Acharya Radhagupta bertanya kepada Nayaka tentang laporannya yang curiga akan
prajurit Sushima dalam persiapan panggung drama dan percakapan Charumitra dengan
Mahamatya di koridor.
"Apa kau mendapatkan petunjuk tentang hal itu?", tanya Acharya.
"Apa kau mendapatkan petunjuk tentang hal itu?", tanya Acharya.
Nayaka menjawab, "Tidak, Acharya. Aku memiliki kecurigaan pada prajurit Sushima semalam saat aku melihat mereka di sana. Sepertinya ada sesuatu yang besar dan hal yang tidak benar!"
Acharya Radhagupta berkaya, "Kita perlu mencari tahu tentang rencana mereka sesegera mungkin karena kita tidak punya banyak waktu!".
Di panggung dalam istana, drama Lalitakala tentang Shakuntala
masih berlanjut. Witthasoka berkata, "Waktu telah berlalu bertahun-tahun, dan
putri dari bidadari Menaka yang diberi nama Shakuntala pun tumbuh dewasa dan
menjadi gadis yang cantik". Adegan menampilkan Kaurwaki yang anggun dengan
pakaian putihnya berperan sebagai Shakuntala. Pada mulanya dia duduk, lalu
berdiri dan beradegan drama dan tari sesuai narasi dari Witthasoka. Semua orang
yang menontonnya dengan sumringah dan kagum. Tampak Sushima juga ikut mengintip
Kaurwaki dari balik tirai di belakang panggung.
"Dia unggul dalam segala hal, mulai dari Rupa (paras wajah), Guna (kepandaian), Widya (pengetahuan), Kala (seni), semua itu dikuasai dengan baik oleh Shakuntala", kata Witthasoka.
"Dia unggul dalam segala hal, mulai dari Rupa (paras wajah), Guna (kepandaian), Widya (pengetahuan), Kala (seni), semua itu dikuasai dengan baik oleh Shakuntala", kata Witthasoka.
Ditampilkan adegan saat Shakuntala sedang bermain dengan teman-temannya. Dharma dan Devi sangat senang melihat adegan Shakuntala dan dua temannya yang sedang bermain Chausar, yang di perankan oleh Putri Srishti dan Putri Anantha. Shakuntala menang dalam adegan permainan Chausar itu, namun dia menghadiahkan bunga kepada pihak yang kalah. Dibelakang panggung, dibalik tirai, Sushima terus mengamati Kaurwaki dengan lekat.
Adegan berganti lagi, Shakuntala duduk manis dengan gembira memainkan Wina (alat musik yang berdawai seperti gitar sekarang, nama lainnya Rebab). Mengiringi sepasang anak remaja yang menari sesuai dengan irama musik yang dimainkan Shakuntala.
Sushima terus melihat Kaurwaki yang sedang memainkan Wina, dia teringat apa yang pernah dilakukan Kaurwaki kepada dirinya. "Kau berharap untuk hidup dan mati bersama si anak pelayan, Ashoka. Kau lebih memilih dia daripada aku. Kau akan mati sekarang, Padmawati, jangan khawatir!", batin Sushima marah. Sementara samrat, Dharma dan Devi tampak menikmati alunan irama Wina yang mengiring sepasang penari remaja itu.
Di ruangannya, Ashoka sedang merasa gelisah. Dia yang mendengar
alunan musik Wina dari arah panggung Lalitakala segera pergi menuju ke arah
panggung pertunjukan itu. Sejenak setelah Ashoka pergi dari ruangannya, Acharya
Radhagupta dan Nayaka datang ke tempat itu sehingga keduanya tidak bertemu
dengan Ashoka. Keduanya melihat ke seluruh sudut ruangan, namun Ashoka tidak
ada. Nayaka lalu mengajak Acharya menuju ke tempat lainnya.
Di panggung Lalitakala, Witthasoka melanjutkan narasinya,
"Shakuntala tidak tahu bahwa orang yang ia mimpikan dan ia tunggu selama ini
adalah Raja Dushyanta".
Ditampilkan adegan Ashoka yang berperan sebagai Raja Dushyanta muncul dari sudut lain panggung dan segera duduk di kursi yang telah disiapkan, sebagai simbol Raja Dushyanta diatas tahtanya.
