Sinopsis Ashoka Samrat episode 368 by Kusuma Rasmana

Sinopsis Ashoka Samrat episode 368 by Kusuma Rasmana. Di istana Magadha, Pattaliputra, di suatu tempat di sudut koridor istana, Ashoka sedang berbicara dengan Kaurwaki. Dia menegur Kaurwaki karena telah begitu sembrono dan tidak bertanggung jawab dalam tindakannya yang bisa membahayakan nyawanya dan menampakkan kesan buruk bagi orang lain yang mengetahuinya. "Sikapmu tidak seperti seorang wanita apalagi seorang putri raja. Bagaimana jika ibu melihat Kau berkeliaran di malam hari?".

Kaurwaki merasa malu dan bersalah, karena itu dia tidak membantah ucapan Ashoka.
"Jangan pernah kauulangi lagi tindakan semacam itu!", kata Ashoka terus menasihatinya.
Kaurwaki yang merasa cemas dan khawatir bila ucapam Ashoka benar, mengeluarkan buah merah yang masih dalam tandannya dari lipatan kain pakaiannya. Dia memegang buah itu di depan Ashoka.
Ashoka agak kaget melihat buah merah itu. Dia tentu ingat, buah itulah yang diberikan kepada Kaurwaki semalam di bukit atau gunung tempat Tantrik. Namun dia malah bertanya kepada Kaurwaki, "Apakah kau yang membunuh tantrik, dalam keadaan pusing dan pandangan kabur setelah memakan buah itu?", Ashoka sambil bertingkah memeriksa telapak tangan dan lengan Kaurwaki dan seolah mencoba mengingat-ingat sesuatu.


Kaurwaki terkejut dengan pertanyaan yang bernada tuduhan itu. "Apa? Apa maksudmu? Itu tidak mungkin! Untuk apa aku melakukannya?", tanyanya. Ashoka tidak memberikan alasan tuduhan itu.
Kaurwaki menjadi kesal, "Kau yang memberikan buah ini! Sekarang aku kembalikan!", kata Kaurwaki segera meletakkan tandan buah itu di tangan Ashoka. "Aku minta kaulupakan apa yang aku tanyakan barusan!", kata Kaurwaki segera pergi dari sana dengan kesal.
"Hei, Kau mau kemana?", tanya Ashoka seolah kesal dan memanggilnya, namun Kaurwaki tak peduli dan terus melangkah pergi.

Setelah Kaurwaki berlalu, Ashoka berguman, "Maafkan Aku, Kaurwaki. Aku harus melakukan ini dan berbalik menyalahkan dirimu demi keselamatanmu sendiri dan kau tidak harus menghadapi masalah ini. Jika ada yang mengetahui bahwa kau pergi mengikutiku di belakangku ke arah bukit itu, mereka akan membahayakan dirimu. Dan aku akan kehilanganmu sekali lagi. Aku tidak mampu untuk kehilangan dirimu lagi".

Di ruang sidang istana, dilakukan pertemuan membahas tentang pembunuhan terhadap Tantrik yang dipuji sebagai orang suci bagi sebagian pihak. Hadir dalam pertemuan itu, Samrat Bindushara, Rani Charumitra, Mahamatya, dan juga ketiga pangeran. Mahamatya sedang berbicara sementara para hadirin mendengarkan.
"Samrat, menurutku yang terjadi saat ini sangatlah salah! Orang yang meninggal tersebut adalah jiwa yang saleh yang terlibat dalam ritual pribadi dan ritusnya sendiri. Pembunuhan ini adalah noda pada citra keamanan Pattaliputra. Sekarang bahkan orang-orang suci sudah tidak aman lagi dan karena itu jangan-jangan kematian salah satu dari kita semua bisa sangat dekat", kata Mahamatya.
Siamak menanggapi, "Aku tidak yakin, bahwa Gondana ada di balik kejadian ini"
Bindushara bertanya, "Apa dasar pernyataanmu? Kita sudah mendapat pesan yang ditulis dengan jelas! Gondana menyebut ini adalah balasan bagi yang berani menentang Gondana"
Siamak menjawab, "Hanya mendasarkan sesuatu pada pesan yang ditulis, belum tentu itu adalah kebenaran".

"Selama ini kecenderungan Gondana selalu bertindak secara rahasia, lalu mengapa dia melakukan hal ini sekarang? Dan untuk apa dia membunuh orang suci, apa yang bisa dia dapatkan dari itu?", tanya Siamak lagi. Semua orang berpikir tentang pendapat Siamak.
Ashoka yang dari tadi diam, berkata kepada Siamak, "Ucapanmu seolah kau membela Gondana. Tampaknya Kau tahu Gondana dengan baik". Siamak jadi gugup dengan ucapan Ashoka yang seakan menyindirnya namun dia hanya diam.
Sushima yang sejak tadi menatap dengan Ashoka, berkata menanggapi, "Apa yang dimaksud Siamak, bisa berarti dia sedang mencoba menyindir kalau ada orang lain di balik pembunuhan itu. Siapa pun yang telah melakukannya, pasti memiliki motif di balik itu!"
Ashoka bertanya, "Menurutmu siapa yang ada di balik ini, Sushima?", Ashoka membalas tatapan Sushima. Ketiga pangeran dalam kondisi tegang, Bindushara ikut menyimak.
Mahamatya menanggapi, "Samrat, dari ucapannya, Rajkumar Sushima sedang mencoba untuk menunjukkan fakta bahwa ia yakin Ashoka adalah pembunuh orang itu. Mata-mata kami melihat bahwa tadi malam Rajkumar Ashoka pergi menuju gunung atau bukit tempat kediaman Tantrik yang terbunuh itu".

