Sinopsis Ashoka Samrat episode 377 by Kusuma
Rasmana. Malam hari, Sushima yang diam-diam menuju ke ruang tahanan
sambil menghindar dari pengawasan para prajurit, terdiam saat melewati tempat
yang penuh berbagai senjata yang disimpan di tempat itu. Sushima mendengar
teriakan Nirankush dari ruang penyiksaan yang minta dibebaskan. Dia pun berbelok
ke ruangan itu, namun langkahnya terhenti. Sushima kaget karena di ruangan itu
dia melihat Ashoka yang berdiri menompangkan tangannya sambil tersenyum sinis
sedang mengamatinya. Sushima menatap Ashoka yang berdiri memergoki
tindakannya.
Ashoka bertanya, "Kau? Apa yang kau lakukan disini?"
Sushima menjawab "Ya, Aku! Aku berusaha membantu apa yang sudah kau lakukan. Apakah Nirankush sudah mengatakan sesuatu tentang Gondana?"
Ashoka mendekati Sushima sambil menjawab, "Kak Sushima, tugasmu adalah mengurus keamanan ekternal istana sesuai perintah ayahanda raja dan akulah yang punya tugas mengurus keamanan dalam istana. Mengapa kau sangat tertarik dengan masalah ini?"
Sushima berdalih, "Aku adalah saudara tuamu bagaimanapun juga. Aku lebih berpengalaman. Aku sudah melihat beberapa celah di dalam keamananmu. Jika aku bisa sampai disini dengan menghindari semua orang atau penjaga, maka orang lain juga bisa melakukannya". Ashoka hanya tersenyum sinis.
Ashoka berkata, "Hebat! Sangat hebat! Itulah keistimewaanmu. Kau berpikir seperti seorang pencuri. Sebuah celah yang aku lewatkan tapi kau bisa melihatnya dengan jelas".
Sushima bertanya, "Apa maksudmu itu?"
Ashoka berkata tegas, "Kau sudah mengerti. Mengapa kau bertanya lagi? Apakah kau senang mengajukan pertanyaan semacam itu?".
Sushima menjadi marah, dia menuding Ashoka, namun sebelum dia berkata sesuatu, terdengar suara berat seseorang yang dikenalinya.
"Ada apa ini?", bertanya Bindushara yang menatap tajam ke arah kedua putranya yang sedang berhadapan itu. Sushima tampak kaget saat menoleh, sedangkan Ashoka tidak berani menoleh ke arah samrat. Ashoka lalu bersandiwara memegang tangan Sushima yang masih terangkat.
"Terima kasih, Kak! Terima kasih!", kata Ashoka tersenyum menatap kepada Sushima. Ashoka lalu menoleh kepada samrat dan melangkah mendekatinya. "Lihat, Ayahanda! Kak Sushima telah membimbingku bagaimana untuk meningkatkan keamanan di tempat ini".
Ashoka kembali menoleh kepada Sushima, "Benarkan itu, Kak? Kau menyarankan itu agar tidak ada yang dapat mencoba untuk mendekati tahanan Nirankush tersebut", kata Ashoka lagi.
Sushima merasa terjebak karena Ashoka telah membaca rencananya, terpaksa dia ikut berpura-pura didepan samrat, "Ayahanda, Aku lihat koridornya masih gelap. Menurutku keamanan harus ditingkatkan dan tambahkan prajurit pemanah sehingga tidak ada yang bisa masuk ke tempat ini. Sedangkan bagian yang lain sudah terlihat baik", kata Sushima ikut bersandiwara. Ashoka hanya manggut-mangut mendengar ocehan Sushima didepan ayah mereka.
Ashoka menoleh kepada Bindushara, "Samrat, saran itu akan aku lakukan".
Terima kasih, Kak, terima kasih!", kata Ashoka tersenyum dibuat-buat kepada Sushima.
Sushima berpura-pura, "Aku senang bisa membantumu".
Sushima tersenyum kepada Samrat, lalu menoleh sekilas kepada Ashoka dan pergi dari ruangan itu. Ashoka hanya memandangi kepergian kakaknya.
Bindushara berkata kepada Ashoka, "Hanya ada waktu dua hari lagi. Dari sedikit waktu yang tersisa, apakah kau mempunyai informasi baru dari Nirankush tentang Gondana?"
Ashoka menjawab, "Sampai sekarang belum, Samrat. Tapi aku akan membongkar semua kebenaran Gondana dan setiap orang yang terlibat dengannya. Ini adalah janjiku!".
Bindushara hanya menyimak ucapan Ashoka.
Di ruangan keluarga istana, didepan para putri, Rani Dharma dan
Devi, Kaurwaki berkata, "Tidak! Tidak ada solusi bagi masalahku. Aku tidak akan
berpuasa Wat Sawitri".
Rani Dharma, Devi dan para putri lainnya yang mendengar terkejut.
Anandini tersenyum dan membatin, "Aku sudah tahu itu. Dia tidak akan mampu melakukannya".
