Sinopsis Ashoka Samrat episode 389 bag 2

Sinopsis Ashoka Samrat episode 389 bag 2 by Kusuma Rasmana. Witthasoka sedang sibuk melihat persiapan panggung drama lalitakala yang dilakukan oleh beberapa pekerja dan pelayan. Nayaka yang menemani pangeran bungsu itu menyarankan, "Sebaiknya Anda beristirahat, Pangeran, mari aku antar". Witthasoka hanya mengangguk namun tetap sibuk melakukan pemeriksaan. Nayaka yang berbalik melihat dua prajurit yang sebelumnya tidak ada membantu disana sedang menggotong sebuah kotak kayu besar.

Nayaka yang melihat itu jadi curiga, "Tidak biasanya pesuruh Sushima disini, apa yang dilakukan mereka?", batin Nayaka.
"Berhenti disitu! Berhenti", kata Nayaka, "Apa yang kalian lakukan disini?".
Dua prajurit suruhan itu segera berhenti, "Tidak, kami hanya datang membantu persiapan di panggung ini", jawab mereka.
"Ayo, biar aku periksa isi kotak itu", kata Nayaka. Kedua prajurit itu ketakutan, "Tidak perlu, nanti kami dimarahi oleh Rajkumar Wit".


Nayaka tak peduli dengan alasan kedua prajurit itu, dia akan membuka kain penutup kotak itu. Namun panggilan Witthasoka terdengar, "Kita sudah terlambat. Aku harus mendengar bagian cerita di Takshshila juga", kata Witthasoka. Nayaka mengangguk dan tersenyum, "Baik, aku ke sana".
Nayaka melirik kedua prajurit itu lalu pergi sambil menggendong Witthasoka di pinggangnya. Dua prajurit itu merasa lega setelah harus menahan detak jantungnya yang cepat karena kecurigaan Nayaka.
"Hampir saja kita ketahuan! Karena bahan yang ada di dalam sini adalah bahan peledak. Ini akan meledak dan membakar segalanya", bisik seorang prajurit itu sambil melihat-lihat ke arah lainnya dengan waspada. Bisikan itu ditanggapi dengan senyum oleh kawannya. Keduanya kembali menggotong kotak besar itu menuju tempat yang telah ditentukan.

Di ruangan Kaurwaki, Devi sedang mendandani Kaurwaki dibantu beberapa pelayan perempuan. Kaurwaki teringat benang suci Rakhsa Kawacha yang dililitkan oleh Ashoka di tangan kirinya setelah jatuh dari tebing ke air terjun dan sungai. Kaurwaki berkata lirih, "Aku senang karena ujian dari Tuhan telah berakhir. Ashoka akhirnya akan menerimaku sebagai Kaurwaki. Dia akan menerima identitas asliku di hadapan semua orang dan akan menerimaku sebagai cintanya dan pasangan hidupnya". Devi yang dibelakangnya ikut tersenyum bahagia.
Tapi tiba-tiba Gajra (gelang dari untaian bunga) yang baru dililitkan di tangan kirinya putus.
Kaurwaki berkata panik, "Ini adalah pertanda buruk! Bagaimana jika hal itu tidak berjalan seperti yang kita inginkan?".
Devi menanggapi, "Pikirkanlah hal yang baik demi cintamu. Ini adalah ujian terakhirmu. Kau harus mengatasinya agar berhasil!".

Keduanya menempelkan pipi mereka dan tersenyum akrab sambil memperhatikan wajah cantik mereka di cermin.
Di ruangan Ashoka, Ashoka juga sedang bersiap memakai pakaian sesuai perannya sebagai Dushyanta. Dia berguman, "Adalah kutukan setelah raja Dushyanta melupakan Shakuntala. Aku tidak bisa melupakanmu, Kaurwaki. Hidupku akan kehilangan maknanya di hari aku melupakanmu. Aku akan lupa untuk hidup. Aku tidak akan pernah bisa menunjukkan cintaku kepadamu. Ini adalah kenyataan terbesar kedua dalam hidupku. Hari ini akan menjadi tonggak terakhir dari cinta kita. Aku akan menuju kepada tujuanku bagaimanapun juga. Sementara kau akan pergi ke Kalingga untuk selama-lamanya". Ashoka memakai kalung yang diberikan Kaurwaki sebagai persiapan akhirnya.
Di ruangan Sushima, dia juga sedang bersiap-siap memakai kostum reshi satu persatu ke tubuhnya karena dia memerankan Reshi Wishwamitra.