Bindushara terkejut dan tegang mendengar kesimpulan itu, demikian juga hadirin yang lain.
Acharya Radhagupta berkata, "Tapi Samrat, mata-mata kami juga melaporkan bahwa sebelum Rajkumar Ashoka pergi ke tempat itu, Rajkumar Sushima lebih dulu pergi menuju bukit itu dan mata-mata kami itu bisa bertindak sebagai saksi tentang hal itu".
Charumitra, Sushima dan Mahamatya menjadi tegang dengan ucapan Acharya. Semua orang yang berkepentingan dalam pertemuan itu saling memandang satu sama lain.
Bindushara berkata, "Jika memang demikian, maka mengapa kedua pangeran tidak memberitahuku? Apa sebenarnya motif kalian dari semua ini?"
Sushima berkata, "Ayahanda, segera hal itu akan jelas, siapa yang memang terbukti ke gunung itu dan apa tujuannya".

Sushima menoleh sinis kepada Ashoka dan bertanya, "Ashoka, bagaimana buah itu ada padamu? Jelaskan kepada semua yang ada disini, tentang buah itu!".
Sushima menunjuk buah merah bulat yang menyembul dibalik lipatan kain Ashoka. Ashoka menjadi gugup atas tudingan itu, hal remeh yang tidak sempat disembunyikan dengan baik itu bisa menjadi celah bagi Sushima untuk menyudutkannya. Ashoka segera mengeluarkan buah merah bertandan itu dan menunjukkan dalam pertemuan. Perhatian para hadirin peserta sidang semua ke arah buah merah di tangan Ashoka.
Sushima berkata lagi, "Buah ini tidak ada di tempat lain dan hanya ditemukan di gunung itu. Dan buah yang ditangannya ini tampaknya telah diambil dari gunung yang sama".
Ashoka berkata, "Buah ini tidak ada di tempat lain dan hanya ditemukan di gunung itu. Ini adalah fakta bahwa hanya orang yang tahu tentang buah ini yang berada di gunung dan itu bukti jelas berarti Sushima ada di sana"

Mahamatya berkata, "Bukan orang yang tahu buah itu yang kita bicarakan, perhartian yang lebih penting adalah bahwa Ashoka memiliki buah ini di tangannya dan tidak ada penjelasan yang masuk akal untuk itu", Mahamatya mencoba mengalihkan perhatian Samrat hanya kepada fakta dari Ashoka.
"Dan Ayahanda, malam itu terbukti dia menuju gunung itu!", kata Sushima menunjuk Ashoka. Semua orang menjadi tegang, ketiga pangeran dan Mahamatya saling tatap, situasi dalam pertemuan itu semakin memanas. Sementara Ashoka hanya diam membisu.
"Jika Ashoka tidak memberikan jawaban yang bijaksana maka rencana kami akan hancur, Sushima akan membuat Ashoka tersudut", batin Acharya Radhagupta ditempatnya.
Ashoka akhirnya berkata, "Samrat, buah ini diberikan oleh Rajkumari Padmawati. Anda bisa memanggilnya untuk bersaksi"

Sushima, Siamak dan Mahamatya memandang Ashoka seakan bertanya melalui tatapannya.
"Hadirkan Rajkumari Padmawati ke dalam ruang sidang!", perintah Samrat Bindushara. Mahamatya mengangguk menyanggupi. Ashoka yang berdiri tegang berpikir, "Semoga Kaurwaki tidak ingat apa-apa sama sekali. Keberhasilan rencanaku tergantung pada jawaban apa yang dia berikan!"
Di ruangan yang diperuntukkan baginya, Kaurwaki berkata kepada Devi, "Aku memang mengikuti Ashoka tadi malam, namun Aku hanya ingat bahwa Anandini tidak ada di gunung itu".
Devi kaget dan berkata, "Itu artinya Anda telah meragukan cinta sendiri". Kaurwaki berkata, "Bukan begitu.."
"Anda harus yakin akan cinta Anda, dan Anda juga harus yakin bahwa..."

"Maafkan aku, Putri", kata seorang petugas istana didampingi dua prajurit datang di kamar itu. "Samrat meminta Anda untuk hadir langsung di ruang sidang sekarang", kata petugas itu lagi.
Devi dan Kaurwaki saling pandang dan menjadi tegang.
Di ruang pertemuan, Bindushara berkata kepada Kaurwaki yang sudah hadir di depan sidang. "Aku minta kau mendengarkan pertanyaan dengan jelas dan hanya berkata tentang kebenaran", kata Bindushara. Kaurwaki mengangguk mematuhi.
Bindushara bertanya, "Dimana kau tadi malam? Apakah kau mengenali buah itu?". Hening sejenak, karena Kaurwaki belum menjawab pertanyaan Samrat. Kaurwaki masih melirik semua yang memperhatikannya, dia juga melihat ke arah Ashoka. Ashoka yang melihat Kaurwaki tegang dan gugup dan dia segera berkata, "Kau dapat berbicara kebenaran di sini, di depan semua orang yang hadir".

Kaurwaki menatap Samrat dan menjawab "Ya benar, dan Aku sendiri yang memberikan buah itu kepada Rajkumar Ashoka"
Semua orang terkejut, Sushima, Charumitra, Sushima melihat ke arah Kaurwaki dengan tegang, sementara Ashoka dan Radhagupta menarik nafas lega.
Bindushara bertanya, "Dimana kamu mendapatkannya?"
Kaurwaki menceritakan, "Aku pergi menuju gunung itu tadi malam dan mendapatkan buah itu disana. Tapi setelah aku memakannya, aku jadi tidak sadar".
Bindushara bertanya, "Apakah kau melihat orang lain di sana?"

PREV  1  2
Bagikan :
Back To Top