Rani Dharma, Devi dan para putri lainnya yang mendengar terkejut.
Anandini tersenyum dan membatin, "Aku sudah tahu itu. Dia tidak akan mampu melakukannya".
Dharma berkata bingung, "Tapi kenapa? Setiap wanita akan melakukan puasa itu pada hari ini untuk mendoakan suaminya agar panjang umur. Wanita mana pun yang melakukan puasa ini, bersumpah untuk menyelamatkan hidup suaminya seperti Sawitri yang berusaha menyelamatkan hidup suaminya Satyawan".
Kaurwaki menanggapi, "Saya telah melakukan banyak japa (pengulangan nama suci Tuhan) dan tapa (pengekangan diri) lebih dari orang lain demi cintaku. Saya tidak mendapatkan apapun selain penghinaan. Saya telah kehilangan kepercayaan. Saya sudah menyerah!".
Devi melihat Kaurwaki berbicara dengan mata berkaca-kaca seakan putus asa.
Devi berkata memberi semangat kepada Kaurwaki, "Siapapun bisa kalah tapi tidak diri Anda. Ada komitmen cinta dan panjang umur dalam pernikahan. Itu tidak terjadi jika Anda tidak mengalihkan wajah ketika masalah datang tapi harus menghadapinya. Mudah untuk mencintai tapi sulit untuk tetap tinggal di dalamnya. Orang yang melakukannya akan berhasil. Anda kehilangan diri anda dan Anda menyalahkan tapasya (pengekangan diri) Anda. Jika Anda belum mendapatkan pria yang Anda doakan itu bukan berarti tapasya anda sia-sia. Itu artinya tapasya anda belum lengkap. Anda hanya harus memutuskannya sekarang".
Dharma tersenyum senang dengan pemaparan Devi, sedangkan para putri lainya hanya melongo atas penjelasan Devi yang menunjukkan kecerdasannya melebehi para putri raja.
Kaurwaki menjadi lebih tenang, dia menoleh kepada Dharma. "Baik, saya mau melakukan puasa", kata Kaurwaki pelan. Dharma senang dengan kesanggupan Kaurwaki, namun disisi lain putri Chanda tampak kurang suka melihat Kaurwaki jadi ikut melakukan puasa Wat Sawitri, demikian juga putri lainnya terutama Anandini yang merasa saingannya bertambah.
"Aku senang dengan tekadmu", kata Dharma. Devi tidak mau kalah, "Dan Aku akan mendukung Anda, Aku akan ikut berpuasa demi keberhasilan Anda. Aku berharap menemukan seorang suami seperti Anda juga", kata Devi. Kaurwaki tersenyum.
Dharma berkata kepada semua yang hadir, "Puasa dimulai dari besok pagi. Kalian bisa menyelesaikannya dan berbuka puasa setelah matahari terbenam".
Para putri tersenyum mendengar wejangan Rani Dharma.
Di ruangan Sushima, Siamak tertawa terbahak-bahak mendengar
penuturan Sushima yang mengaku sial karena rencananya yang digagalkan oleh
Ashoka.
"Kau pergi untuk membebaskan Nirankush tapi sekarang malah menutup semua celah baginya untuk melarikan diri. Kau pasti tidak menyukainya, tapi Ashoka benar-benar membuatmu menari mengikuti irama lagunya!", kata Siamak mengejek Sushima.
"Kau pergi untuk membebaskan Nirankush tapi sekarang malah menutup semua celah baginya untuk melarikan diri. Kau pasti tidak menyukainya, tapi Ashoka benar-benar membuatmu menari mengikuti irama lagunya!", kata Siamak mengejek Sushima.
Sushima menjadi naik darah dan mencekeram lehernya dengan marah, "Ashoka beruntung karena si tua Bindushara itu datang kesana. Jika tidak, aku sudah menunjukkan siapa yang dihadapinya! Aku pasti bisa membebaskan Nirankush", kata Sushima serak.
Siamak mendorong Sushima dan membebaskan diri dari cengkeraman lengan perkasa itu.
"Jangan menimpakan kekalahanmu kepadaku. Kau pikirkan saja bagaimana menyelamatkan nyawa kita. Kita harus mengeluarkan Nirankush dari penjara itu. Atau kita berdua akan bernasib sial karena terkait dengan Gondana. Bagaimana kalau dia akan mengatakan segalanya untuk menyelamatkan diri sendiri?", kata Siamak.
Sushima memikirkan sesuatu, lalu berkata, "Aku punya pemecahan bagi masalah ini. Aku tahu bagaimana cara mengeluarkan Nirankush dari penjara tanpa perlu kita masuk ke dalam".
Siamak hanya diam menunggu. Sushima lalu duduk dan mengeluarkan selembar kertas kasar dan pena bulu merak dari kotak di depannya. Dia pun lalu duduk untuk menulis sebuah surat. Siamak diam-diam mengintip apa yang ditulis Sushima.