Sushima berguman, "Akan sangat menyedihkan karena Padmawati akan mati. Aku punya sesuatu yang lain di pikiranku, tetapi dunia harus tahu bahwa siapa pun yang bertentangan dengan Sushima harus mati! Cinta Ashoka dan Padmawati juga akan berakhir bersama cerita dalam Lalitakala ini!". Sushima bertolak pinggang memikirkan tekadnya.
Di ruangan Siamak, Siamak sedang memakai kostum perannya yang berwarna putih dengan rambut, kumis, jenggot yang juga putih agar sesuai dengan Reshi Durwasa yang menenteng panci air suci, tasbih rudraksa dan tongkat pendek.
Dia berguman sambil memandang tongkat pendek itu, "Bindushara dan keluarganya akan terbakar hari ini! Aku akan menyingkirkan Sushima dan Charumitra dari jalanku dengan bantuan Rajmata dan kaum Yunani. Mimpi ayah dan ibuku akan terwujud hari ini, dimana mereka telah mengorbankan hidup mereka!".

Sementara di persembunyiannya, Helena juga bersemangat, "Aku akan membalaskan dendamku dengan kematian Bindushara dan keluarganya hari ini. Dendamku kepada Chandragupta Maurya, dendamku kepada Chanakya akan terbalasakan hari ini. Seluruh keturunan Maurya akan berakhir hari ini! kematian anakku, Justin akan terbayar. Dan Aku akan duduk kembali melalui Siamak di atas singgasana atau tahta dimana aku telah dibuang dan dihina!", gumannya dengan semangat.
Di hadapan panggung drama Lalitakala dalam istana Magadha, para anggota keluarga istana telah duduk di tempat mereka masing-masing. Tampak Bindushara dikursi kehormatan, diapit kiri dan kanannya adalah Rani Dharma dan Rani Charumitra. Devi duduk disamping agak belakang Dharma, sedangkan para kerabat dan pejabat lainnya duduk dibangku di belakang keluarga istana.
Witthasoka yang sudah berpakaian peran sebagai pengantar cerita (Narator) muncul di panggung. Perhatian para hadirin tertuju kepadanya.

"Aku ucapkan selamat datang kepada para hadirin dalam Lalitakala ini dan kepada Samrat, aku memohon ijin Anda untuk memulai drama ini", kata Witthasoka yang segera menundukkan wajah ke arah samrat dan mencakupkan kedua tangan di dadanya.
"Ijin diberikan!", kata Bindushara memberinya izin untuk memulai drama itu.
Witthasoka memulai tugasnya, "Drama ini adalah kisah perjalanan cinta antara Raja perkasa Dushyanta (ditampilkan Ashoka dalam perannya sebagai Dushyanta) dan seorang gadis mulia Shakuntala (ditampilkan Kaurwaki yang berkostum peran Shakuntala)".
"Syahdan, di Indraloka (alam Indra), raja dewa yang berkuasa, Indra merasa khawatir dan takut dengan tapasya yang amat keras yang dilakukan oleh Mahareshi Wishwamitra", kata Witthasoka.
Adegan beralih kepada Sushima yang berperan sebagai Wishwamitra yang sedang duduk bersila melakukan tapa dengan latar belakang pohon-pohon di hutan. Witthasoka sebagai Narator melihat ke arah latar drama.