"Inilah dia Raja Dushyanta, raja yang pemberani, jujur, disenangi orang dan penuh kedamaian dan kasih sayang", kata Witthasoka lagi sambil mendekat kepada Dushyanta.
Di atas panggung, Ashoka dan Kaurwaki yang keduanya masih duduk di tempatnya tanpa rencana melihat satu sama lain, sementara Witthasoka terus menarasikan tentang Raja Dushyanta.
Ditampilkan adegan Ashoka yang berperan sebagai Raja Dushyanta muncul dari sudut lain panggung dan segera duduk di kursi yang telah disiapkan, sebagai simbol Raja Dushyanta diatas tahtanya.
"Inilah dia Raja Dushyanta, raja yang pemberani, jujur, disenangi orang dan penuh kedamaian dan kasih sayang", kata Witthasoka lagi sambil mendekat kepada Dushyanta.
Di atas panggung, Ashoka dan Kaurwaki yang keduanya masih duduk di tempatnya tanpa rencana melihat satu sama lain, sementara Witthasoka terus menarasikan tentang Raja Dushyanta.
Diluar dengan adegan dalam cerita, Dushyanta (Ashoka) pun bangkit dari kursi mendekati Shakuntala (Kaurwaki). Shakuntala juga bangkit dari duduknya dan mendekati Dushyanta. Keduanya saling mendekat dan menatap lekat hingga beberapa jenak, sementara Samrat, Dharma, Devi dan para penonton lainnya menikmati adegan romatis itu dengan senyum. Hanya Sushima yang mengintip dari belakang panggung melihat adegan itu dengan kesal.
"Kaurwaki...", kata Ashoka menyebut nama Kaurwaki dengan nada lirih. Kaurwaki hanya memandang Ashoka tidak menjawab.
Ashoka tersadar dia harus memainkan perannya, dia pun melakukan gerak drama dan bermonolog sesuai dengan tuntutan cerita. Sementara Kaurwaki segera pergi ke belakang panggung menunggu gilirannya.
Di sebuah ruangan, Acharya Radhagupta yang didampingi Nayaka
meminta prajuritnya untuk mengawasi semua orang. "Bawa siapa pun yang kalian
curigai ke tempat agak jauh dari area panggung utama. Namun lakukan dengan
tersamar dan tidak menarik perhatian terutama anak-anak dan para wanita. Tidak
boleh seorang pun ada yang curiga atas tindakan itu. Sushima pasti akan berada
di panggung. Aku akan berada di sana mengawasi dia secara langsung", kata
Acharya.
"Siap, Acharya!", kata para prajurit mata-mata yang berpakaian biasa itu mengangguk dan pergi untuk mematuhi perintah Acharya. Acharya Radhagupta berkata, "Aku yakin bahwa mereka ingin menyakiti Ashoka. Jika itu adalah rencana Helena maka ini akan terjadi selama drama saja. Ini akan berbahaya!". Nayaka hanya diam menyimak namun sambil berpikir keras.
"Siap, Acharya!", kata para prajurit mata-mata yang berpakaian biasa itu mengangguk dan pergi untuk mematuhi perintah Acharya. Acharya Radhagupta berkata, "Aku yakin bahwa mereka ingin menyakiti Ashoka. Jika itu adalah rencana Helena maka ini akan terjadi selama drama saja. Ini akan berbahaya!". Nayaka hanya diam menyimak namun sambil berpikir keras.
Di panggung Lalitakala, Witthasoka melanjutkan narasinya, "Raja
Dushyanta tidak tahu jika dia akan kehilangan hatinya ketika ia pergi berburu di
hutan", sambil menunjuk Dushyanta (Ashoka) yang duduk di kursi berukirnya
sebagai raja diatas tahta kerajaannya.
Adegan beralih ke pertapaan Reshi Kanwa dimana Shakuntala dan teman-temannya tinggal. Anandini yang berperan sebagai Mata Gautami (ibu asuh Shakuntala) dan semua para putri lainnya memainkan peran mereka dipanggung sesuai tuntutan cerita.
Adegan beralih ke pertapaan Reshi Kanwa dimana Shakuntala dan teman-temannya tinggal. Anandini yang berperan sebagai Mata Gautami (ibu asuh Shakuntala) dan semua para putri lainnya memainkan peran mereka dipanggung sesuai tuntutan cerita.
Acharya Radhagupta dan Nayaka datang ke sisi lain panggung dekat dua orang pemain musik Rebab dan Gendang. Keduanya memperhatikan panggung dimana Ashoka dan para putri sedang bermain peran diatas panggung.
"Acharya, aku akan mengingatkan Ashoka sekarang!", kata Nayaka akan melangkah menuju belakang panggung.
"Jangan!", kata Acharya, "Tindakanmu malah akan mengingatkan para musuh. Mereka dapat melakukan apapun dalam ketegangan yang dapat membahayakan kita". Nayaka lalu berpisah dengan Acharya di tempat itu, keduanya lalu menuju arah yang berbeda.
Di atas panggung, Witthasoka berkata, "Tidak ada yang berani
melawan dan bisa mengalahkan Shakuntala dalam hal kecerdasannya karena dia
sangat berpengetahuan". Di latar belakang adegan menampilkan Shakuntala sedang
diskusi dan berdebat tentang pengetahuan dengan teman-temannya, dihadapan Mata
Gautami.
Adegan beralih saat Raja Dushyanta sedang berburu di hutan. Dia membunuh kijang yang diperankan oleh seorang bocah remaja dengan tembakan panahnya. Kijang yang kena panah terkapar di lantai dan Shakuntala bergegas mendekati hewan itu, dia merasa sedih melihat kijang kesayangannya mati. Efek asap diberikan di atas panggung saat adegan kesedihan Shakuntala. Asap itu berasal dari perapian dalam wadah dari sisi lain panggung yang dikipasi oleh seorang pekerja panggung sehingga asapnya menuju ke panggung pertunjukan. Acharya Radhagupta yang melihat perapian dan asap tebal itu teringat dengan kecurigaan Nayaka. Dia lalu meminta pekerja panggung untuk menghentikan asap dan mematikan perapian itu dan pekerja itu mematuhi.
Di panggung Lalitakala, adegan menampilkan Shakuntala yang bersedih memeluk kijang yang terbunuh itu.
Dia berkata sedih, "Siapa yang telah membunuh hewan tak berdosa ini?".
Raja Dushyanta mengakui, "Akulah yang melakukannya, aku raja Dushyanta".
"Mengapa kau begitu peduli kepada kijang ini, dia hanya hewan buruanku", kata Raja Dushyanta lagi.
Shakuntala yang sedih menatap mata raja yang berdiri di depannya. "Anda adalah seorang yang tenang dan damai yang penuh rasa karuna (kasih sayang). Dia hewan kecil yang tak berdosa, mengapa Anda harus melakukan ini?".
Raja Dushyanta menjawab, "Ini adalah tradisi para raja sejak dari nenek moyangku. Aku tidak bisa mengakhirinya bahkan jika aku tidak menyukainya", raja berkata dengan keangkuhannya sambil menyentakkan tali busurnya.
Shakuntala berdiri dengan marah, dia mendekati raja Dushyanta dan berkata ketus, "Aku sarankan Anda agar mengakhiri tradisi berburu untuk kesenangan ini. Itu tradisi yang salah yang berlangsung sejak zaman dahulu. Anda mengaku tidak menyukainya namun Anda terus melakukannya. Bagaimana Anda akan damai dan hidup tenang jika Anda tidak akan menghentikan tradisi seperti ini?". Raja Dushyanta hanya diam memperhatikan gadis pertapa yang cukup berani kepadanya itu. Di kursi kehormatan, Dharma dan Bindushara menyimak tontonan itu dengan serius.
Di koridor lain istana jauh diluar panggung Lalitakala,
beberapa prajurit mata-mata Acharya yang sedang bertugas bertanya kepada
prajurit berseragam yang sedang berjaga.
"Apa kalian melihat prajurit suruhan Sushima?", tanya salah seorang mata-mata. Para prajurit penjaga mengaku tidak melihat prajurit yang dicari. Sementara tidak jauh dari tempat itu, di belakang pilar, dua prajurit Sushima menarik napas lega setelah melihat para mata-mata Acharya pergi ke arah lain.
"Apa kalian melihat prajurit suruhan Sushima?", tanya salah seorang mata-mata. Para prajurit penjaga mengaku tidak melihat prajurit yang dicari. Sementara tidak jauh dari tempat itu, di belakang pilar, dua prajurit Sushima menarik napas lega setelah melihat para mata-mata Acharya pergi ke arah lain.