"Tapa yang keras itu getarannya akan menggucang Indraloka dan dia bisa meminta apapun kepada Indra setelah menyelesaikan tapasyanya. Untuk menjaga keutuhan dan kestabilan Indraloka, maka raja dewa Indra mengirim bidadarinya, yang cantik bernama Menaka turun bumi untuk menggagalkan tapasya sang reshi", kata Witthasoka membuka permulaan kisahnya.
Di tampilkan adegan Menaka (Chanda) menari di hadapan Mahareshi Wishwamitra (Sushima) untuk mengalihkan perhatian sang reshi dari pemusatan pikiran kepada tapanya. Chanda yang berperan sebagai Menaka menari dengan meliuk lemah gemulai mengelilingi Wiswamitra (Sushima). Samrat dan para penonton lainnya senang dan kagum melihat kelicahan Chanda yang menari. Demikian juga Charumitra senang saat melihat adegan Wishwamitra yang memulai membuka matanya dan mendekati Menaka, "Aku berharap seperti drama ini, Aku ingin putraku juga meleleh kepada Chanda setelah tapasyanya", batin Charumitra/

Meneka (Chanda) punn mengakhiri tariannya dengan duduk di atas pangkuan Wishwamitra (Sushima). Chanda dan Sushima saling berangkulan dan memandang dengan romantis.
Adegan berganti kisah, "Beberapa lama kemudian, bidadari Menaka yang dikirim dari Indraloka melahirkan putri kecil yang cantik dan putri kecil itu diberikan kepada Mata Gautami, istri dari Reshi Kanwa", kata Witthasoka.
Adegan drama menampilkan, Menaka (Chanda) mencium kening putri kecilnya yang masih bayi sebelum menyerahkannya kepada Mata Gautami (Anandini). Mata Gautami bersama dua pelayannya merasa terharu dan ikut mencium kening bayi mungil itu saat menerimanya.
Entah mengapa, Charumitra yang duduk di kursi empuknya tampak resah. Dia segera pergi dari tempatnya tanpa menarik perhatian siapa pun. Charumitra tiba di koridor istana dan bertemu dengan Mahamatya Khalatak.
"Apakah semuanya berjalan sesuai rencana?", tanya Charumitra kepada Mahamatya.

Mahamatya mengangguk, "Ya, Kami telah menempatkan bahan peledak di bawah panggung utama".
Mahamatya berbicara sambil menoleh ke sana kemari untuk memastikan pertemuan dan apa yang dikatakan tidak ada yang mendengar.
Kilas balik menunjukkan, dua prajurit suruhan Sushima yang sebelumnya sempat ditegur oleh Nayaka, diam-diam menempatkan sekantung besar bahan peledak di bawah panggung utama yang akan di tempati oleh Samrat dan keluarganya termasuk para pemain drama. Dari arah kantung besar itu dihubungkan dengan sebuah sumbu panjang ke arah lain. Kilas balik berakhir.
Mahamatya meneruskan, "Kami telah menggunakan bahan peledak terbaik. Mereka akan meledak dan terbakar sekaligus dala sekali sulut!"

Charumitra berkata, "Kau harus memastikan hal itu terjadi pada akhir drama ketika Bindushara dan keluarganya berada di atas panggung. Pastikan Sushima saat itu sudah turun dari sana, kemudian baru kau bisa melakukannya. Kali ini kita harus berhasil. Tidak ada yang boleh sampai tahu dan curiga tentang hal itu!".
Mahamatya menjawab, "Aku akan pastikan itu, Maharani! Rajkumar Siamak juga mengurus dirinya sendiri. Ashoka tidak akan hidup hari ini!".
Charumitra tersenyum simpul, sementara Mahamatya semakin bersemangat, tanpa menyadari Nayaka dari balik pilar mendengar percakapan mereka.


CUPLIKAN : Di samping Nayaka dan para mata-matanya, Acharya Radhagupta berkata, "Aku yakin bahwa mereka ingin menyakiti Ashoka". Kepada Nayaka, dia berkata, "Jika itu adalah rencana Helena maka itu akan terjadi selama drama saja!".
Dari belakang panggung, Sushima melihat Kaurwaki yang berperan sebagai Shakuntala sedang gembira memainkan wina. "Kau berharap untuk hidup dan mati dengan Ashoka. Kau lebih memilih dia dari pada aku. Kau akan mati sekarang, jangan khawatir!", batinnya marah.

PREV  1  2  NEXT 
Bagikan :
Back To Top